Deburan ombak dan hangatnya matahari sore menemani dua pasang manusia yang tengah duduk berdampingan diatas hamparan pasir putih itu. Gadis berponi tersenyum senang memejamkan matanya menikmati indah pemandangan didepannya sekarang, begitu pula dengan lelaki yang tengah memandang dalam gadis yang dianggap miliknya.
"Jangan terus-terusan natap aku kayak gitu Hilan." Kedua pipinya serasa terbakar bukan karena panas matahari tapi karena mata Hilan tak henti memandangnya.
Bahkan setelah itu lelaki itu tetap memandangnya lebih seksama lagi. Tidak berkedip sekejap pun seakan Celia akan hilang jika ia berkedip.
"Ishhh jangan gitu." Tangan gadis itu berusaha menutup wajah lelaki itu agar tidak melihatnya lagi.
Hilan malah mengecup kedua tangan kecil yang ingin menutupi wajahnya. Jantung Celia sedang tidak baik-baik saja sekarang, balon-balon udara seakan memompa darahnya sangat cepat. Ia harus segera menjauh dari lelaki ini agar jantungnya tidak copot dari tempatnya.
"Kemana?" Gadis bergaun putih itu meninggalkannya dan berjalan menjauh.
Hilan yang merasa ditinggalkan pun mengejar kekasihnya.
"Kenapa pergi?" Ia telah berhasil berjalan disamping gadis itu.
Tapi gadis itu sama sekali tidak menghiraukannya malah diam dan mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu dengan mata lelaki itu.
"Aku tau pacarmu ini ganteng, makanya kamu lebih milih liat ombak itu daripada aku?" Hilan berdiri menghadang Celia yang sekarang harus mendongak melihat lelaki tinggi yang memakai kemeja putih dengan 2 kancing atas yang terbuka, membuat pesona lelaki dewasa itu bertambah.
"Percaya diri banget sih." Celia memutar kedua bola matanya malas, padahal kenyataannya lelaki itu memang tampan bukan hanya tampan tapi sangat tampan.
Garis rahang yang tegas pesona terbesar Hilan. Ingin rasanya ia mengelus rahang milik pacarnya itu.
"Udah pasti, makanya kamu jadi pacarku."
"Iya sih, kalok kamu ga ganteng. Aku lebih milih pacaran sama Eric yang lebih ganteng dari kamu," ledek Celia yang menjulurkan lidahnya kearah Hilan kemudian berlari menjauh sebelum mendapat amukan dari lelaki itu.
Terjadilah aksi kejar mengejar antara pasangan kekasih itu.
"Udah berani ternyata?" ucap Hilan setelah berhasil menangkap gadis pujaannya, ia mengangkat tubuh kecil itu.
Memutar-mutarnya membuat Celia memekik dan sesekali tertawa.
"Pacarku harus diberi hukuman." Tidak berhenti disitu saja Hilan kini tengah mengelitiki perut gadis itu, tentu saja mengundang tawa geli dari Celia.
Gadis itu harus memohon untuk diampuni oleh kekasihnya yang ikut tertawa melihat dirinya berhasil membuat Celia memohon ampun. Hilan menghentikan aksinya membuat gadis itu bernafas lega didalam gendongan Hilan, yang menahannya agar tidak jatuh diatas pasir yang basah oleh air asin.
"Mau turun." Celia menggoyangkan kakinya meminta diturunkan dari gendongan Hilan.
Baginya posisi ini terlalu intim di tempat umum seperti ini. Ia terlihat seperti koala yang menempel pada lelaki tampan dihadapannya. Tapi lelaki itu sama sekali tidak ingin menurunkan Celia dari gendongannya, sebaliknya ia malah menggeleng menanggapi permintaan gadis itu.
"Hilan malu tau," cicit Celia yang malu melihat tatapan segelintir orang yang berada di pantai itu.
Tidak terlalu ramai namun tetap saja mereka adalah orang asing. Hilan masih tidak mendengarkan ucapan Celia, ia memilih memandang wajah gadis itu seolah menyelam mencari jawaban dari semua pertanyaan di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
trapUlove
Romance[on going] "Lepas, gak ada peluk-peluk kali ini" "Maaf, tadi aku lupa kamu nggak suka vanilla," lanjut Celia sedikit mendongakkan wajahnya merasa bersalah. "Aku suka, tapi dari bibir kamu." Celia mengakui dalam hal menggoda Hilan juaranya. "Apa kam...