Pagi ini Davina berangkat sekolah dengan sedikit terburu-buru sebab ia terlambat bangun.
Ia menelusuri koridor sekolah dengan berlari, meskipun belum sepenuhnya sepi namun tetap saja ia panik.
Hingga di belokan koridor ia tidak dapat mengerim laju lariny hingga...
Bruk.
"Awss!?"
"SEPTIAN?!" pekiknya.
Davina memegangi lututnya yang terdenyut sebab menghantam lantai koridor yang dingin, saat ia ingin marah-marah namun ia urungkan sebab siapa yang ia tabrak tadi tenaga di kerumuni oleh teman-temannya.
"Dahi lo berdarah, mendingan kita ke Rumah Sakit aja. Gua takutnya darah nya gak mau berhenti." celutuk salah satu.
Deg.
Jantung Davina berdegup kencang. Ia tidak tau siapa yang ia tabrak, namun ia kenal dengan suara familiar yang berbicara tadi.
"Mampus gua! Kena gampar nih sama penguasa sekolah!" batin Davina.
Davina berdiri dan menghampiri kerumunan itu, ia membelah kerumunan itu dengan kedua tangan nya. Namun belum sepenuhnya ia masuk ke kerumunan itu. Sudah ada yang menarik tangan nya.
"Kalau jalan tuh hati-hati! Udah tau di belokan malah lari-larian. Liat temen gua dahinya berdarah gara-gara lo, tanggung jawab lo."
Davina menatap cowo di depanya itu. Lalu beralih pada seorang cowo yang tengah berusaha berdiri duduknya di lantai ia memegangi keningnya.
Lalu cowo itu menatap Davina datar, bisik-bisik dari temanya Septian membuat Davina menelan ludah kasar, sebab ia takut dan gugup bukan main.
Dengan pelan, cowo bernama Septian itu berjalan mendekat ke arah Davina sontak membuat Davina mundur beberapa langkah.
Tap.
Tangan Davina di cekal erat oleh Septian, "Obatin jidat gua!" titahnya.
Davina melongo, ia saja terburu-buru berangkat sekolah agar tidak terlambat masuk ke kelas, dan sekarang ia malah di suruh ngobatin anak orang yang tidak sengaja ia tabrak tadi? Apa ia tidak salah dengar.
Belum sempat Davina berucap, tanganya sudah di tarik paksa oleh Septian dan membawanya ke ruang kesehatan.
"Awas! Apapan sih lo, gua mau ke kelas! Lo tuli?" batah Davina.
Septian semakin mencengkram tangan Davina erat, dan tetap menyeret Davina menuju ruang kesehatan.
Sampai di ruang kesehatan, Septian langsung menendang pintu ruangan tersebut dan menarik Davina masuk.
Darah yang terus mengalir dari jidat Septian membuat kepala Septian sedikit pusing.
"Vina?! Cepet lo obatin jidat temen gua! Tanggung jawab lo, jangan malah kabur! Liat darahnya gak mau berhenti. Dia itu punya Hemofilia." tutur Bastian kepada Davina.
Deg.
Mata Davina langsung membola sempurna, "Goblok! Kenapa lo gak bilang dari tadi? Kalau lo kehabisan darah gimana? Ayo ke rumah sakit sekarang!" panik Davina menarik lengan Septian.
Septian masih diam saja, mukanya sudah sedikit pucat. Kulit Septian itu sensitif itu sudah biasa apalagi di tambah penyakit Hemofilia yang sejak lahir membuat Septian jika terluka sedikit aja langsung berdarah dan susah untuk berhenti.
"Ayo cepat! Lo mau mati kehabisan darah? Malah diem aja. Cepet! Gua gak mau yah lo mati dan menghantui gua sebab gua yang bikin lo luka kek gini." cerocos Davina.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVIAN
Novela JuvenilJANGAN LUPA UNTUK FOLLOW, VOTE, DAN COMEN⚠️ Davina Grizelle Anugerah seorang remaja yang galak, dan pintar. Ia merupakan seorang kapten Voly perempuan di sekolahnya. Banyak yang mengagumi tentang dirinya, namun Davina tetap cuek dan bodoamat. Hingg...