• P R O L O G U E •

4K 375 8
                                    

Cerita Thrilling Aftermath dibuat berdasarkan alur, latar belakang dan tempat, dan kesamaan antara pikiran saya yang dicampur cerita dari webtoon Lookism

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita Thrilling Aftermath dibuat berdasarkan alur, latar belakang dan tempat, dan kesamaan antara pikiran saya yang dicampur cerita dari webtoon Lookism.

Jika di setiap part-nya tidak berkaitan dengan webtoon, itu hanya karangan saya. Ide gila yang terinspirasi dari film, berita dan buku-buku yang pernah saya baca.

Atau memang ide yang datang asal-asalan?

No Plagiat - Please!


Kejadian Diambil dari
Era Masa Lalu Big Deal.

Angin berembus menerbangkan daun kering. Membuatnya jatuh di atas aspal yang ternodai cairan kental, sehingga daun itu melebur menjadi merah pekat.

Terlihat seorang gadis dengan rambut panjang terikat satu, membentuk senyum miring dengan sorot mata tajam menatap mayat-mayat bergelimpangan di sekitarnya. Sama sekali tidak terusik dengan pemandangan yang cukup mengerikan ataupun bau anyir yang menusuk indera penciuman.

"Haaaah~" Helaan napas keluar dari bibir ranum gadis itu yang sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Setelahnya, kelopak matanya berkedip-kedip menahan perih yang menusuk mata dan melempar katana yang dicurinya di sela-sela pertarungan dari salah satu mayat di bawah sana.

"Wah tanganku kotor. Hm, setidaknya mereka cukup membuatku senang dan bergairah," gumamnya pelan.

Kedua kaki jenjangnya bergerak mundur secara teratur, tanpa menimbulkan suara. Ia berhenti ketika sepatu boots selutut yang membalut kakinya tidak lagi menginjak genangan merah.

"Nona. Maaf jika saya lancang mengganggu kegiatan Nona," ucap seorang laki-laki yang lebih tua lima tahun dari gadis itu. Kepalanya menunduk dalam, pertanda laki-laki itu sangat menjunjung tinggi pada nona mudanya.

"Ada apa?" tanyanya dengan ekspresi bosan terpatri di wajah ayunya.

Padahal ia ingin bersenang-senang kembali karena baginya, bermain bersama dua pria dewasa tidaklah cukup. Meski seluruh tubuhnya sudah merasakan efek nyeri akibat luka yang ia terima di sana-sini.

"Kami sudah menemukannya, Nona."

Sedetik kemudian, senyum lebar mengembang membuat kedua matanya menyipit seperti bulan sabit. Tubuhnya berputar menghadap pelayan itu yang sedang bersimpuh dengan kepala tertunduk menatap kedua tangannya yang terkulai di atas paha.

"Ayo pergi. Aku harus bersiap-siap dan menghukum si tua baka itu." Dan disertai tawa membahana membuat pelayan itu bergidik ngeri.

Hamazaki [Name] atau [FullName] yang kerap dipanggil [Name] menatap pantulan cermin fullbody di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamazaki [Name] atau [FullName] yang kerap dipanggil [Name] menatap pantulan cermin fullbody di hadapannya. Menilai penampilannya yang menggunakan baju sweater kebesaran berwarna cream, celana jeans hitam dan rambut hitam sepunggung yang sengaja digerai.

[Name] bertubuh mungil, namun lumayan berotot di sana-sini. Contohnya ia memiliki perut kotak-kotak, seperti kue sobek. Efek latihan keras sedari kecil dari guru-gurunya yang tidak punya belas kasih.

Wajahnya bisa dikategorikan standar, tidak buruk ataupun jelek. Cenderung manis dan manipula---enak dipandang. Ia berhenti dari kegiatannya saat seorang pelayan berdiri di ambang pintu dengan tangan menggenggam tas gendong hitam miliknya.

"Apa Nona yakin hanya membawa satu tas kecil saja? Apa itu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.

"Aku bisa membeli keperluanku di sana." [Name] melangkahkan kaki menjauhi kamarnya menuju pintu depan yang diikuti pelayannya. 'Dan memalak orang, agar uangku utuh.'

"Lagipula aku hanya akan menatap selama seminggu. Em... mungkin lebih. Yah, pokoknya aku akan kembali ketika aku ingin," lanjut [Name].

Sang pelayan hanya menghela napas pasrah atas kelakuan nona mudanya yang tidak berubah, selalu seenaknya dan sesuka hati. "Baiklah. Saya akan menunggu kepulangan Nona. Jika Nona butuh sesuatu. Jangan lupa kabari saya dan jangan lupa bahwa Nona disini, masih berstatus siswi SMP."

Decakan kesal [Name] keluarkan. "Hm, akan saya ingat. Masalah sekolah, kau tenang saja. Aku sebisa mungkin tidak akan bolos lagi.... mungkin."

Karena sekarang saja dia sudah bolos. Plak.

"Setidaknya, kembalilah dengan sehat."

[Name] memandang rumah tradisional khas Jepang dengan tatapan yang sulit diartikan, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil yang pintunya telah dibuka oleh pelayan.

Mobil bergerak meninggalkan perkarangan rumah dan [Name] membuang wajah ke jendela. Menikmati perjalanan dalam keheningan menuju Bandara. Ia akan tinggal sendiri, bermodalkan nekat sebiji jagung.

Setelah menempuh perjalanan udara selama 2 jam 40 menit. [Name] menginjakkan kaki di Bandara Udara Internasional Incheon. Netranya bergulir menikmati orang yang berlalu-lalang. Senyum manis pun tercetak di wajahnya.

Welcome Korea!

"Ugh. Kepalaku mual!" keluh [Name] yang tidak peduli bahwa ucapannya sangat ngelantur itu.































































Chapter pertama.

Maaf kalau ada salah kata dan kalimat.

Kalimat miring karena mereka sedang di Jepang. Kalau saya pakai huruf Iragana, Katakana atau Kanji. Itu akan merepotkan dan tidak efisien dalam mengetik karena pasti harus ada translate.

Mungkin nanti saya akan selipkan kosa kata yang sering kalian dengar. Seperti baka, ara-ara, baka-yaro dan lain sebagainya. Yang tentu saja tidaklah sulit untuk kalian pahami.

Mohon maaf kalau banyak Typo, OOC dan lain sebagainya.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya semuanya. Terima kasih!

21-08-2022

TA | Lookism x reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang