4. Even One Minute Is Worth It

4.8K 620 14
                                    

⚠️ Masih Flashback dari 2 tahun yang lalu⚠️

⚠️ Masih Flashback dari 2 tahun yang lalu⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Makanan nya enak? Kamu suka?"

"Apapun yang kamu buat pasti enak."

Xiaozhan mendengus pelan, benar apa yang di katakan Yibo bahwa mungkin saat dirinya memasak batu sekalipun, dia akan tetap memakannya.

Yibo kembali memejamkan mata, menghirup aroma tubuh Xiaozhan adalah favoritnya. Wanginya selalu menenangkan seburuk apapun yang ia alami di sisa hari.

"Aku bertemu ayah." Aku Yibo pada akhirnya, bahkan sebelum Xiaozhan bertanya.

"Dan itu tidak berjalan baik?"

"Tidak pernah baik, sepanjang yang ku ingat."

"Tidak masalah, kamu bisa menemui ku kapan saja. Kamu bisa menceritakan semua keluh kesah mu kapanpun. Aku akan mendengarkan."

Cup

Cup

Cup

Yibo mencium kedua mata lalu kening Xiaozhan pelan. "Terimakasih."

"Tidak ada satupun hari yang kita lalui tanpa masalah, tapi kamu harus ingat bahwa kita saling memiliki satu sama lain. Suatu saat mungkin aku akan datang padamu dengan masalah yang sama, aku harap kamu masih tetap disana."

"Aku tidak akan kemana-mana, kamu boleh datang kapanpun." Yibo mengeratkan pelukan, mengusap punggung Xiaozhan pelan. Ia tau kalau kekasihnya punya nasib yang nyaris sama.

Dulu saat awal-awal keduanya kenal, Yibo kira Xiaozhan memang gila belajar sampai laki-laki itu seperti punya dunianya sendiri, acuh pada sekitar dan selalu membawa setidaknya lima buku kemana-mana.

Nyaris sulit mendekati nya meskipun Xiaozhan terlihat ramah pada siapapun hingga Yibo diam-diam melihatnya menangis di bawah pohon di belakang universitas sendirian.

"Ingat dulu saat kamu menangis sendirian di bawah pohon?"

"Kapan? Mana pernah aku begitu?" Elak Xiaozhan, dia malu setengah mati saat Yibo sang pangeran kampus saat itu memergokinya dengan mata sembab dan hidung merah.

"Iya-iya, tidak pernah. Jadi siapa yang aku temui waktu itu dengan mata sembab dan hidung merah karena dia mengaku kesulitan dengan kuliah kedokteran nya?"

Xiaozhan tersenyum, sedikit malu karena saat pertama kali mereka bicara keadaannya justru memprihatinkan. "Ah itu, anak laki-laki itu? Haha lupakan, dia sudah bahagia sekarang."

"Dulu ku kira kamu sangat suka belajar."

"Ada beberapa hal yang memang tidak berjalan sesuai dengan keinginan, tapi sekarang aku sudah bisa menerima."

"Aku lega mendengarnya."

"Ya, karena setidaknya keahlianku berguna untuk pacarku yang hobi nya datang dengan wajah babak belur nyaris di setiap kesempatan." Sindir Xiaozhan dengan lirikan sinisnya.

-UNTITLED 1 -  EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang