BAB 4

39 8 4
                                    

Sudut pandang Adam

Pegal, pusing dan sedikit mual. Apa yang terjadi pada tubuhku?

Secara perlahan, kubuka kedua mataku. Buram. Namun, aku bisa dengan jelas mencium wangi bunga lavender yang cukup menyengat. Di mana ini? Jika ini di rumah, seharusnya bau karet terbakar yang aku hirup, bukannya aroma lavender.

Perlahan, tapi pasti, penglihatanku mulai kembali normal. Hal yang pertama aku lihat adalah TV LCD sebesar pintu yang kini berada tepat di depanku. Di mana aku?

Dengan kepala yang sedikit pening, kucoba mendudukkan tubuhku. Dingin, atau lebih tepatnya sejuk. Itulah yang aku rasakan saat selimut yang menutupi tubuhku tersingkap. Ya, ruangan ini terasa sangat sejuk. Selain itu, kasur yang aku tiduri sangatlah empuk. Seprainya pun terasa sangat lembut. Bagaimana bisa aku berada di tempat ini?

Setelah pandanganku seluruhnya telah kembali normal, kuedarkan pandanganku ke sekeliling, dan betapa terkejutnya aku karena kini, aku berada di sebuah kamar megah dan mewah, yang mana kamar ini seperti kamar yang sering sekali aku lihat di film-film maupun komik yang pernah aku tonton dan juga kubaca. Aku sungguh tidak menyangka kalau kamar seperti ini benar-benar ada di dunia nyata.

 Aku sungguh tidak menyangka kalau kamar seperti ini benar-benar ada di dunia nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah ini mimpi?" batinku.

Kucubit pipiku yang ternyata terasa sakit. Itu berarti, ini bukanlah mimpi. Aku benar-benar berada di tempat ini. Ini nyata. Dengan perasaan bingung dan heran, kutatap jendela kamar yang saat ini masih tertutup oleh gorden. Aku ingin melihat keadaan di luar.

Sedikit sulit, kugerakan tubuhku untuk bangkit dari posisi dudukku. Kutatap sejenak kasur yang mungkin semalaman ini sudah aku tiduri. Ya, kasurnya terlihat sangat besar. Jika aku membawa teman-temanku menginap, mungkin bisa memuat sampai beberapa orang.

Kini, aku sudah dalam posisi berdiri. Walaupun dengan kondisi kepala yang terasa sangat pening, aku mencoba berjalan mendekati jendela. Sedikit sempoyongan dan hampir terjatuh, aku tetap berusaha untuk sampai di depan jendela. Kuarahkan tanganku ke arah depan, menghadap tepat ke arah jendela. Dan saat gorden sutra berwarna emas telah berada tepat di hadapanku, langsung kusibak dengan sekuat tenaga dan seketika, tampaklah sinar matahari yang sangat terang.

"Ah! Silau!"

Aku segera menutup pandanganku. Sinar matahari membuat kedua mataku terasa sangat perih. Kepalaku pun sontak terasa semakin berputar. Tapi untungnya, hal tersebut hanya berlangsung sementara karena setelah beberapa menit berlalu, kondisiku sudah kembali normal. Sinar matahari pun tak lagi mengganggu penglihatanku.

Kini, dengan posisi tangan yang masih memegangi gorden yang kusibak, aku bisa melihat hamparan taman yang luas berada tepat di luar bangunan ini. Ya, tempat ini benar-benar luas persis seperti istana yang ada di film-film Disney. Selain itu, saat kucoba untuk menatap ke ujung taman, yang kulihat hanyalah pepohonan dan hutan yang sangat rimbun. Tidak ada gedung ataupun perumahan di sana. Apakah hanya bangunan ini yang berada di tempat ini?

SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang