Fara memerhatikan Reion dari jauh, kekasihnya itu sedang berbicara sangat asyik bersama wanita lain, entah siapa? Tadinya Fara mau menghampiri Reion, tapi seperti tidak akan jadi, ia tidak ingin menganggu kegembiraan Reion. Terlihat jelas sekali Reion tertawa terbahak-bahak di buatnya.
"Duduk sini," Fara menoleh, setelah itu ia tak memperdulikan seseorang yang mengajaknya bicara. "Kak Shefara duduk." Fara membalas hanya dengan tatapan sinis, lalu berkata "jauh-jauh sana nanti Reion marah, ribut lagi kalian, emang gak capek apa ribut terus."
Fara meninggalkan orang tersebut, berjalan menjauh. Tujuannya kini ingin ke kantin saja menemui sahabatnya. Daripada harus menyaksikan tawa kekasih nya yang sudah bisa di rebut oleh wanita lain. Apalagi kehadiran Fara tak di rasa sedikit pun oleh Reion. Walau begitu Fara tetap berpikir kehal positif. Mungkin saja dia anak basket, Reion saat ini kan memang sedang ada latihan basket. 'Ah, tapi kok gak pake baju basket ya?' pikirnya, 'eh bisa aja deh dia mau masuk basket, kan Reion kapten basket jadi wajar,' Fara menepis semua pikiran negatif tentang Reion. Ia tahu Reion tidak akan berbuat aneh-aneh.
"Itu mantannya Reion," teriak lelaki tadi, jarak mereka yang sudah jauh jadi membuat suaranya terdengar sedikit samar. Fara berhenti, membalikan badan, lalu berjalan santain menghampiri orang itu, dia sama sekali tidak merubah titik berdirinya dari tadi.
"Apa kata lo?"
Kedua tangan Rayvando terlipat di atas perut, gaya andalan Rayvando selain memasukkan kedua tangan pada saku celana. "Jawab cepetan, gak usah sok cool gitu deh!" Rayvando sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun, datar, dingin, itulah dia. "Lo mau tau aja atau banget?" "Ihhh cepet gak jawab!" perintah Fara, gemas dengan Rayvando yang menunda dalam memberi tahu informasi Fara mencubit lengannya yang berotot. Rayvando cuma melirik sekilas saja. "Vando cepett bilaanggg!" Rayvando masih tetap diam, siapa suruh main pergi begitu saja, kini saatnya dia mengerjakan si gadis periang ini.
"Itu dia ma-" ucapan tersendat, ada seseorang menyapa Fara dari belakang keduanya.
"Reion?" Fara mendadak salahtingkah, padahal lawan bicaranya hanya diam saja, santai.
"Iyaa?" Fara menjawab. "Kamu ngapain sama dia? Aku lihat kamu nyamperin dia duluan, terus sempet nyubit lengannya juga."
Rayvando ikut menyelak obrolan, "Dia males nyubit lengan lo, kerempeng soalnya. Lihat lengan gua berotot, keren abiss kan Far?" Rayvando menaikkan sebelah lengan bajunya yang memang sudah pendek. Ia memamerkan dengan sangat bangga, otot yang dimilikinya begitu mengerikan. Tidak hanya itu ia juga ingin melihatkan roti sobek pada perut ramping di balik seragam sekolah yang di kenakan, namun gagal sebab Fara mencegah. "Apa sih, ini tempat umum. Udah gila lo yaa!"
"Sayang ikut aku," Reion hanya diam saja ketika Rayvando sibuk memamerkan, tapi langsung angkat bicara setelah selesai mendengar debatan sang kekasih bersama seseorang yang teramat ia benci. Ingin di hilangkan saja, tapi tidak bisa. Reion menggeret kasar Fara, menjauh dari titik berdiri Rayvando.
Wajah marah Reion yang tidak pernah diperlihatkan ke Fara hari ini berhasil bagi Fara mendapatkan sisi marahnya Reion. Fara terus saja memohon untuk dilepaskan genggamannya. Karena memang sesakit itu, tangannya yang kecil dan genggaman dari lelaki bertangan besar serta penuh penekanan. "Reion lepasin aku tangan aku sakit," Reion mendengar apa yang Fara pinta sejak tadi, ia malah memilih pura-pura diam, terus menarik Fara begitu kasar.
