Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
•
•
•
__________
◇
Sudah hampir 4 tahun Wilna berteman dekat dengan Qiya, ia baru tahu jika Deka kakak sepupu temanya sendiri.
Ngenes, itu yang Wilna rasakan, lihat sekarang ini ia harus blusukan di kebun untuk mencari bahan praktik kimia Deka. Ternyata arti istilah kimia Curcuma Domestica itu kunyit.
"Cih! Sok-sokan pake istilah kimia, tinggal bilang kunyit apa susahnya."
Dengan bibir yang mengerucut sebal, Wilna berusaha mencabut rhizoma tersebut. Sedangkan Dira dan Qiya terkikik geli melihat temanya dibawah kuasa Deka.
"Ying ikhlis." Wilna menirukan kata kata Deka. Matanya melirik sinis.
"Buruan dan jangan pakai lama!"
"Bura buru bura buru, lo lihat sendiri tuh, lagian udah berusaha gue cabut tetep nggak bisa, gimana sih!"
"Kunyit tuh dicangkul bukan dicabut!"
Wilna memejamkan matanya menahan kesal seraya menarik bibir bawah antara giginnya, nafasnya memburu menahan emosi yang hampir meledak ledak.
"Kenapa lo nggak bilang dari tadi ha!"
"Lo nggak ada nanya tuh"
Rasanya ia ingin menjadikan Deka roti kering lalu ia buat remuk seremuk-remuknya. Dengan perasaan kesal Wilna berjalan seraya mengedarkan pandanganya mencari cangkul.
"Bilang ke temen kalian, gue pulang"
"Lah Kak kan kunyitnya belum dapat," tanya Qiya.
"Udah dapet dari tadi sebelum naik buat ambil Gitar di Kamar Bang Kazan"
Dira dan Qiya melongo.
"Gue nggak mau jadi sasaran amukan Wilna,"ujar Qiya
"Lo pikir gue juga mau apa"
Qiya teringat sesuatu, ia menyusul kakak sepupunya yang sudah berjalan menuju ke mobilnya."Kak, jangan bilang ke Bang Kazan ya, kalo tadi gue pake kamarnya."
Deka mengangguk mengiyakan
"Makasih kak." Pekik Qiya dengan mata yang berbinar.
Baru saja Deka hendak memegang gagang pintu mobilnya, samar samar ia mendengar
"Wilna kenapa Diry?"
"Kelilipan dia Qiy, tanahnya kena ke mata"
Deka mengurungkan niatnya lalu kembali ke kebun kecil samping rumah Qiya tadi.