He was never mine, but losing him broke my heart.*****
Nattawin sadar Pp melirik nya sedari tadi, mereka berada di kamar Pp terlentang di ranjang King size milik Pp namun sibuk dengan ponsel masing masing.
"Kenapa dek?" Nattawin menanyakan Pp yang sedari tadi menatapnya.
Pp beranjak duduk, menarik Nattawin untuk duduk juga, "Aku mau ngomong serius kak."
"Ada apa?" Nattawin dan Pp duduk berhadap hadapan.
"Kak, kakak tau kan alasan aku selama ini deketin kakak?" Pp tanpa basa basi langsung bertanya hal yang selalu mengganjal dihati nya.
Nattawin hanya diam, tak mampu menjawab pertanyaan PP.
Ia sadar 100% bahwa saat ini ia tengah memanfaatkan PP untuk kebaikan nya sendiri. Ia mempertahankan PP didekatnya hanya untuk mengusir rasa kesepian setelah tidak bersama Mile lagi.
Nattawin membuat dirinya tetap sibuk bersama PP agar ia tak hancur setelah berpisah dengan Mile. Ia tau ia jahat.
Dia tau bahwa dia menyakiti Pp namun bukankah kita selalu memprioritaskan diri kita sendiri dibanding orang lain? Apalagi saat kita tau bahwa diri kita sedang berada di fase paling bawah.
"Diam kakak aku asumsikan kalo kakak tau alasan selama ini aku selalu ada disekitar kakak." Pp meneruskan ucapannya walaupun tanpa jawaban dari Nattawin.
"Aku,,, aku suka sama kakak."
Nattawin tak terkejut sedikitpun, ia sudah menduga dari awal. Anehnya hati nya tak berdebar sedikitpun saat mendengar pernyataan cinta dari Pp.
"Tapi aku tau kakak gak punya perasaan sama sekali sama aku, aku udah tau dari awal."
Pp menunduk, mencoba menahan air mata yang saat ini menggenang dipelupuk mata nya.
"Aku tau kakak cinta sama kak Mile, aku tau apapun yang aku lakuin gak akan bikin kakak berpaling dari kak Mile."
Air mata mengalir deras dipipi Pp, membasahi punggung tangan nya. Isak kecil menggetarkan bahu Pp membuat Nattawin merasa sangat bersalah.
"Tapi kak, aku gak minta kakak untuk membalas perasaan aku. Aku cuma mau kakak tau aku akan selalu ada di sisi kakak, manfaatin aku sebisa kakak karna aku sayang sama kakak. Aku gamau liat kakak sedih begini."
Tangis Pp semakin pecah, seluruh badannya bergetar, isaknya pun semakin kencang membuat Nattawin ikut menangis.
Ia menarik pria mungil itu kedalam pelukannya, mengelus kepala Pp serta punggungnya seolah mengatakan terimakasih sudah mau berada disisi nya meskipun menyakitkan.
"Maaf dek maaf.." Nattawin mengecup pucuk kepala Pp yang ada di dekapannya.
"Maaf, andai perasaan ini bisa kakak kendalikan, kakak pasti lebih milih kamu dek. Kakak pasti lebih milih cinta sama kamu, maaf dek.."
Mereka berdua menangis, terisak dengan kepala yang penuh dengan andai andai yang mustahil.
Andai saat itu Nattawin tak mengiyakan ajakan ciuman yang diberikan Mile apakah semua nya akan berbeda? Apakah saat ini dirinya sudah berbahagia bersama Pp? Apakah saat ini dia sedang tertawa bersama Pp dan Mile sebagai seorang kekasih dan sahabat?
Andai Pp tak masuk di grup chat yang sama dengan Nattawin apakah saat ini Pp tidak akan sehancur ini? Apakah ia saat ini masih tertawa malu dan memukul bantalnya karna melihat moment kapal yang ia tumpangi di twitter?
Banyak andai andai yang mereka berdua pikirkan namun hanya membuat mereka makin tenggelam dalam raungan tangis menyakitkan.
**********
Hallo semuanya..
Terimakasih sudah mau menunggu, sebagai gantinya saya hari ini update 2 chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buddy With Benefit
FanfictionNattawin lelah dengan hidup gemerlap. Wanita, alkohol, dan sex. Semua tampak membosankan, tapi Mile sahabat karib nya memetik api pada hidupnya. Menyelamatkan Nattawin yang hampir tenggelam.