Kelahi

19 13 21
                                    




Masih di hari yang sama, hanya berselisih bebarapa jam saja. Dena menatap jam dinding yang isinya angka romawi. Didalam kamar sahabatnya Dena menikmati hampir setengah dari hari liburnya. Ia melihat Fara tertidur nyenyak sekali, wajahnya sudah tidak terlihat sedih lagi. Fara tidur karena kelelahan, yakinnya. Ia bosan, tidak ada obrolan disini. Membuka ponsel, bolak-balik dari aplikasi yang satu ke yang lain.

Karena rasa suntuk itu, Dena memutuskan untuk melihat ke rak belajar Fara. Ia tidak bersikap semena-mena kok. Ruangan itu sudah mengenalnya, seluruh isi disana sering merindukan kedatangan Dena. Kamar itu juga selalu menerima pulangnya Dena, sicantik yang akan selalu memeluk tubuh pemilik ruangan ini.

"Fara nambah buku apa lagi yaa?"

Ia melihat perpustakan kecil Fara, ada banyak cerita fiksi. Rata-rata cerita itu berisi luka. Fara menyukai dunia gelapnya, dunia yang sama sekali tak memiliki cahaya disana. Dena selalu menyemogakan, dunia indah akan ia miliki nanti. Fara selalu percaya, Tuhan akan memberi bahagia atas luka yang di beri, juga.

Dringgg Dringgg Dringg

Getara handphone serta suara dering telfon muncul dari benda pipih persegi panjang berwarna ungu, terletak di atas nakas sebelah ranjang tidur. "Siapa ya?" monolog Dena.  Ketika melihat pemilik nama dari seseorang yang menghubunginya, ia segera menjawab. "Halo?"

"Halo Fara!" Disebrang sana, suara wanita itu begitu meresahkan. Nada bicara seolah memberi tahu bahwa ada hal janggal, disana.

"Fara tidur, ada apa?"

"Ini Dena? Tolong bangunin Fara, Na. Reion sama Rayvando ribut di cafe. Mereka buat rusuh disini, kayaknya karena Fara?"

"Ck, bukan gara-gara Fara kali. Emang dianya aja yang suka ribut."

"Den, udah deh jangan gitu. Lo sama Fara harus kesini, keadaan nya bener-bener kacau."

Dena tidak menjawab apa-apa lagi, langsung mematikan telfonan yang terhubung. Ia membangunkan Fara dengan rasa berat hati. Pasalnya, ia tahu Fara baru bisa tidur tenang siang tadi. Tubuh mungil gadis itu di goyahkan beberapa kali, di sertai dengan jeda agar tidak pusing saat bangun nanti. "Fara bangun."

Fara membuka mata perlahan, meskipun masih sangat lengket antara kelopak mata bawah dengan kelopak mata atas, Fara tetap berusaha mengumpulkan nyawa. Sambil duduk dengan kedua mata tertutup Fara melontarkan satu buah kalimat tanya "Ada apa Den?" "Hoaammm," ia menguap, menaikkan kedua tangannya lalu baru bisa membuka mata sempurna.

"Cepet rapih-rapih, cowo lu ngerusuh di cafe."

"HAH? Gila yang bener lo Den?"

"Cepet,"

Fara bangun buru-buru dari atas kasur, berlari ke toilet untuk cuci muka. Ia mendouble  baju rumahnya dengan hoodie milik Reion. Hoodie besar itu bisa mengcover tubuh mungilnya. "Ayo Den."

Keduanya berlari, turun dari lantai dua melewati satu persatu anak tangga. Menaiki kendaraan roda dua bermesin milik Dena. Dena melajukan motor dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan ramai dengan begitu yakin. "Lo daftar aja Na, lomba balap karung wakilin Indonesia," ledek Fara, ia tertawa terbahak-bahak di atas motor sana.

"Fara anjing, yang keren dikit kek elah masa iyaa gue lomba balap karung."

HAHAHAHAHAHA

Tawa keduanya mengalahkan suara angin kencang, sampai gigi kering terlalu banyak ketawa.

Sampailah mereka di tempat yang di tuju, cafe paling dekat di daerah sana. Fara terburu-buru ingin masuk secepat mungkin, mencari keberadaan sang kekasih. Saat masuk, tidak ada lagi keributan disana, hanya ada orang yang sedang merapihkan bekas keributan dan juga orang yang menikmati makan serta minum milik mereka.
"Den, ini gak ada lhoo?"
Dena bingung, tadi benar kok dia di beritahu untuk pergi kesini saja. Lokasi ribut mereka memang ada disini. Jika di lihat lebih jelas, tempat ini seperti usai terjadi kekacauan, jadi sepertinya benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang