BAB 10

22.8K 1.6K 64
                                    

Guys, Rehan cerita kalau ceweknya cantik banget terus berhijab.” Ira pagi-pagi sudah bergosip bahkan ini masih jam sepuluh yang mana mereka baru saja selesai mata kuliah di jam pertama.

Neina menaikkan alisnya. Rehan benar-benar pintar. Tentu saja berkerudung soalnya dia memang dipaksa untuk berhijab tadi malam. Tampaknya lelaki itu bisa menjaga mulutnya sesuai janjinya.

“Lo pagi-pagi cepet banget dapet gosipnya,” seru Jihan yang sedang merapikan bukunya sehabis jam pertama. Mereka hendak pindah kelas untuk jam berikutnya.

Ira mengangguk. “Gue langsung serbu si Rehan buat mastiin siapa calonnya Pak Farraz.”

“Berarti memang Pak Farraz nggak salah pilih dong ya?”

Ira mengangguk. “Gue tapi sedih karena akhirnya Pak Farraz mau nikah lagi tapi bukan sama gue.”

“Mimpi!” sahut Jihan lalu menatap Neina yang tampak termenung. “Oi, Na, ayo!”

“Eh? Ayo,” balasnya kemudian lalu mengikuti Jihan dan Ira yang kini berjalan di depannya sambil menceritakan tentang Pak Farraz tidak henti-hentinya.

Neina yang berjalan di belakang kedua temannya itu seketika membuka ponsel. Ada notifikasi disana dari Pak Farraz, Neina segera membuka dan membacanya.

Pulang kuliah saya jemput. Kita akan berbelanja.’

Neina lalu membalas,

‘Belanja untuk apa, Pak?’

Untuk hantaran kamu.’

Neina menghentikan langkahnya seketika. Padahal baru saja semalam lamaran tapi Pak Farraz tampak bersungguh-sungguh ingin segera menyelesaikan urusan ini.

‘Apa tidak bisa hari minggu saja, Pak?’

Neina membalas karena ia tahu bahwa hari ini jadwalnya full dari pagi hingga jam 2 nanti. Siangnya Neina berniat beristirahat dan tidur karena semalam tidurnya tidak nyenyak.

Ya sudah, hari minggu kita belanja. Tapi, hari ini kita akan tetap bertemu. Saya merindukanmu.’

Seketika wajah Neina memerah. Pak Farraz benar-benar tahu bagaimana membuatnya malu terus menerus.

‘Lihat nanti ya, Pak. Soalnya saya kuliah sampai jam 2.’

Pulang kuliah langsung ke rumah saya aja. Aziz ingin bertemu kamu.’

Neina tampaknya tak bisa menolak sehingga dia memilih mengiyakan permintaan Pak Farraz. Toh, di rumah Pak Farraz ada pembantu dan juga babysitternya Aziz, bukan? Jadi, mereka tidak berduaan disana.

*

Neina sampai di rumah Pak Farraz yang sangat besar. Seketika ia nyaris saja menjatuhkan rahangnya melihat rumah Pak Farraz dua lantai namun memiliki halaman yang juga sangat luas. Ini pertama kalinya Neina menginjakkan kakinya di rumah Pria itu.

Sejenak, ia ragu untuk masuk. Namun, tiba-tiba saja dua pintu depan itu terbuka lebar dan disana Pak Farraz terlihat memakai pakaian santai kaos oblong serta celana pendek sedang menyambutnya. Neina menipiskan bibir karena ini pertama kalinya ia melihat Pak Farraz dengan gaya informal.

“Ayo, masuk. Aziz sudah menunggu kamu di dalam.”

Neina mengangguk tipis lalu mengikuti Pak Farraz masuk sambil mengucapkan salam. Neina sejenak merasa kagum dengan interior rumah Pak Farraz yang begitu indah dan sangat cantik. Di dominasi warna putih serta perabotan yang tak kalah mewah.

“Kak Neina!” seru Aziz kemudian berlari memeluk Neina. “Daddy told me you wanna come and play with us.” Aziz kemudian tersenyum lebar.

My Husband is Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang