Survei lokasi check! Dewi Rara Kuning sudah izin absen check! Tinggal bagaimana caranya sampai ke tempat tujuan tanpa andong.
Lois tiba di tempat singgah Dewi Rara Kuning menjemput. Sama sekali tidak memberikan detail hanya secara gambaran besarnya saja. Lebih khawatir sepanjang perjalanan akan ada rengekan semacamnya karena mereka cuma jalan kaki. Yang untungnya tidak kejadian hanya saja sebelah tangan Lois harus rela dijamah sana sini entah dijadikan penopang atau sekedar pegangan, yang jelas Lois tidak bisa berharap banyak.
"Kau tidak berencana membunuhku semacamnya kan?" tanya Dewi Rara Kuning saat mereka tiba di bukit tempat semak semak kian melebat.
"Untuk kepentingan apa?" berusaha membersihkan jalan yang masih terlihat jejak bekas di lalui.
"Entah, aku pun tak bisa memikirkan untuk kepentingan apa." Percakapan mereka berhenti sampai disana.
Memang sengaja dihentikan sampai disana lebih tepatnya. Lois tak ingin konsentrasinya pecah sampai mengakibatkan mereka tersesat. Apa lagi situasi mereka sekarang sudah jauh dari pemukiman, yang terasa hanya tanah yang mereka tapaki mulai menanjak. Itu artinya, tujuan mereka sebentar lagi terlihat, namun sayang cuaca malah tidak mendukung. Suara geledek mulai terdengar, awan pun mulai menggelap. Membuat Lois menyumpah segera menyambar tangan Dewi Rara Kuning mempercepat langkah.
.
.
.
Sementara itu, Dewi Kadita yang memutuskan kembali ke rutinitasnya yaitu duduk di singgasana membaca laporan, meminta Mbah menghadapnya membawakan buku pasien. Mengecek satu persatu nama disana meski tak ada nama yang ingin ia temui, akan tetapi rasa curiganya tak kunjung hilang sampai kuku jemarinya mengetuk lengan kursi berkali kali. Membuka mulut dari Mbah yang bertanya apa yang tengah dijadikan gundah oleh Dewi Kadita. Dewi Kadita pun membalas menanyakan orang yang terlihat asing sempat datang. Mengobrak abrik ingatan Mbah yang terlihat sudah mengingat sesuatu, Mbah menceritakan kehadiran wanita bertopi dan bercadar yang dibawa oleh Lois di kawal oleh seorang dayang. Menyipitkan mata Dewi Kadita lalu berubah menjadi geram terimakasih kepada mulut Mbah yang comel. Mbah menceritakan soal Lois yang sempat menanyakan perihal tukang urut alat vital tanpa diminta, ditambah pasien tidak diberi resep karena ya... datang untuk tujuan lain. Mbah menawarkan menjadi pemandu jalan tempat tujuan Lois sekarang, yang ditampik pelan oleh Dewi Kadita karena ia punya rencana lain, menjadikan tukang pijat alat vital sebagai dokter alternatif adalah satu satunya cara mengamankan Lois sekarang. Dan ide tersebut didukung oleh Mbah. Namun Mbah memperingatkan kalau calon dokter alternatif mereka cukup penggerutu dan penyendiri, yang malah membuat Dewi Kadita tertawa masih dalam kondisi tenang hanya gambaran luarnya saja.
"Dia tidak akan menolak permintaan ratu. Kalau tidak diberikan jalan maka kita yang buat jalannya, bukankah dia tinggal di hutan sebelah kanan rumah sakit?"
"Ah! Ya! Kenapa tidak terpikirkan oleh ku, dengan begitu kita bisa memfasilitasi pasien lebih banyak lagi dan dan dan..."
'Dan membangun rumah sakit baru. Memisahkan laboratorium dengan daerah dokter dan farmasi.' pikir Dewi Kadita. Tiba tiba jari dijentikkan sudah pasti ada ide gila yang tiba tiba nyangkut. Dewi Kadita mulai berpikir kalau mungkin Lois juga butuh tenaga medis tersebut. Tidak tidak, satu satu, urus Dewi Rara Kuning dulu sampai beres urusan ranjang yang kedua. Tapi kalau bisa jalan sekaligus kenapa harus satu satu?
"Emmm... Nyi Roro terlihat lebih cerah sekarang."
"Hohoho... tentu saja."
.
.
.
Setibanya di pondok tempat Mak Erot berada, setelah Lois mempertemukan Dewi Rara Kuning, giliran Dewi Rara Kuning yang enggan menjadi pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen from Southern Sea
Fantasy*Note : Buku ke 15 O Yen [search : mencret9x] Bosan dengan wajah prajurit dan budak yang sama Nyi Roro Kidul memutuskan untuk mencari mangsa baru, pergi ke gerbang tempat dimana salah satu pintu kerajaannya terletak. Diam diam memantau dari permukaa...