"Aku mau di bawa ke mana sih? Rey sakit, lepasin gak." Fara menarik tangannya memakai seluruh tenaga yang ia punya, dan akhirnya terlepas juga. Keduanya berhenti di bawah lorong sepi, tepatnya berada depan UKS. Keheningan menyelimuti mereka, Fara tidak berani mengucap kata apapun, terus mengelus pergelangan tangan yang terasa nyeri sekaligus panas, kedua rasa itu menyatu menjadi satu. Reion berdiri tegak di hadapan kekasihnya, memperlihatkan tatapan paling sadis, serta suara nafas Reion terdengar lebih jelas dari biasanya.
"Kamu marah ya?" Fara mencoba membuka obrolan. "Kamu pikir aja sendiri,"
"Kamu tadi salah pa-" ucapannya di sela oleh Reion. "Siapa yang gak cemburu Far, lihat cewenya lagi ngobrol berdua, segala cubit-cubitan lagi." Reion mengutarakan apa yang ia rasa, lalu bergantian, Fara menyuarakan apa yang ia lihat barusan.
"Kamu pikir aku gak cemburu? Kamu ngobrol, ketawa sampai terbahak-bahak sama cewe lain yang aku gak kenal dia siapa. Kamu kira aku gak cemburu? Aku cemburu Reyy, aku iri, dia bisa merebut tawa kamu. Kamu selalu nyebut aku adalah gadis periang dan menyenangkan, makanya kan kamu selalu ketawa sama aku. Tapi kenapa sama dia tawa kamu lebihh lepas, dia gadis periang pengganti aku?" Fara menahan tangisnya disini, tidak apa jika di cap wanita cengeng, Fara akui itu. Fara merasa sakit saja, Reion memperlakukan dia kasar padahal dia sendiri juga ada salahnya.
Reion diam, tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Ia mengingat, betul ia tadi ketawa-tawa bersama wanita lain. Lebih tega lagi dirinya tidak tahu kalau ada cewek yang menunggunya dari depan kelas yang paling dekat dengan lapangan basket.
"Fara, aku peluk kamu boleh?" Fara langsung menggeleng, ia tidak ingin di perlakukan sebaik itu setelah dirinya di salahkan juga di kasari.
"Aku kira lapangan basket cuma jadi saksi bisu cerita kita, aku salah yaa, ternyata di sana juga jadi tempat cewek itu merebut tawa yang semestinya cuma milik aku!" Tegas Fara, Reion mengelus wajah Fara, memegang kedua pipi kanan serta kiri. Wajah Fara menunduk, tidak sanggup menatap Reion, sebetulnya memang daritadi dia bicara sambil merundukan pandangan. Mata elang Reion memang seseram itu.
"Dia teman ku, Fara."
"Maafin aku yaa?"
cuppp
Kecupan singkat mendarat di pucuk kepala Fara, Fara tersenyum, hatinya luluh kembali. Ia juga memaafkan Reion, tak lupa untuk mengakui salah serta melakukan permintaan maaf seperti Reion saat ini. "Kamu kalau marah jangan kayak gitu aku takut," berbicara dengan bibir yang di manyunkan, terlihat begitu lucu di pandangan kedua mata Reion. Ia mencubit sesekali pipi kekasihnya, memeluk, lalu membawa Fara dengan keadaan menenangkan. Membiarkan Fara menangis disana, di dalam pelukannya. "Maafin aku yaa sayang, aku salah."
~~~
"Lepasin Fara sekarang juga."
"Lo siapa nyuruh gue kaya gitu? Lo gak ada hak."
"Klo Fara gak bahagia biarin dia cari bahagianya sendiri!"
"Dia bahagia sama gua."
"Dia gak akan bahagia sama lo Yon!"
"Terus klo gak sama gua, dia bakalan bahagia sama siapa?"
"Sama gua."
