Malam di bulan Oktober
Setelah kegiatan di sekolahnya yang lumayan menguras tenaga. Gadis bermata bulat dengan netra coklat itu masih berada di depan laptop meski rasa perih di matanya sangat mengganggu, tapi ini tugasnya mau tidak mau harus di jalani dengan sepenuh hati. Jiwanya sudah meronta-ronta ingin rebahan di atas kasur.
"Lin, masih denger aku kan disana?" Suara lelaki yang selalu bersamanya sejak kecil membuatnya mendengus.
"Iya Eric, aku lagi mindahin ratusan foto ke dalam ponselku," ucapnya sedikit kesal karena begitu banyak foto yang harus dikirimnya sekarang.
"Tidur aja kalok capek, aku nanti bilang sama mereka kalok foto mereka dikirim besok." Nada khawatir dari sebrang sana terdengar cukup jelas di telinga Celia.
"Aku bisa selesaiin ini sekarang Eric. Kamu cuman harus diem dan kirim nomor mereka, biar aku bisa tidur cepet." Celia merenggangkan badannya yang cukup lelah.
Sambil mengecek apakah Eric sudah mengirimkannya kontak para pemain voli tadi.
"Capek banget? Aku kesana aja ya?" Jika saja Eric bukan sahabatnya maka ia adalah salah satu pemuda yang sangat manis dimata Celia.
Melihat perhatian serta sikapnya yang selalu menjadikan Celia seorang ratu.
"Nggak perlu Ric, tingal satu lagi . Tenang, Celia masih kuat Erichan." Pemuda diseberang sana malah terkekeh mendengar Celia memanggilnya dengan nama tengahnya Erichan.
"Hilan," gumam gadis itu membaca nama kontak terakhir yang dikirim oleh Eric padanya.
Ia sangat yakin jika Hilan merupakan kapten voli dikelas XII IPA 2. Karena Eric memberikan semua kontak kapten setiap kelas yang bertanding.
"Ric yang terakhir Hilan kan?" Ada yang menarik perhatiannya, yaitu foto profil dari kakak kelasnya yang misterius.
"Iya Linlin." Celia sempat berpikir ingin langsung mengirim semua foto yang berhubungan dengan pertandingan tadi masa bodoh jika wajah dari mereka tidak ada satupun diantara banyaknya foto itu.
Tapi rasanya tidak baik jika hanya mengirimnya begitu saja. Ia juga harus menjaga nama baik Osis kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
trapUlove
Romance[on going] "Lepas, gak ada peluk-peluk kali ini" "Maaf, tadi aku lupa kamu nggak suka vanilla," lanjut Celia sedikit mendongakkan wajahnya merasa bersalah. "Aku suka, tapi dari bibir kamu." Celia mengakui dalam hal menggoda Hilan juaranya. "Apa kam...