six

342 66 1
                                    

Jihoon tahu betapa sukanya Yedam pada musik, jadi itu sebabnya dia rela menyisihkan sebagian uangnya untuk membelikan Yedam sebuah gitar elektrik.

Apartemen Jihoon sebenarnya memiliki dua kamar, satu untuk mereka berdua, dan yang satunya lagi dijadikan tempat untuk Yedam menyimpan barang-barang favoritnya.

Rak yang beberapa waktu lalu mereka rakit, akhirnya disimpan di kamar itu karena Yedam menginginkannya sebagai tempat penyimpanan kaset dan album musik miliknya.

"Ini namanya apa?"

"Power amplifier." jawab Yedam singkat, karena dirinya sedang sibuk memutar tuner gitarnya untuk mengatur suara yang pas.

Jihoon mengangguk-angguk, kemudian menunjuk benda kecil yang berjejer dan disambung kabel ke pengeras suara. "Kalo ini apa?"

"Effect pedals." Yedam kini memangku gitarnya dan mencoba memetik satu senarnya untuk memastikan nada yang keluar.

"Kalo yang warna biru ini apa?" tanya Jihoon lagi.

"Di situ kan ada namanya, sayang. Tinggal kamu baca aja sendiri." nada jengah yang terdengar jelas dalam suara Yedam, membuat Jihoon tertawa.

Jihoon kemudian beralih mengobservasi ruangan ini, memandangi beberapa poster band yang sebagian besar dia kenal. Ada pula tanaman kaktus yang sengaja diletakkan Yedam pada meja depan di dekat jendela dan beberapa pigura foto.

Jihoon tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat foto mereka berdua memenuhi hampir semua bagian meja, karena Yedam mempunyai kebiasaan mencetak foto di momen-momen kesukaannya.

"Aku mau main." kata Yedam. "Kamu nggak mau keluar? Nanti berisik."

"Nggak, aku mau dengerin." Jihoon pun mendekat, memutar kursi supaya dia bisa duduk sambil melihat Yedam. "Lagu apa?"

"Perfect, lagunya Ed Sheeran."

Jihoon mulai kepedean, tersenyum malu-malu karena pilihan lagu Yedam. "Udah tau chord-nya?"

"Tau, lah. Orang cuma G, E minor, C, E, sama D." Yedam mengangguk yakin sambil tersenyum lebar. "Gampang itu mah."

'Cih, gampang katanya.' cibir Jihoon, karena dia pernah mencoba untuk belajar bermain gitar dan langsung menyerah tiga hari setelahnya.

Tapi Yedam berbeda, dia sudah bermain gitar dari usia belasan tahun, dan meskipun terkadang Jihoon menemukan banyak luka gores di jari-jari Yedam akibat senar gitar, dia masih tetap menyukainya dan memainkannya hingga saat ini.

Dan itulah yang membuat Yedam semakin mengagumkan di mata Jihoon.

Yedam kembali fokus memetik senar gitarnya, dan kali ini ada deretan nada dengan senandung lagu yang berusaha dia nyanyikan untuk Jihoon.

Jihoon mungkin tidak mengerti musik, tapi sebuta apapun dirinya terhadap irama, melodi, dan tempo, Yedam tetap sanggup memukaunya setiap saat.

"How is it, Ji?" tanya Yedam sambil menatapnya penuh harap.

"Perfect, you always amaze me." puji Jihoon sambil bertepuk tangan, seolah-olah Yedam baru saja mengadakan konser tunggal.

Yedam tersenyum puas sambil melirik gitar di dekapannya. Sebuah gitar elektrik yang diberikan Jihoon untuknya memiliki strap berwarna abu-abu, dan pada ujungnya terdapat kalimat Break Your Limits dengan font kapital warna putih.

"Thanks to your guitar, I guess."

"Yaiyalah, kan gitar mahal." jawab Jihoon bercanda.

"Sombong banget, heran." Yedam terkekeh, menggelengkan kepalanya dengan raut wajah pura-pura meledek.

"Kamu bahagia banget ya pas lagi main gitar, aku seneng liatnya." celetuk Jihoon saat Yedam beralih untuk menyimpan gitar itu ke tempat semula dengan sangat apik.

Terdengar klise mungkin, tapi selain gitar, kehadiran Jihoon yang selalu ada di sisinya adalah salah satu alasan kenapa Yedam bisa sebahagia ini.

tbc..

~~~^^~~~

Little Things - [hoondam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang