💐PROLOG💐

80 31 117
                                    

'Pacaran tuh jangan sama yang lebih muda, cowo ngebimbing bukan di bimbing.'

'Oh, selera lo bocah bau kencur kaya dia? Hahaha'

'Fara, Fara cari pasangan yang bener.'

"Aaaaaaaa." Brukkk, suara pukulan keras terdengar dari meja yang di duduki oleh Fara. Ia juga berteriak, ditengah kesunyian kelas saat guru sedang mengajar. Kedua matanya sontak melotot saat ia sadar bahwa dirinya masih ada di kelas, dimana didalamnya ada guru pengajar serta seluruh temannya yang tengah menyimak pembelajaran dengan seksama.

"Heii! Ada apa itu?" Bu Feli, selaku guru Seni memberikan tatapan elang ke arah Fara. Fara yang melihatnya merasa takut dan juga keringat dingin, tubuhnya mendadak kaku tak bisa di gerakkan.

"Ma...Maaf ibu, tadi saya kaget ada cicak jatuh." Fara mencoba menjelaskan, meski ia berbohong. Di awal kalimat pun ia mengucap dengan suara bergetar dan terbata-bata.

"Huuuuu!!" Satu kelas ramai, meneriaki apa yang mereka saksikan. Kelakuan Fara membuat semuanya kacau dan konsentrasi juga terganggung. Namun, tiba tiba saja ada seseorang yang mengeluarkan kalimat pedasnya untuk Fara, "dasar gak punya etika banget lo, udah tahu ada guru teriak-teriak. Ganggu orang belajar, kalau emang lo gak suka matpel Seni mending keluar aja deh."

Tidak ada perlawanan dari Fara, ia mengaku salah meskipun ini ketidak sengajaan. Lagi pula ini semua karena Khayalan yang mengisi pikirannya secara tiba-tiba. Lalu, "diem deh lo, mulut lo mau gue cabein ya? Kompor banget jadi manusia, Fara juga udah minta maaf kali." Pembelaan itu keluar bukanlah dari mulut Fara, tetapi teman sebangku Fara. Ia tidak suka melihat siapa pun manusia yang sok tahu tentang apa yang di rasakan manusia lain.

"Lihat bu, nular kan ketemen sebangkunya. Sama-sama gak sopan, gak punya adab. Bisa-bisanya spesies kaya gini ada di muka bumi." Usai mendengar perkataan itu keluar dari mulut seseorang yang menjadi 'kompor' itu, teman sebangku Fara merasakan panas sendiri di ujung kepalanya, bak ada api yang meluap-luap dan ingin di ledakkan saat itu juga.

"Mulut lo bau, kayak sampah di Batargebang!"

"Lo sendiri gak punya adab, hahaha."

"Gosok gigi dulu kalau mau ngomong, biar ucapannya bermutu."

Balasan Dena ternyata mengundang emosi dari seseorang sok tahu di dalam kelasnya itu. Orang itu berdiri lalu memukul keras mejanya. Dena hanya bisa tertawa kecil, seperti meledek apa yang sedang di lakukan oleh 'dia'. Fara sendiri merasa bersalah, kalau bukan karenanya Dena dan teman sekelas nya itu tidak akan ribut. Fara juga melihat wajah Bu Feli sangat marah, ia hanya mengkhawatirkan nilai Dena nanti akan menjadi sasaran amukan Bu Feli.

Untuk melerai keduanya, sang Ibu Guru memberikan peringatan. Mengetuk penghapus papan tulis beberapa kali ke meja untuk mengundang perhatian hanya kepadanya. Dena langsung diam, ia memandang wajah Ibu Guru, tak menghiraukan apa yang sedang di lakukan oleh seseorang itu kepadanya.

"Fara, kamu ibu hukum atas kesalahan menganggu teman sekelas kamu. Kerjakan tugas nirmana dan Ibu mau minggu depan tugas itu sudah selesai."

"Dan kamu Dena, jika ingin nilai mu tidak tercoreng, buat PPT yang akan Ibu presentasikan nanti." Dena mengangguk, ia santai menerima hukuman, ia menunggu ucapan Ibu Guru untuk memberikan hukuman setimpal kepada seseorang itu. Tapi ternyata apa yang sudah ia pikirkan tidak terjadi sama sekali, orang itu tidak mendapatkan hukuman.

"Lho Bu, dia kok gak dapet hukuman sih?" Farsya tertawa dari jauh, dia memang merasa senang bukan main. Bisa menjebak keduanya dalam hukuman yang berat.

"Oh iya, untuk Farsya, tidak ikut pelajaran ibu untuk 3 Minggu kedepan ya."

Kringgg Kringgg Kringgg

"Karena pelajaran ibu sudah selesai, tolong di siapkan yaa."

Ketua kelas memimpin sambutan kecil untuk keluarnya Ibu Guru di saat pergantian jam.

My AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang