Bagian 7 ~ Gerimis

29 12 40
                                    

Gerimis

.

.

.

Kalau gerimis ya neduhlah ngapain hujan-hujanan.

🌨🌨🌨

Kalau di tanya sekarang aku lagi apa? Jelas jawabannya lagi gak ngapa-ngapain. Hanya duduk di teras rumah menikmati secangkir kopi latte kegemaran dan menatap langit yang baru saja menjatuhkan butiran air ke bumi. Tidak banyak, hanya gerimis yang kalau ada pakaian di jemuran sebagian orang masih tetap akan membiarkannya kehujanan tanpa berniat untuk membangkitnya. 'Toh itu gak bakal buat pakaian basah kuyub'.

Air jatuh tetap saja air, gerimis? Ya tetap saja hujan. Bedanya kadar airnya saja lebih banyak hujan di banding gerimis dan lebih besar butiran air hujan di banding gerimis. Itu saja, selebihnya gerimis masih di namakan hujan kok.

Arah mataku masih sama. Menatap langit yang kian lama kian menggelap, meski mendung, langit tetaplah langit. Cantik, indah sempurna. Dengan warna biru tertutup awan hitam, sebentar lagi gerimis itu rupanya akan berubah menjadi hujan deras. Dingin yang sejak tadi menjalar di tubuhku semakin lama kian menusuk, angin seolah berhembus kencang menerpa apa yang ada di hadapannya. Tak menunggu waktu lama aku memutuskan untuk bangkit dari teras karena percikan air hujan sudah mulai mengenai tubuhku dan juga membasahi halaman.

"Amaa... handpone kamu dari tadi bunyi mulu, cek gih sana siapa tau penting"

Sapaan Mama menghentikan langkahku menuju kamar. Aku tersenyum ketika ingat bahwa sesuatu yang kulupakan sejak tadi adalah benda pipih segi empat itu. Akhh iya bahkan aku lupa meletakannya dimana.

"Iya Ma.. ini juga pas banget mau ke kamar,"

"Orang handpone kamu di ruang tamu kok"

"Tau Ma," sahutku pura-pura tahu. Bukan tanpa sebab, hanya saja aku malas mendengar ocehan Mama kalau saja Mama tahu aku lupa meletakkan sesuatu barang dimana.

Aku berjalan menuju ruang tamu untuk sekedar mengambil benda pipih itu lalu kembali ketujuan awal untuk ke kamar.

"Ngapain tadi kamu di teras?,"

Lagi-lagi suara Mama menginterupsi jalanku, akhirnya ku daratkan bokongku di sofa ruang tamu untuk sekedar bercakap-cakap dengan Mama.

"Nggak ngapa-ngapain Ma, cuma duduk aja"

"Galau ya?"

"Mana ada,"

"Masa?"

"Iya," sahutku pada Mama.

Aku mengalihkan pandangan dari Mama untuk menatap benda pipih yang dari beberapa menit lalu sudah berada di genggaman. Terlihat ada tiga panggilan tak terjawab dari Edward, dengan lincah tanganku masuk ke aplikasi whatshapp untuk sekedar melihat adakah pesan chat yang ia tinggalkan.

Edward ✨
Ay..
Lagi dimana?
Ayaa angkat telponnya
Lagi sibuk ya?
Aya nanti telpon balik ya

Sorry ed tadi emang lagi gak megang hp
Kenapa?

Setelah membalas pesan chat Edward aku kembali meletakkan handponeku keatas meja. Mengalihkan pandanganku ke Mama yang sejak tadi menatapku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Bawah Guyuran Hujan [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang