eight

360 64 17
                                    

"Ji.." panggil Yedam sambil mengguncang-guncang tubuh Jihoon yang masih mendengkur pulas di sebelahnya.

Tidak ada jawaban dari Jihoon yang sekarang malah semakin menempel pada bantalnya.

Pagi ini, Yedam bangun lebih awal daripada biasanya. Dan meskipun Yedam sendiri masih dalam proses mengumpulkan nyawa, tapi dia tetap harus berusaha membangunkan Jihoon.

"Ji.." Yedam mencoba membangunkan Jihoon lebih keras, dan kali ini lengkap dengan pukulan di tangannya. "Bangun yuk, kita jogging."

"Hm?" gumam Jihoon dan Yedam membiarkannya sampai dia membuka matanya lalu merentangkan kedua tangannya.

Kesadaran Jihoon mulai datang saat menyadari bahwa keadaan di sekitarnya masih gelap, belum ada tanda-tanda matahari terbit.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam lima." jawab Yedam, menunjuk ke arah jam dinding di kamar mereka.

"Masih pagi?!" pekik Jihoon tertahan, menggeleng tidak percaya atas kelakuan Yedam.

"Ayo jogging, ih. Sekalian liat sunrise." ajak Yedam antusias, tangannya dengan kasar menarik-narik selimut Jihoon.

"Nanti aja bisa nggak? Aku masih ngantuk." Jihoon kembali mendusel pada bantalnya, kemudian menyingkirkan tangan Yedam untuk menarik selimutnya lagi.

Yedam mengambil bantal miliknya untuk menggebuk kepala Jihoon. "Kalo nanti, mataharinya keburu terbit dong."

Lalu setelahnya, kening Jihoon yang menjadi sasaran untuk disentil oleh jari lentik Yedam.

"Sakit, heh!" protes Jihoon sambil meringis. "Pacarku kenapa jadi brutal gini sih?"

"Pacaran tuh, sama bantal!" tandas Yedam sebal.

Yedam baru akan beranjak dari tempat tidur saat Jihoon menarik tangannya, membuatnya terhempas dan berbaring kembali.

Yedam mencoba berontak dalam pelukan Jihoon, tapi kekuatannya tentu saja kalah. "Lepasin, mending aku jogging sendiri aja!"

"Iya, aku bakal temenin kamu jogging." kedua tangan Jihoon langsung melingkari pinggang Yedam, memeluknya erat-erat dan menolak untuk membiarkannya pergi. "Tapi ini masih kepagian, Dam."

Yedam yang masih mencoba untuk melepaskan dirinya, langsung terdiam ketika Jihoon mengecup kedua kelopak matanya. "Bangunin aku setengah jam lagi, baru kita siap-siap jogging."

"Bener?" tanya Yedam memastikan, sementara Jihoon mengangguk dengan mata terpejam.

