four

400 81 13
                                    

Satu kali, Jihoon pernah mencoba menyembunyikan sesuatu dari Yedam, tapi dia gagal.

Saat itu adalah sisa-sisa semester yang biasanya membuat para mahasiswa dilanda stres karena sesuatu yang berjudul Proposal dan Skripsi.

"Kusut banget muka lu, kenapa?" sapa Eric yang menepuk bahu Jihoon sambil duduk di sebelahnya.

"Abis dibantai Dosen, skripsinya harus ganti judul." jelas Sunwoo, kedua matanya menatap Jihoon prihatin. "Padahal udah 50% on progress."

"ANJIR, KOK BISA?" teriak Eric spontan.

Untungnya keadaan kampus kala itu cukup sepi, hanya ada beberapa mahasiswa termasuk mereka bertiga.

"Itu si Bapak kayaknya emang sensi sama gue deh." Jihoon menghela napas panjang sambil tersenyum miris, mengingat perkataan Dosennya tadi. "Udahlah nggak usah dibahas lagi."

"Semangat ya, Hoon. Kalo butuh temen, gue selalu available kok buat lu." Eric dengan santai melingkarkan tangannya pada pinggang Jihoon, bermaksud memberikan pelukan.

"Najis, geli banget anjing." tolak Jihoon mentah-mentah, dia menarik dirinya menjauh yang dibalas tawa dari Eric dan juga kekehan dari Sunwoo.

"Eh tapi serius deh." kata Sunwoo yang sudah menutup layar laptopnya. "Kerjainnya step by step aja, jangan sampe lu malah kecapean terus akhirnya sakit."

"Iya bener, lagian gue yakin skripsi lu pasti beres tepat waktu." lanjut Eric dengan senyumannya.

Jihoon hanya mengangguk, berusaha mengiyakan perkataan teman-temannya demi ketenangan dirinya sendiri.

"Gue lanjutin revisi nanti lagi aja." Sunwoo meregangkan tubuhnya, untuk menghilangkan rasa pegal akibat duduk terlalu lama.

"Udah pada mau pulang?" tanya Eric sambil menatap mereka bergantian.

"Pulang, lah. Gue mau jemput Yedam sekalian." Jihoon langsung bergerak menutup laptop dan membereskan beberapa referensi skripsi yang berserakan.

"Dasar bucin." komentar Sunwoo dan Eric kompak.

"Berisik lu, jomblo." ledek Jihoon, dan tanpa menunggu balasan dari teman-temannya, dia langsung berlari menjauh.

"Dasar temen nggak tau diri!" teriak Sunwoo, sementara Eric hanya bisa menggeleng menatap Jihoon.

~~~^^~~~

"Aku punya sesuatu buat kamu." Yedam mengeluarkan sebuah keyring yang berbentuk ulat bulu berwarna hijau.

"Aku gantung di sini ya, pasti bagus."

Jihoon hanya menanggapi dengan senyum tipis, dia menatap Yedam yang berusaha menggantung keyring yang kelihatan sangat tidak cocok untuk ada di mobilnya.

Suasana menjadi hening setelahnya, dengan Jihoon yang memandang jalanan tapi pikirannya melayang jauh, sementara Yedam melihat ke arah jendela, untuk memandang langit yang kelihatan cerah.

Yedam sadar bahwa ada yang berbeda dari Jihoon, pacarnya itu kelihatan murung, dan tidak seceria biasanya.

"Kamu hari ini lagi cape, ya?"

Jihoon tersentak, dia langsung menoleh karena mendengar suara Yedam. "Cape dikit, biasalah mahasiswa akhir."

"Tapi skripsi kamu lancar?" tanya Yedam hati-hati.

'Lancar apanya? Gue harus ngulang lagi semuanya dari awal, bangsat!' jerit Jihoon dalam hati, karena dia tidak mungkin mengungkapkannya, dan membuat Yedam khawatir.

Jihoon menghela napasnya, butuh waktu cukup lama sebelum dirinya mengangguk. "Lancar, kok."

Sejenak, Yedam ragu dengan jawaban yang diberikan Jihoon. Rasa khawatir langsung memenuhi pikirannya, dan raut curiga muncul di wajahnya.

"Kamu lagi nggak bohong, kan?"

Melihat perubahan drastis dari wajah Yedam, membuat Jihoon sedikit panik lalu buru-buru menggeleng cepat. "Aku nggak bohong, sumpah."

Yedam tidak tahu apakah itu sekedar alibi atau memang benar. Tapi mungkin Jihoon memang butuh waktu untuk berbicara jujur dengannya, dan menanyakan lebih jauh pun rasanya percuma.

Setelah merasa aman, Jihoon kembali fokus pada jalanan sambil sesekali menyalip mobil lain dengan kecepatan wajar.

Yedam tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Jihoon dan mengamati wajahnya dari samping. "You have me, remember it. And if you need me, I'll always be there."

Yedam memutuskan untuk menggenggam tangan kiri Jihoon yang ada di atas tuas persneling saat lampu merah menjebak mereka.

"Ji.. kalo ada masalah, cerita sama aku ya. Aku mungkin nggak bisa bantu banyak, tapi aku bakal selalu dengerin kamu."

Pegangan tangan kanan Jihoon pada stirnya mengencang, menandakan air matanya yang akan jatuh setelah menyadari betapa pekanya Yedam.

tbc..

~~~^^~~~

Little Things - [hoondam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang