Bagian 6 ~ Pluviophobia

54 24 134
                                    

Pluviophobia

.

.

.

Sebenarnya hujan dan kenangan adalah perpaduan yang kurang pas bagi orang-orang pluviophobia. Rencana mau melupakan, eh gara-gara hujan teringat lagi. Bukannya lupa, malah tambah trauma.
Menyedihkan bukan?.

🌨🌨🌨

Pov. Bumi

Langit D'cafe adalah salah satu tempat yang cukup sering kami datangi;aku, Adlan dan Shaka untuk sekedar bersantai di sore hari berkumpul bersama dan sedikit mengobrol ringan tentang beberapa hal yang sama sekali tidak berbobot.

"Bum, lo kemana aja dari minggu kemaren gak ada kabar?"

"Iya nih. Seminggu loh Bum, lo gak ikut nongkrong sama kita berdua"

"Ke BJM"

"Banjarmasin. Ko ga bilang?"

"Bukan..."

"Apanya?"

"Bukan Banjarmasin Ad,"

"Trus?"

"Bawah Jembatan Mantuil"

Shaka yang hanya mendengarkan obrolanku dengan Adlan langsung tertawa terbahak-bahak. Adlan yang sekarang terlihat memasang wajah kesal karena baru menyadari aku sedikit menjahilinya.

"Cekik orang dosa gak sih Shak?"

"Sok atuh silahkeun"

Ucap Shaka dengan logat sunda yang di buat-buat. Shaka kembali sedikit tertawa sesekali mencoba menghentikannya.

"Gue juga kemaren ke Jakarta loh Ad, Bum"

"Jangkang dan sekirtanya"

"Sekitarnya Bum"

"Loh ga gitu Shak. Kalau Jangkang dan sekitarnya bukan Jakarta dong namanya,"

"Trus apa?"

"Jakatar"

"Lah iya"

Sekian dari banyaknya obrolan tidak berbobot kami di mulai. Entah mengapa dari beberapa banyaknya joke receh yang ada, kami lebih memilih joke ringan yang mungkin menurut orang tidak lucu sama sekali.

Bahagia sesedarhana itu bukan?. Tak perlu penilaian orang, yang bagi orang lucu mungkin bagi kami tidak dan yang bagi orang itu terdengar cringe disitulah letak kelucuannya. Saat berbicara dengan antusias dan pendengarnya juga antusias tiba-tiba hening beberapa saat loading sesekali terdengar suara jangkrik;krik,krik,krik di kepala dan bum—- setelahnya pecah dengan tawa. Entah apa yang di tertawakan, menurut kami disitulah level tertinggi sebuah candaan. Mungkin itulah definisi kami tentang Cringe=renyah.

Saat kami tengah asyik mengobrol dengan joke yang sama sekali tidak berbobot terdengar dari arah panggung suara perempuan yang mengalihkan atensi kami dari obrolan.

"Oke. Tes, Assalamualaikum temen-temen semua selamat sore. Gue mohon izin ya buat ngasih satu lagu untuk kalian semua, spesial ini gak ada tempat lain"

Suara teriakan dan tepuk tangan mulai menggema di seluruh cafe. Ku tatap nanar perempuan yang berada di atas panggung itu dengan gitar di tangannya. Familiar.

"Apakah dia yang menemaniku di bawah guyuran hujan waktu itu. Mengira aku kecelakaan? dan berhasil menghilangkan atensiku pada hujan?"

"Dia?"

Shaka menunjuk ke arah panggung. Tanpa menjawab pertanyaan Shaka aku masih menatap perempuan itu. Mencoba mengingat bagaimana wajah gadisku saat menemani ku waktu hujan. Ahh gadisku, bahkan aku tak tahu namanya.

Kudengar suaranya begitu merdu dengan alunan gitar yang menenangkan. Setelah selesai ia turun dari panggung berjalan menuju ke arahku ah bukan lebih tepatnya melewatiku.

Satu

Dua

Ti,,,

Langkah ketiga saat ia melewatiku ku tarik tangannya untuk menghentikan langkahnya.

"Au..."

Ringisnya saat tangannya di tarik olehku dan mundur beberapa langkah. Ia mendongak melihat ke arahku.

"Lo. Lo hobby banget ya narik orang?"

Ucapnya sambil menunjukku.

"Lo masih ingat gue?"

"Menurut lo?"

"Iyasih muka gue emang susah di lupain"

"Pd abis"

Ucapnya sinis namun terlihat menggemaskan bagiku. Ah sungguh menggelikan melihat wajah marahnya saat ini.

"Kenalin nama gue Kaindra Bumi Arkana. Tapi lo boleh manggil sayang"

"Dangdut"

"Lo suka dangdut?"

"Ada yang ngomong tapi gak ada orang"

Aku terkekeh saat mendengar sahutannya.

"Yaudah. Teman?"

Ucapku sambil mengulurkan tangannya. Beberap detik tanganku menganggur di udara sebelum di sambutnya.

"Hmm"

"Nama lo siapa?"

"Amaya"

"Amaya doang?"

"Jesna Amaya"

"Gue panggil Aya"

"No" ucapnya sedikit berteriak. Aku hanya mengangkat alis seraya berpikir mungkin itu untuk panggilan spesial.

"Kenapa?"

"Panggil Ama aja!"

"Gak Maya aja"

"Serah lo"

Saat Maya mau melangkahkan kaki menjauh dari ku. Secepat kilat ku tahan.

"Hobby banget ya nahan orang?"

"Gak cuman lo." Ucapku dengan senyum tipis "Ngomong-ngomong thanks ya buat yang kejadian waktu itu udah nolong nenangin gue"

"Hmm... ada ya orang yang Pluviophobia"

"Ya begitulah, hujan dan kenangan kurang pas bagi gue. Terlalu dramatis yang berakhir traumatis"

"Yaudah kalau mau ngobrol kapan-kapan aja. Soalnya gue lagi sama temen-temen"

Adlan dan Shaka yang sejak tadi hanya menyimak percakapan kami langsung nimbrung.

"Gabung aja sama kita-kita"

"Hmm,,, lain kali aja. Kayanya kita mau pulang udah sore banget"

"Oh iya. Yaudah kalau gitu kenalin gue teman Bumi. Arshaka"

"Adlan"

"Hmm Amaya, yaudah gue duluan"

"Yo hati-hati Ma"

__________

Typo bertebaran dimana-mana.

Ⓓⓘ Ⓑⓐⓦⓐⓗ Ⓖⓤⓨⓤⓡⓐⓝ Ⓗⓤⓙⓐⓝ

Jangan lupa Vote, Komen dan Share 💞

Di Bawah Guyuran Hujan [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang