4. Sakit

12 11 3
                                    

Pagi ini Shelin tidak pergi ke sekolah dikarenakan tadi malam mendadak badannya panas dingin. Jadi ia memutuskan untuk tidak bersekolah pagi ini karna memutuskan untuk beristirahat dulu.

"Kan uda mama bilangi jangan begadang, kamu ini kalo orang tua ngomong ga pernah di dengeri" omel wanita paruh baya yang duduk disisi ranjang Shelin sembari meletakkan kain bekas celupan air hangat ke kening Shelin.

"Shelin ga begadang Ma, gatau kenapa tengah tiba-tiba badan Shelin panas dingin" ujarnya dengan nada lemah.

Wanita paruh baya tersebut hanya menggelengkan kepalanya, memang Shelin ini gampang sekali terserang penyakit bahkan dirinya tidak ngapa-ngapain saja tiba-tiba bisa demam.

"Yaudah kamu istirahat dulu, mama udah telephone wali kelas kamu untuk minta izin hari ini" ucap Dwi-Mama Shelin sembali mengelus puncuk kepala anaknya lembut.

Shelin mengangguk lemah dan memejamkan matanya lalu pergi ke alam mimpi.

• • • • •

"Shelin ga datang Mel?" tanya Reta pada Amel yang asik memakan bakso di depannya.

Saat ini jam istirahat telah tiba, para murid dengan segera pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kerocongan. Amel dan Reta duduk di meja paling pojok dekat dengan jendela, tempat duduk favorit mereka adalah pojok apalagi dekat dengan jendela, supaya banyak angin yang menerpa mereka.

"Lo uda tau dia ga datang, juga uda di bilang sama buk Melani masih nanya juga. Ga ada topik lain kah?" kesal Amel kepada Reta, sedari tadi gadis itu terlihat tidak mood hari ini.

"Ga ada topik gue Mel" melas Reta.

"Bodo gue mau makan jangan ganggu"

Setelahnya mereka diam beberapa saat. Amel yang sibuk dengan bakso di hadapannya, dan Reta yang dengan gabutnya melihat sekitar kantin dan memukul-mukul meja pelan.

"Mel" tidak ada sahutan dari Amel.

"Mel" masih tidak ada sahutan.

"AMELL!!" teriak Reta membuat beberapa penghuni kantin melihat ke arah mereka.

"Ck! Apaan sih Ret, berisik tau!" kesal Amel mendorong tubuh Reta pelan.

Reta memutar kedua bola matanya malas lalu tangannya menunjuk ke arah pintu masuk kantin yang menunjukkan ke arah beberapa pemuda yang baru saja memasuki kantin.

"Itu tu, kak Althaf" ucap Reta, Amel melihat ke arah yang ditunjuk Reta lalu wajahnya melihat ke arah Reta lagi.

"Terus?"

"Hah?"

"Apa hubungannya sama gue kalo ada dia?" tanya Amel tidak peduli.

"Ga ada sih, gue cuma ngasih tau doang" ucap Reta membuat Amel menggeplak kepalanya.

"Sakit sialan"

"Bodo"

Reta mengerucutkan bibirnya. "Eh eh Mel liat kak Althaf kesini ke arah kita" ucap Reta heboh.

Sontak Amel melihat ke arah Althaf yang berjalan ke arah meja mereka. Setelah sampai di meja yang di dudukki Amel dan Reta, Althaf berdehem sejenak.

"Ada keperluan apa ya kak?" tanya Amel sopan, mengingat Althaf itu kakak kelas mereka dan ketos.

"Shelin mana?" tanya Althaf dengan wajah datarnya.

Amel dan Reta mendadak melongo mendengar ucapan Althaf barusan.

"kita ga salah dengar kan Mel" bisik Reta pada Amel yang masih setia menampilkan wajah melongonya.

Merasa tidak ada jawaban Althaf berdehem yang membuat kedua gadis itu langsung menetralkan wajahnya.

"E-ehh itu kak, Shelin ga masuk, demam kata Mamanya Shelin" ucap Amel.

Setelahnya Althaf hanya mengangguk dan pergi begitu saja membuat kedua gadis itu kembali melongo.

"Uda gitu doang?"

"Ah ga asik, kirain ada apa" keluh Reta.

"Uda buru habisin makanan lo" sarkas Amel membuat Reta berdecak sebal.

"Ck! Iya-iya"

• • •

Dinginnya angin malam membuat sosok pria dengan tubuh yang telanjang dada sedikit menggigil kedinginan, Althaf. Pria itu kini duduk di sofa yang ada di balkon kamarnya.

Diam termenung itu yang saat ini Althaf lakukan, memikirkan hal yang sedari pulang sekolah tadi mengusik pikirannya, hanya ada satu nama yang saat ini memenuhi isi kepalanya. Shelin.

Gadis yang tidak hadir hari ini membuat Althaf memikirkan gadis itu, apakah gadis itu baik-baik saja? Atau ada sesuatu yang terjadi dengan gadis itu?

Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul memenuhi isi kepala Althaf, ntah sejak kapan Althaf peduli dengan gadis itu, padahal mereka bertemu baru sekali, itu pun pertemuan yang tidak mengenakkan.

"AKHH GUE PUSING" teriak Althaf sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Karna tidak ingin terlalu lama larut dalam pikiran yang membuat kepala Althaf ingin pecah, Althaf memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya.

Saat ingin menutup matanya suara pintu yang dibuka secara kasar dan teriakan yang siap untuk memecahkan telinga datang memenuhi kamar Althaf.

"KAK ALTHAFFF" teriak Alyssa Ihsyaa Khala-Adik perempuan Althaf satu-satunya.

Althaf menghela nafas lelah, matanya melihat sang adik yang berjalan menuju ranjangnya dengan nafas yang terengah-engah.

"Ada apa?" tanyanya pada Alyssa yang diam, padahal Althaf sudah terlalu lelah ingin beristirahat tapi adik satu-satunya ini malah mendatangi kamarnya.

Alyssa menarik nafasnya sebelum bercerita, "Tadi kak Azhyra kemari, nyari kakak" ucap Alyssa.

Althaf terdiam beberapa saat tapi setelahnya Althaf memilih untuk bersikap acuh.

"Uda kan? Kamu uda bisa keluar, kakak capek mau istirahat" ucap Althaf yang tidak langsung mengusir adiknya untuk pergi dari kamarnya.

Alyssa yang pada dasarnya polos hanya mengangguk dan menuruti apa yang kakaknya ucapkan.

Setelah Alyssa keluar dari kamarnya, Althaf mengunci pintu kamarnya dan berjalan menuju nakas yang terdapat foto dirinya dengan seorang perempuan yang sudah lama tidak berhubungan dengannya.

"Zhyra..." lirih Althaf pada pigura yang ia pegang.

Azhyra Anatasya gadis yang dua tahun lalu sempat menjadi gadis yang Althaf bangga-banggakan, sekarang gadis itu kembali lagi setelah Althaf menemukan cinta masa kecilnya.

Karna memikirkan hal yang membuat kepalanya ingin pecah, tanpa sadar Althaf tetidur di tepi ranjang sambil memeluk pigura Azhyra dengan dirinya.

"Shelin..." lirih Althaf sebelum dirinya memasuki alam mimpi.

ALIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang