Menampung Kriminal•
Setelah bertanya pada Jitae. Gadis itu langsung bergegas mencari tempat tinggal Gimyung. Namun, [Name] tak melakukan apa pun. Ia hanya berdiri mematung, menatap sendu pada pintu yang tertutup rapat. Tangannya terasa berat untuk mengetuk.
Angin berhembus menerbangkan helaian rambut [Name]. Suasana yang mendadak hening, mengingatkannya pada percakapan mereka berdua tempo lalu.
Gimyung memandangnya tak mengerti. "Aku tak sebaik yang kau kira."
"Aku ini jahat, sangat jahat. Aku bahkan mencabut raga seseorang dari jiwanya." [Name] menekuk lutut dan memeluknya erat.
"Sekeras apa pun aku mencoba untuk tak mempedulikan ini. Pada akhirnya, kita adalah warna yang saling bertolak belakang. Hidupmu penuh dengan warna cerah. Sedangkan aku? Gelap."
"Karena itu, aku takut." Mata [Name] terasa perih akibat menahan cairan asin yang ingin menerobos dari kornea matanya. "Dengan adanya aku di sekitarmu. Membawamu masuk ke dalam gelapnya warnaku."
"Jadi, mulai sekarang." [Name] berdiri dari duduknya. Ia menatap dalam mata hitam Gimyung yang juga memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jauhilah aku, Kim Gimyung. Sejauh mungkin. Walaupun kita saling mengenal sesingkat detak jarum jam yang berganti." [Name] tersenyum lebar, senyum yang baru Gimyung lihat. "Cerahnya warnamu, membuatku bisa mengerti apa itu kebahagiaan."
[Name] pergi, tanpa mendengar jawaban laki-laki itu. Tanpa mau mendengar alasan apa pun yang akan diberikan Gimyung padanya. Ia sudah membulatkan tekad untuk tak melibatkan orang-orang masuk ke dalam hidupnya yang gelap.
Gadis itu tak mau semuanya terulang kembali. Kejadian mengerikan yang membuatnya kehilangan harapan dan kebahagiaan.
[Name] tertawa getir. "Apa yang harus kulakukan?"
Sekarang, [Name] bagaikan orang yang menjilat ludahnya sendiri. Ia yang meminta laki-laki itu untuk menjauhinya, tapi sekarang malah ia yang menghampiri. Namun setidaknya, [Name] harus menepati ucapannya pada Sinwoo.
Menarik napas sedalamnya, lalu membuangnya. Dengan tangan gemetar---penuh keraguan. [Name] mengetuk pintu. Lama menunggu, tak ada jawaban. Hanya keheningan yang ia terima.
Mau tak mau, [Name] membuka mulutnya. "Gim--Ha--Permi--"
"Ugh. Kenapa rasanya sulit sekali?" gerutu [Name]. Lama-kelamaan, ia emosi sendiri dan tanpa sadar, mengetuk-ngetuk pintu secara brutal.
"Yak. Laki-laki tua mesum! Aku ingin bicara padamu. Tolong buka pintunya atau aku dobrak sampai hancur!" teriaknya.
[Name] mengerutkan dahi seraya mengerucutkan bibir. "Hei! Aku tau kau di dalam. Nggak usah pura-pura tuli dong. Ayo buka pintunya, sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TA | Lookism x reader!
Fanfictionʙ ᴇ ғ ᴏ ʀ ᴇ ➝ | s t o r y | ➝ ᴛ ʙ I'm, aftermath. [Tidak sepenuhnya mengikuti alur, tapi tetap mengikuti] 𝗡𝗢 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧 - 𝗣𝗟𝗘𝗔𝗦𝗘! Jangan lupa tinggalkan jejak. 17+ ───────────────────── ⋆⋅Ω⋅⋆ ── 🅖 Fanfiction • Webtoon • Action • Life ...