Jeffar sedikit terkejut dengan suasana komplek rumahnya yang tampak ramai dengan orang-orang yang berkumpul di atas tikar. Termasuk Tante Gihna yang ikut duduk bersama penghuni komplek yang tengah membuat hiasan komplek dengan bendera merah putih.
"Eh iya lusa 17an." Kata Rosel sembari melepas seat belt.
Satu hal yang Jeffar pikirkan sejak sampai di rumah. Di mana si bayi?
Belum juga memarkir mobil, Jeffar sudah turun dengan buru-buru. Rosel ikut heran dengan perilaku Jeffar yang tak biasa dan mengekorinya menghampiri Tante Gihna.
Tak lupa menyapa orang sekitar Tantenya dan kemudian berjongkok di sebelah Gihna, "Tan, mana? Bukannya aku titipin sama Tante?"
Belum sempat Gihna menjawab, salah satu tetangga Jeffar menyahut, "nyariin anakmu, Jeff? Tuh lagi main sama anakku!"
Dengan raut wajah khawatir, Jeffar mencari sosok yang ditunjuk. Bayi kecil itu duduk di tengah-tengah bocah-bocah yang mengantarakannya. Helaan napas lelaki ini terdengar sampai Rosel.
Jeffar menghampiri dan menyadari bahwa bocah-bocah komplek sedang berusaha mengajak main anaknya. Dia cuma tersenyum manis, asik dengan mainan mobil-mobilan yang entah punya siapa.
"Nak, yuk pulang?" Jeffar meraih tangan yang 10 kali lebih kecil darinya. Bayi itu cuma tersenyum pada Jeffar dan menggelengkan kepalanya.
Jeffar terkejut setengah mampus dan menoleh ke Rosel yang sama ekspresinya. Mata mereka seakan berkata, "dia ngerti apa yang kita omongin?!"
"Jeffar! Kok Ibu nggak pernah tahu kamu ternyata udah berkeluarga?" Sahut salah satu seorang wanita paruh baya yang Jeffar kenal sebagai Ibu dari tetangga kecilnya, Jo.
Jeffar cuma tersenyum kikuk.
"Mamanya cantik ya? Tapi lesung pipi anakmu nurun dari kamu banget loh, Jeff." Timbrung Ibu komplek yang lain.
Jeffar dengan lesu bertanya, "m-mamanya?"
"Itu mamanya kan?" Ibu itu menunjuk Rosel yang membulatkan matanya. Keduanya langsung menatap satu sama lain dan terdiam.
"I-iya..." Balas Jeffar pasrah. Dia yakin malam ini Rosel akan menghukumnya. Karena dia ingat betul Rosel sangat ingin melepaskan dirinya dari masalah ini.
"Manggilnya bukan Mama ya? Apa dong?"
Duh ini ibu-ibu banyak tanya bat anjing, batin Jeffar dan Rosel bersamaan.
"Daddy... sama Mommy..." Jawaban Jeffar benar-benar membuat Rosel menghampirinya. Tatapan Rosel benar-benar membuat Jeffar memalingkan wajahnya. Kemudian berbisik sebelum ia menggendong their son-to-be, "lo... nggak bakal gue maafin—Sayang yuk pulang, kita minum susu dulu."
Jeffar berdiri bersamaan dengan Rosel yang menggendong si kecil yang sudah tidak bisa dipanggil bayi lagi. Keduanya membungkuk untuk menghormati para tetua komplek sampai salah satunya menghentikan langkah mereka, "Eh kalian! Belum kasih tau nama anaknya looooh."
Sepertinya mereka harus belajar bahasa isyarat. Hanya dengan tatap-tatapan tidak akan menyelesaikan masalah, Rosel dan Jeffar....
"Um... Namanya... Itu—"
"—Namanya Miki, Bu. Baginda Miki Lazuardi." Jeffar dengan matanya yang sudah bulat sempurna bertanya-tanya dari mana Rosel mendapatkan detail nama sepanjang itu DAN bisa-bisanya dia menggunakan marganya!
"Miki, besok keluar lagi ya Nak! Maaf Bu Miki udah jam tidur." Jawab Rosel cepat dan kabur ke dalam rumah Jeffar. Tidak lupa Jeffar mengisyaratkan Tante Gihna untuk ikut mereka ke dalam rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Markah hati
Fiksi PenggemarKamu tahu arti dari setiap markah jalan? Markah putih membujur putus-putus berarti boleh melintasinya, sedangkan markah membujur utuh tidak boleh dilintasi sama sekali. Sebenarnya ada 3 jenis markah yang perlu kamu ketahui tetapi sampai sini saja mu...