Setahun yang lalu saat akhirnya Jihoon memutuskan mengajak Yedam untuk tinggal bersamanya, sejak itu pula dia mempelajari banyak hal.
"Mending warna monochrome atau earth tone?" tanya Yedam ketika mereka berjalan berdampingan menyusuri lorong.
"Terserah kamu, aku ngikut aja." jawab Jihoon.
Seperti misalnya, Jihoon akan membiarkan Yedam yang memilih karena dia tahu Yedam tidak terlalu menyukai warna-warna cerah untuk dinding. Jadi untuk sementara waktu, Jihoon melapisi ulang dinding apartemennya dengan cat putih.
Mereka berdua sudah berada di IKEA sekitar satu jam, mengelilingi setengah dari tempat ini hanya untuk menemukan furniture dan perlengkapan yang cocok.
"Yaudah, kalo gitu yang ini aja ya?" Yedam menunjukkan satu warna yang dia pilih pada Jihoon.
Jihoon mengangguk sambil bersandar ke troli. "Nanti sekalian beli set piring sama gelas yang couple ya."
"Dih?" komentar Yedam, memandang geli sekaligus heran ke arah Jihoon. "Sejak kapan kamu tertarik sama barang-barang couple?"
Jihoon hanya tertawa lalu menggelengkan kepalanya. "Sejak aku jatuh cinta sama kamu kayaknya."
~~~^^~~~
Mereka hampir sampai di depan kasir ketika Jihoon memeriksa kembali apa saja yang sudah mereka pilih.
"Lampu, wallpaper dinding, holder sikat gigi, piring, gelas, rak juga udah. Menurut kamu apalagi yang kurang?"
"Kulkas." jawab Yedam cepat.
"Hah? Itu out of topic banget." ucap Jihoon, langkahnya ikut berhenti di lorong barang elektronik. "Aku bahkan nggak kepikiran."
"Kamu tuh lupa ya?" protes Yedam, mengingat kebiasaan yang selalu dia lakukan setiap malam. "Susu aku harus selalu dingin pokoknya."
"Oh bener." Jihoon menjentikkan jarinya sebelum memberikan isyarat setuju. "Oke."
Melihat Jihoon yang langsung setuju, membuat Yedam jadi berpikir. "Ada bugdet-nya emang, Ji?"
"Ada, lah." balas Jihoon tanpa ragu. "Kan aku yang ngajakin kamu pindah, jadi ya itu tanggung jawab aku."
Sejujurnya, Jihoon tidak seharusnya berpikir bahwa semua pengeluaran harus dia yang tanggung, karena bagaimana pun juga Yedam tetap mau ambil bagian.
"Kenapa kita nggak patungan aja?" bujuk Yedam.
"Nggak perlu, soalnya aku belum bangkrut." canda Jihoon.
Tapi, Yedam bukan orang yang gampang menyerah jadi dia akan mencoba untuk membujuk sekali lagi pada Jihoon.
"Kita patungan aja ya? Please?" pinta Yedam sambil tersenyum.
Biasanya, Jihoon akan luluh kalau Yedam sudah memohon-mohon dengan wajah manis yang dia punya.
Tapi sekarang, kenapa Jihoon malah menunjukkan raut wajah tanpa ekspresi?
"Please, ayo dong kita bayar patungan aja.." desak Yedam, kali ini dia sengaja memeluk Jihoon dari samping.
"Tapi--"
"Nggak ada tapi-tapi!" teriak Yedam.
Sadar bahwa Jihoon kaget karena teriakannya, Yedam buru-buru kembali menunjukkan senyumannya. "Boleh ya, sayang?"
Jihoon mengernyit, merasa ada yang salah dengan pendengarannya sendiri. "Wait, you call me what?"
"Sayang." ucap Yedam lagi, karena dia tahu kalau itu adalah titik kelemahan Jihoon untuk dirinya.
"Coba sekali lagi." pinta Jihoon memastikan.
"Sayangnya aku." ulang Yedam, tidak lupa dengan satu kecupan di pipi Jihoon.
Jihoon tiba-tiba tersenyum lebar setelah mendengar itu, rasanya dia mau melayang karena Yedam memanggilnya dengan sebutan sayang.
Yedam melepaskan pelukannya, tapi kemudian dia menggelayut manja di lengan Jihoon sambil menatapnya. "Jadi patungan, kan?"
"As you wish, sayangku." Jihoon yang tadinya bersikeras, dalam sekejap langsung berubah menjadi Jihoon yang lemah tidak berdaya di hadapan Yedam.
tbc..
~~~^^~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things - [hoondam]
Fanfiction[COMPLETED]✔ Sedikit banyak, Jihoon dan Yedam mulai paham tentang hal-hal kecil yang disukai satu sama lain. Atau mungkin, isinya cuma cerita antara Yedam sama Jihoon yang pacaran. bxb short story harsh word bahasa non-baku attempt humor fiksi only...