"Iya, sayangku."

~~~^^~~~

Apartemen milik Jihoon terletak di pinggir pusat kota. Daerah sekitarnya adalah taman bermain anak-anak, minimarket sederhana dan toko-toko serbaguna lainnya.

Jika mereka bangun cukup pagi seperti saat ini, mereka akan melihat pemandangan anjing atau kucing lucu yang sedang berjalan-jalan bersama majikannya.

Mereka berdua daritadi sudah berhasil tiga kali melewati jalanan itu sebelum energi Yedam terkuras habis.

"Payah, baru juga tiga puteran. Masa udah cape?" Jihoon menepuk pundak Yedam, untuk memberinya semangat. "Ayo, dua puteran lagi."

"Aku kan maunya jogging, bukan sprint race!" Yedam mendelik sinis ke arah Jihoon, napasnya terengah-engah saat dia berusaha memulihkan kekuatannya kembali. "Dasar orang gila!"

Jihoon malah tertawa mendengar makian itu, dia akhirnya memperlambat langkahnya sambil menunggu Yedam untuk berlari lagi.

"Aku nggak bisa lari lagi." Yedam menyerah saat dia berhenti dengan gusar, membungkuk ke depan dengan kedua tangan di lututnya.

Jihoon berbalik ke arahnya dan mencondongkan tubuh untuk menawarkan botol air mineral yang tadi dibelinya. "Mau minum?"

Tanpa menjawab, Yedam langsung meraih botol air itu dan meneguk sisa isinya sampai habis, dia mendesah lega saat rasa dingin meluncur ke tenggorokannya yang kering.

Melihat Yedam yang sudah terduduk lemas di pinggir jalan, membuat Jihoon langsung berjongkok di hadapannya. "Sini naik, aku gendong."

Senyuman di bibir Yedam kembali merekah, dia dengan semangat melompat ke punggung Jihoon.

"Tunggu, pelan-pelan!" jerit Yedam saat Jihoon menarik bagian bawah lututnya, lalu menyilangkan pergelangan kakinya di perutnya.

Jihoon terkekeh, lalu mulai melangkah sementara Yedam menyandarkan kepalanya di bahu Jihoon dengan pipi mereka yang saling bersentuhan.

"Ji.."

Jihoon melirik Yedam dari sudut matanya. "Apa?"

"Kamu masih sayang sama aku, kan?" tanya Yedam, menampilkan cengiran isengnya.

'Retoris banget.' pikir Jihoon sambil menendang batu yang tidak sengaja diinjaknya. "Ada orang bangun pagi-pagi cuma buat nemenin pacarnya jogging sekalian liat sunrise. Ada orang yang rela ngegendong pacarnya karena tau kalo pacarnya itu udah kecapean. Kalo bukan sayang, apa lagi namanya?"

Yedam melempar kepalanya ke belakang saat tertawa, dia mengeratkan pelukannya di leher Jihoon.

"Ji.." suara Yedam lebih pelan kali ini, tapi masih terdengar jelas di telinganya.

Jihoon bergumam. "Apa?"

"Jangan berhenti sayang sama aku, ya." intonasi Yedam tidak menuntut, tapi nadanya rendah, dan sedikit serak.

Jihoon mengangguk mantap. "Aku suka, sayang, cinta banget sama kamu. Jadi jangan pernah mikir aku bakal ke mana-mana."

Perlahan gelap pada langit mulai berkurang, sehingga Jihoon dan Yedam memandangi sang surya yang mulai menampakan cahaya untuk mengusir gelapnya langit.

Jihoon menoleh ke samping, memerhatikan Yedam yang sedang menatap langit biru penuh takjub. Senyum manis itu masih terpasang di wajah Yedam, rasanya begitu harmonis dengan langit yang perlahan mulai terang.

"Dam, nikah yuk?" itu spontan, karena Jihoon tidak mempunyai cincin, tidak mengenakan pakaian formal, ataupun dengan rambutnya yang ditata secara rapi.

Jihoon yang sekarang lusuh, kotor, dengan rambutnya yang berantakan dan basah karena keringat di wajahnya, tapi Yedam tetap menyukainya.

"Kalo aku nolak?" tanya Yedam bercanda.

"Then, I'll try harder until you say yes." balas Jihoon sambil memberikan kecupan ke punggung tangan Yedam yang berada di bawah bibirnya.

"No need." Yedam menatap tepat ke dalam mata Jihoon. "Because I'm going to say yes at this point."

Jihoon rasanya sangat bahagia ketika Yedam memberikan ciuman di pipinya berkali-kali, bahkan sampai langit sepenuhnya menjadi terang.

Hampir dua tahun.

Ada kalanya di mana Yedam membayangkan dirinya bersama Jihoon hingga waktu yang tidak terjangkau dan penuh harap di saat yang bersamaan.

Yedam menantikannya, tidak sabar untuk menunggu puluhan tahun lainnya yang akan datang bersama Jihoon.

Semoga, selamanya.

Tamat.

~~~^^~~~

yaudah gitu aja hahaha.. anyway, thank you all❤❤❤

Little Things - [hoondam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang