Bagian 1 ~ Hujan

188 34 217
                                    

Disclaimer!!! Ini cerita emang udah pernah aku publikasikan di akun wp sitibia terus karena akun itu udah jarang aku buka makanya ceritanya aku pindah ke akun wp ini :)
Semoga suka !!! Yaudah cus ke cerita.

♾♾♾♾♾♾♾

HUJAN
.

.

.
Kata orang hujan adalah 99% kenangan dan 1% lapar.
Ternyata bagiku hujan adalah sebaliknya 99% lapar, 1% kenangan. Nyaris tidak ada.

🌨🌨🌨

Hampir satu setengah jam sudah malam ini hujan mengguyur bumi. Apakah hujan tak bosan jatuh berkali-kali hanya untuk menemui bumi?

Bukankah jatuh itu sakit?

Lucunya jika berpikir tentang hujan, jika hujan adalah seorang manusia, sudah pasti ku teriaki 'lo paling bodoh diantara yang terbodoh, jatuh berkali-kali hanya untuk orang yang sama'.

"Haishhh...," ku hembuskan napas ku dengan kesal, hujan ini membuatku lapar.

Apa yang cocok saat hujan seperti ini, selain makan-makan yang hangat seperti mie rebus bersama dengan teh hangat misalnya?

Akh iya, tidur bukan?

Dengan selimut panjang yang menutupi seluruh badan. Duh, membayangkannya saja sudah membuatku merasa senang.

"Amaaaa, tolongin mama sebentar sini"

"Iya ma"

Ama itu panggilanku. Namaku Jesna Amaya, orang-orang yang hanya sekadar mengenalku memanggilku Jesna, Jes atau Ana. Sedangkan orang-orang yang dekat denganku memanggilku dengan sebutan Ama atau Aya, akhh untuk Aya sebenarnya hanya ada satu orang yang memanggilku seperti itu dan aku suka itu.

"Beliin mama minyak goreng dong!"

"Ma... hujan,"

"Udah sana, huss..." Mama mengibas-ngibaskan tangannya ke arah ku.

Mama mengusirku. Astaga, tolonglah di luar sedang hujan dan ini sudah malam. Aku keluar hanya demi minyak goreng? Ohh shit tidak lucu bukan?

"Ma kenapa gak di rebus aja? minyak goreng lagi mahalkan ma?"

"Di rebus?"

"Iya ma. Kata bu Mega masih banyak cara lain selain di rebus ehh selain direbus, selain di goreng ma"

"Oh gitu. Ama ngasih saran ke mama buat rebus bakwan. Oke"

"Eh, bakwan di rebus. Apa rasanya ma?"

"Ya ga tau, kan Ama yang nyuruh"

"Yaudah sih ma. Amaa pergi deh beliin minyak goreng"

"Hati-hati."

Ku tatap hujan masih setia turun ke bumi. "Kapan berenti" gumamku dengan decakan sebal.

Aku bukan membenci hujan hanya saja kadang ku rasa hujan tak tau diri terlalu sering jatuh ke bumi, bukankah itu akan menyakiti bumi? Ah sudahalah seterah—'terserah' hujan sajalah, ntar banjir lagi.

"Kenapa belum pergi? Mau mama rebus aja bakwannya?"

"Ya enggak dong ma, kan uangnya belum"

"Nih, dua liter ya"

"Ma ini ko uangnya pas-pas an buat aku jajan mana ma? mana hari hujan lagi"

"Kamu ini... nih"

"Uuuuu tq mama. Amaa pergi dulu. Assalamualaikum"

Di Bawah Guyuran Hujan [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang