Sejak saat itu Nattawin tidak pernah lagi terlihat, Mile mencoba mendatangi rumah nya namun anehnya Nattawin tidak pernah ada dirumah.
Menelepon? Mile sudah menghubungi pemuda itu ratusan kali namun tak pernah di angkat, mengirimi nya pesan di semua media sosial pun sudah Mile lakukan namun hanya dibaca, seolah olah Mile adalah orang asing.
Aneh rasanya, semua tiba tiba berubah kosong. Biasanya mereka berdua selalu bersama sama baik dirumah maupun di kampus, mereka itu sepaket. Dimana ada Nattawin pasti ada Mile juga.
Teman teman nya yang lain pun ikut nyinyir bertanya apakah Mile dan Nattawin bertengkar pasalnya belakangan ini mereka melihat Nattawin bersama PP kritt, pemuda cantik primadona seluruh kampus dari fakultas Hubungan International.
Mendengar itu makin membuat darah Mile mendidih, ia tak tau kenapa dirinya sangat marah.
Seperti saat ini, ia bahkan tak sadar kaki nya sudah melangkah cepat menuju kantin HI dengan rasa kesal dan marah yang bercampur.
Mile mengepalkan tangan nya saat melihat Nattawin yang terlihat sangat tampan sedang duduk bersama pemuda cantik dengan kulit putih seperti salju. Terlihat serasi, seperti sepasang kekasih apalagi dengan senyum manis yang tertengger di bibir Nattawin.
Nattawin tersentak saat bahu nya tiba tiba ditarik seseorang dengan keras,
"Gue mau bicara." Mile meremas bahu Nattawin membuat pemuda itu meringis sakit.
"Gak ada yang perlu dibicarain. Lepas." Nattawin menjawab tegas.
Semua orang yang berada disana memperhatikan mereka, seluruh kampus kenal dengan pria putih dengan tubuh kekar itu, juga dengan pemuda berkulit coklat dengan pinggang kecil yang sering berada di dekatnya.
Mereka berbisik merasakan atmosfir tegang diantara kedua pria itu, mereka merasa takut melihat wajah Mile yang menyeramkan. Mereka tau bahwa Mile tak pernah seperti itu, Mile selalu bersikap baik walaupun sikap arogan nya selalu terlihat jelas.
Sebagian mereka merasa kasihan terhadap Pp yang terjebak diantara kedua sahabat itu, ia terlihat linglung.
"Kenapa lo gak angkat telpon dari gue?" Mile melonggarkan cengkraman nya,
"Buat apa? Lo siapa?"
Jawaban Nattawin menusuk dada nya, siapa? Bukankah selama ini mereka bersahabat? Terlebih belakangan ini, mereka bahkan bercinta setiap hari hingga Nattawin tak bisa berdiri.
"Siapa? Gue sahabat lo ta."
Nattawin mendorong tangan Mile yang masih bertengger di bahu nya, "Kita bukan siapa siapa lagi Mile. Jangan pura pura bodoh."
"Gak bisa dong Ta, kok lo seenak nya mutusin persahabatan kita begini?"
"Lo gak mikirin gue?"
Nattawin merasakan rahangnya mengencang, rasa marah perlahan membakar dadanya, "Harusnya gue yang bilang begitu."
"Lo gak mikirin gue? Gak mikirin perasaan gue?"
Nattawin berdiri, merasa sudah tak perlu mendengarkan omong kosong Mile lagi. Dia menarik tangan Pp dan mengemasi barang barang mereka.
"I've had enough Mile, I don't want to do this anymore."
Dengan itu Nattawin membimbing Pp pergi, namun kembali ditarik oleh Mile,
"TA TOLONG DENGERIN GUE DULU."
Nattawin tak menjawab apapun, ia hanya menatap Mile. Berharap Mile mengerti apa yang ia sampaikan lewat tatapannya. Ia muak, ia lelah akan semua ini. Ia tak ingin lagi jadi pemuas nafsu bagi Mile.
Mile menyadari bahwa dia sudah benar benar dicampakkan oleh Nattawin, ia memilih melepaskan Nattawin. Ia membiarkan Nattawin pergi dengan pemuda itu.
Rasa penyesalan memukul kepala nya, menyadarkan dirinya bahwa selama ini dia sudah memperlakukan Nattawin dengan semena mena.
*****
Goodbye Mile👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Buddy With Benefit
FanfictionNattawin lelah dengan hidup gemerlap. Wanita, alkohol, dan sex. Semua tampak membosankan, tapi Mile sahabat karib nya memetik api pada hidupnya. Menyelamatkan Nattawin yang hampir tenggelam.