0.0

348 37 3
                                    




ini adalah cerita pertama saya, jadi mohon maaf apabila kurang mengena dalam segala hal dan aspek nya. maafkan saya apabila terdapat typo, saya juga manusia yang pasti bisa salah mengetik dan semacamnya.

sekian, selamat membaca.















ting tong ~



suara bel terdengar dari arah pintu, yeosang yang tengah bersantai pada sofa apartemen nya langsug saja menoleh ke arah pintu, wooyoung - teman se apartemen nya yang duduk di sebelah nya langsung menoleh pada nya.

"apa kau memesan sesuatu?" tanya yeosang pada wooyoung, pemuda kang tersebut telah kembali menatap wooyoung.

"tidak, coba kau lihat, siapa tau kau lupa bahwa kau memesan sesuatu." ucap wooyoung

"yak! aku tidak sepelupa itu ya sampai melupakan apa yang aku pesan." ucap yeosang

"kau memang lupa kok soal apa yang kau pesan, selalu. sudah sana lihat." ucap wooyoung lalu pemuda jung itu kembali menatap layar televisi di depan nya.

yeosang pun segera bangkit dan mengecek pintu depan, diri nya membuka pintu dan mendapati sebuah kotak se ukuran kotak cincin di lantai depan apartemen nya. ia pun meraih kotak tersebut dan membawa nya masuk.

duduk kembali di ruang tv ia membuka kotak tersebut, benar saja ternyata isi nya sebuah cincin. cincin tersebut terlihat cukup tua, dapat di sadari bahwa warna nya yang telah berubah.

"siapa yang memberikan nya? terlihat sangat tua sepertinya."

"aku tak tahu siapa yang memberikan nya, kotak ini sudah tergeletak saja di depan pintu tadi. kau benar juga, cincin ini sepertinya dari zaman nenek kita." ucap yeosang

ia memutar cincin yang berada di tangan nya, penasaran terhadap cincin yang ada di depan nya.

"pakailah, jangan di lihat terus menerus." ucap wooyoung, yeosang pun memakai cincin tersebut.

"cincin ini terlihat seperti punya seorang wanita terlihat penataan berlian dan kerangka nya." ucap yeosang saat dirinya sudah menggunakan cincin tersebut dan cincin itu terlihat pas dan indah bertengger pada jari manis nya.

"hey, coba liat ini, ada sebuah surat terselip, kecil sekali lipatan nya." ucap wooyoung dan menarik lipatan kertas itu keluar.

yeosang langsung saja menarik dan membuka kertas itu lebar lebar, yeosang pun membaca surat itu keras keras.

"halo kang yeosang, aku sengaja memberikan cincin nenek ku padamu, ini cincin yang di anggap sakral bagi keluargaku, aku memberikan ini agar kau tau bahwa aku menyukaimu. cincin ini berasal dari abad 19 dimana nenek moyangku diberikan cincin ini oleh seorang bangsawan." ucap yeosang, dirinya menarik nafas sejenak.

"apa kau ingin tau apa kata bangsawan tersebut? ia mengatakan "berikan cincin ini pada seseorang yang kau suka, kau boleh percaya atau tidak, namun cincin ini akan membuat orang yang kau suka menjadi pasangan sejati milikmu. jangan berikan pada orang yang salah, karena jika kau memberikan pada orang yang salah, cincin ini akan berubah menjadi bahaya bagimu." aku sendiri tak tahu apa kau adalah orang yang tepat untuk ku, namun yang kau harus tau sekarang adalah bahwa aku menyukaimu dan aku ingin kau menggunakan cincin ini. cari aku jika kau ingin mengetahui siapa diriku, salam hangat c.s." yeosang pun mengakhiri sesi membaca tersebut dan menaruh kembali kertas itu pada meja.

wooyoung mengambil kertas tersebut dan membaca ulang. "ini di tulis tangan, apa kau tidak merasa familiar dengan tulisan tangan ini? siapa tahu kau dapat menemui nya." ucap wooyoung

"tidak, aku tak mengenal tulisan seperti ini." ucap yeosang

"bukankah kau biasa membantu mengkoreksi buku para murid, tak ada satupun yang familiar bagimu?" tanya wooyoung sekali lagi, memastikan.

"benar, mungkin ia bukan murid dari sekolah." ucap yeosang

"manusia yang malu nya berlebihan sepertimu mana mungkin meraih atensi orang luar sekolah? bahkan satu sekolah ketika ku tanya saat kau menghilang banyak yang masih mempertanyakan namamu." ucap wooyoung

"jangan meremehkanku, walau kau memang benar yang terakhir." ucap yeosang seketika ia merasa lesu.

"jangan lesu seperti itu, aku hanya bercanda, maafkan aku karena terlalu berlebihan." ucap wooyoung, yeosang pun hanya mengangguk.

"ah tak usah dipikirkan lagi, aku malas memikirkan nya." ucap yeosang lalu dirinya memfokuskan diri pada tontonan di tv.





pendek dulu ya, karena masih permulaan.

To be continue ...
©2022. TheArcthene

The Ring | Sansang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang