Hari pertama setelah Wulan dan Kristianto bertengkar. Baru bangun tidur di hotel kapsul sebuah pesan di layangkan isinya tagihan cicilan. Kristianto mengusap wajah begitu menghadapi kenyataan bahwa nominal di tabungannya tak cukup barang membayar seperempat cicilan. Semakin pusing bukan kepalang ketika tagihan kartu kredit ikutan datang, dan dua tagihan pinjaman online.
Diputuskan-nya lebih baik menjual mobil secepat cepatnya. Memasang iklan di sosial media dengan harga serendah mungkin. Lalu menghubungi Wulan. Berpikir wanita itu sudah kembali waras dan akan membantunya dengan cuma cuma, satu kali bunyi dua kali bunyi tak ada yang angkat. Di cobalah sekali lagi tetap hasilnya nihil. Ia mencoba menghubungi melalui sosial media. Mendapati dirinya telah di blokir di berbagai macam platform, satu satunya harapan cuma Lois. Dan ya... pesan tidak dibalas telepon juga tidak diangkat. Sungguh pertukaran akses yang tidak berguna.
Mungkin nanti sore semua blokir telah dihapuskan, pikirannya sederhana. Begitu ia mendapat akses kembali ia akan minta maaf lalu meminjam uang. Namun yang terjadi adalah ketika blokir diangkat dan sambungan di lempar, seluruh sambungan tetap tak di gubris. Mendidihkan darahnya melebihi kecepatan cahaya sekalipun akibat kebanyakan asupan kikil dan santan. Saat hendak dihubungi lagi status sudah kembali menjadi blokir. Akhirnya, lagi lagi ia menghubungi Lois. Menuntut disampaikan pesannya kepada Wulan. Berkali kali sampai kuota internet habis.
Dan ya... namanya juga Lois, tidak ada urusan tidak ada komunikasi. Tinggal atur mode hening spesifik untuk seseorang selesai. Hidupnya kembali tentram sibuk mengenang ratunya di bawah laut sana.
.
.
.
Hari kedua setelah Wulan dan Kristianto bertengkar. Masih di hotel kapsul yang sama. Kristianto memutuskan datang ke rumah sakit tempat Wulan bekerja. Menyamar sebagai pasien mendatangi pusat informasi. Menyatakan dirinya ingin bertemu Wulan. Akan tetapi jam yang ia datangi bukanlah jam praktek wanita itu. Dirinya harus menunggu selama empat jam agar bisa masuk ke dalam antrian. Awalnya, ia mengiyakan meski dalam hati ketar ketir masalah biaya parkir. Ia menunggu di sekitar rumah sakit. Mencari makan di kantin pengen makan masakan padang. Kikil rendang dan tunjang. Tapi sayang harga di sana tak sesuai dompet. Akhirnya ia melipir keluar, pergi ke trotoar mencari gerobak dan yang ia temukan adalah bubur. Ya boleh lah pikirnya kalau cuma sekedar mengganjal perut. Sayangnya makanan itu tak bertahan lama. Perutnya sudah minta asupan lain padahal jam baru lewat enam puluh menit. Ia kembali berjalan. Cukup jauh hingga bertemulah ia dengan sebuah restoran kecil penjual pempek. Kebetulan, restoran tersebut menerima pembayaran kartu kredit. Sungguh betapa girangnya Kristianto tak perlu mengeluarkan kocek yang sedang tiris.
Dipesanlah dua porsi satu untuk dirinya satu untuk Wulan. Dan girangnya harus diluluhlantahkan dengan drama mesin EDC. Entah kasirnya yang salah mengoperasikan mesin apa bagaimana, Kristianto sudah naik pitam berkhotbah memarahi kasir. "Jadi penjual tidak becus! Masa pelanggan disuruh bayar dua kali?! Mau saya laporkan ke polisi?! Cek lagi itu! Mau cari untung jangan membohongi pelanggan!"
"Di mesin EDC-nya tidak ada transaksi bapak."
"Cek lagi! Jangan salahkan pelanggan! Pelanggan adalah raja!"
Membuat antrian yang mulai perlahan memanjang. Dan kasir yang dimarahi dilanda kebingungan harus berbuat apa mengatasi masalah tersebut. Hingga pemilik restoran itu menghampiri, memutuskan untuk mengikhlaskan keuntungan dua porsi pempeknya. Yang malah jadi tak sengaja melukai harga diri Kristianto yang merasa terhina teranggap tak mampu bayar.
"Yasudah gesek lagi! Saya bayar dua kali! Harga tujuh puluh ribu doang!" tapi tak berhenti sampai disana, rasa gatal pada lidahnya terus mengucap kata demi kata menciutkan kasir sampai harus dibantu oleh temannya. "Pecat ini kasir! Kerja tidak benar masih dipertahankan! Etika kerja macam apa ni sampai bisa diterima jadi karyawan?! Kayak tidak ada orang yang lebih bagus! Lebih kompeten!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen from Southern Sea
Fantasy*Note : Buku ke 15 O Yen [search : mencret9x] Bosan dengan wajah prajurit dan budak yang sama Nyi Roro Kidul memutuskan untuk mencari mangsa baru, pergi ke gerbang tempat dimana salah satu pintu kerajaannya terletak. Diam diam memantau dari permukaa...