Bagian 2 ~ Malam Hujan

54 31 264
                                    

Malam Hujan
.

.

.
Pernah dengar kata jangan terlalu benci dan jangan pula terlalu cinta. Bencilah sewajarnya dan cintailah sekadarnya? siapa tau suatu saat apa yang kau benci adalah yang kau cinta.

Sayangnya, aku tetap ragu dengan kata itu sebelum aku mengerti apa yang harus di wajarkan dengan kebencian dan apa yang harus di kadarkan dengan cinta.

🌨🌨🌨

Pov. Bumi

Jam menunjukkan 06:45 pm ah sudah senja rupanya, matahari yang tadi nya bersinar perlahan-lahan menghilang begitu saja akan di gantikan malam. Ku tatap langit, aku sedikit tersenyum sinis melihatnya, mendung. Sejak kapan awan putih tadi berubah menghitam. Ahh shit sialnya sekarang aku sedang diluar bersama teman-teman laknat.

"Gue pulang duluan ya Adl, Shak"

"Bentar lagi magrib ko pulang"

Ku tatap langit mendung yang menjadi alasan utama aku beranjak dari sini. Adlan dan Shaka mengikuti arah pandangku, Shaka sedikit berujar seperti bergumam.

"Mendung"

"Hmm, duluan ya"

"Yoo, hati-hati di jalan Bum"

Ucap Adlan saat aku mulai mengambil beberapa barangku di atas meja.

"Bumi bukannya lo ga suka hujan?"

"Makanya gue mau pulang Shak"

"Tapi kalau lo kehujanan di jalan gimana? Kita gak bakal tau hujan turun kapan. Saat lo turun di bawah juga hujan bakal bisa turun, bukankah hujan turun semaunya."

"Lah ia mending lo disini deh"

Kembali ku tatap langit, sekarang tidak terlalu mendung ku pikir masih sempat lah untuk pulang. Tapi Shaka juga benar, hujan turun semaunya.

"Sempet ko belum terlalu mendung"

Ku langkahkan kaki ku dari sana. Ku lajukan mobilku dengan kecepatan sedikit lebih tinggi, ah shit kenapa sekarang jalanan terasa begitu lebih banyak dari biasanya. Ku turunkan kecepatanku agar tak menabrak orang di depanku.

Tes.. tes.. tes.. rintik hujan mulai muncul. Ckck decakku sial, harusnya aku mengikuti saran Shaka agar tidak pulang, sekarang aku terjebak hujan. Kepalaku pusing dengan tubuh yang panas dingin keringat pun mulai menjalar keseluruh bagian. Yang tadinya jalanan ramai sekarang cukup membuat lengang entah kemana orang-orang.

Aku tidak tahan lagi ku bantingkan stir ke sembarangan arah untuk menepi. Ku tutup telingaku dengan telinga menunduk seperti terlihat mencengkram bagian rambut kepala.

Satu jam lebih sudah aku disini dengan keadaan yang sudah tidak karuan. "Kapan hujan berenti" ucapku lemah, begitu menyedihkan. "Akhhh" teriakku kesal.

'Ceklek' pintu mobilku terbuka terlihat seorang gadis dengan wajah khawatir yag dengan secepat kilat berubah menjadi takut dan was-was.

"Ma-maaf aku kira orang kecelakaan"

Tanpa ku pedulikan ucapannya dengan cepat ku tarik ia masuk kemobil. Aku butuh teman untuk mengalihkan ketakutanku.

"Auu, sakit tau. Lo siapa sih, orang gak kenal juga"

Aku meringis ketika melihatnya terjengkang menubruk ku. Setelah ia membenarkan posisinya ku nyalakan mobilku untuk memperbaiki posisi yang ternyata sedikit menghalangi jalan.

Eh, mau kemana. Lo mau nyulik gue ya, lo penculik ya?"

Paniknya saat mobilku mulai ku jalankan sedikit maju kedepan. Klek, kumatikan mesin mobilku lalu menoleh ke arahnya, lucu pikirku saat melihat wajahnya yang sedikit ketakutan. Ah, meskipun di luar hujan masih deras aku seakan melupakannya karena gadis ini.

"Nggak, mau benerin mobil ngehalangin jalankan. Makanya lo ngira kecelakaan"

Ia hanya berangguk tapi sedetik kemudian wajah horornya kembali. Hahhh gadis ini, apa aku seperti tampang penjahat.

"Gak usah natap kaya gitu, gue gak bakal apa-apain lo ko"

"Truss?"

"Lo mau gue apa-apain?"

Sahutku pada gadis itu dan mengunci pintu mobil untuk sekadar menjahilinya. Tapi reaksinya begitu lucu menurutku dengan tangan di tunjuk kearahku dan mengatakan huruf perhuruf dengan penekanan, yang membuatku ingin tertawa.

"Lo jangan macam-macam ya!"

"Bercanda"

"Yaudah, mobilnya buka gue mau turun"

"Jangan, temenin gue disini yak sampai hujan reda"

Ku tahan tangannya agar tidak beranjak, ku lihat wajahnya menatap ku heran sambil mengangkat alis seolah sedang bertanya

"Gue takut hujan"

"Why?"

"Ya takut"

"Ya kenapa?"

Jengkel. Terlihat dari ekspresinya tapi entah mengapa itu yang aku suka, seakan melihat wajahnya adalah candu padahal baru pertama kali mengenalnya. Ku jawab apa yang ia ingin ketahui tapi dugaan ku tentang jawabannya sungguh di luar dugaan yang membuat ku sedikit terkekeh.

"Mungkin sebagian orang menyukai hujan, tapi gue bukan salah-satunya"

"Sumpah gak nanya sih"

"Aku takut hujan, karena aku benci hujan"

"Oh"

"Lo suka hujan?"

"Enggak"

"Trus ngapain hujan-hujanan"

"Hujan-hujanan mata lo. Gue pakai payung kali, payungnya aja tadi kelepas di luar lo narik gue sampe kejengkang soalnya"

Nge gas. Rasanya aku ingin tertawa mendengarnya. Ah gadis ini, apakah aku sekarang menemukan obatku atau aku telah jatuh cinta pada hujan.

"Kenapa gak suka hujan?"

"Kenapa banyak tanya?"

"Nanya aja"

"Oh. Seperti kata lo, sebagian orang memang menyukai hujan, aku bukan salah satunya"

"Oh"

"Tapi gue juga gak membenci hujan. Biasa aja, hujan malah bikin gue lapar sama ngantuk."

Akhirnya hujan reda. Shit, bahkan aku sekarang tidak tau kapan air dari langit itu berhenti jatuh. Aku bahkan mengumpatnya dalam hati 'kenapa berenti saat aku tak mau berenti'.

Hujannya reda. Sekarang boleh turun?"

"Iya, makasih"

Ia berlenggang pergi sedikit berlari. Ckckc decakku 'sial lupa minta nomer' aishhh bahkan aku lupa menanyakan namanya. Ku tatap langit dan sedikit tersenyum untuk pertama kalinya aku merasa senang setelah hujan.

Ku jalankan mobilku untuk pulang kerumah. "Apakah aku menantikan hujan selanjutnya?" Gumamku sendiri di perjalanan.

__________

Typo bertebaran dimana-mana.

Ⓓⓘ Ⓑⓐⓦⓐⓗ Ⓖⓤⓨⓤⓡⓐⓝ Ⓗⓤⓙⓐⓝ

Jangan lupa Vote, Komen dan Share 💞

Di Bawah Guyuran Hujan [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang