Pertemuan awal

49 28 105
                                    

Sejak lama aku menyimpan rasa ini kepada-nya. Dia gadis yang cantik juga baik, namanya, Kak Fara. Lengkapnya adalah Shefara Alena Hutomo. Gadis yang lucu, tubuhnya mungil, berambut panjang yang selalu di gerai, kadang rambutnya bergelombang dan kadang juga lurus saja. Kak Fara suka warna merah jambu, hahaha memang selucu itu dia.

Lelaki yang selalu mengagumi Fara sejak awal menemui Fara. Ia suka menulis tentang Fara di second account twitternya. Langka memang lelaki dengan jenis ini. Ia pernah mengungkapkan rasa sukanya saat hari ke-4 dia menjadi siswa sah dalam SMA itu, tepatnya hari Kamis. Sebaik mungkin ia menyusun rencananya. Tapi apa boleh buat, masalah hati tidak akan pernah bisa di paksakan. Lagipun itu terlalu cepat bagi Fara untuk menerima ajakan menjalin kasih bersama lelaki yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya.

~PERTEMUAN PERTAMA KEDUANYA~

"Fara, ayo ikut gue!"

"Eh mau kemana?" Tanya Fara, ia kebingungan, sebab saat ini benar-benar masih pagi sekali. Matahari pun baru berani menampakan diri seperempat langit bumi. Dan sahabatnya malah bertingkah aneh.

"Udah Fara ikut aja sama gue, gue yakin lo bakalan seneng deh!" Serunya, dengan nafas tersenggal-senggal sahabat Fara mengatakan kalimat itu penuh antusias, ditambah ekspresi wajah sumringahnya.

Sungguh Fara benar-benar penasaran ada hal apa yang ingin di tunjukan kepadanya. Dena menarik Fara sejak awal ketibaannya di dalam halaman sekolah, menariknya menuju lapangan basket yang terletak dibelakang sekolah. Bisa di katakan dari ujung ke ujung, jarak yang lumayan jauh. Dena juga menyuruh Fara berlari sedikit agar cepat sampai dilapangan basket.

"TARAAAA!" Wajah Dena begitu bahagia saat menunjukan sebuah kejutan tak terkira kepada Fara. Fara masih berdiam diri, ia terkejut bukan main melihat kejadian di hadapannya. "Hah?" Bahkan tidak ada kata lain yang keluar dari mulutnya, hanya sekedar membuka mulut dan melontarkan 1 kata yang beribu makna. Bagaimana tidak terkejut, penampakan yang ia lihat benar-benar diluar ekspetasi yang di pikirkannya tadi. Lapangan basket yang sudah di rias seindah mungkin hanya untuk mengutarakan rasa dari seorang lelaki kepadanya. Disana juga ada beberapa orang yang memberikan iringan gitar serta lagu romance untuknya, juga untuk si lelaki.

"Kak Fara," lelaki bertubuh kurus dan tinggi bertekuk lutut di hadapannya, tidak menyertakan kalimat lain, sekedar meyapa lalu mengungkapkan perasaannya. Lelaki itu memberikan buket bunga mawar merah yang sudah lazim di pakai bagi seseorang yang ingin nyatakan cinta, atau hal yang pasti di pakai untuk membahagiakan pasangannya. Fara yang melihat itu merasa senang bercampur rasa lainnya. Ia saja sempat berpikir sejenak, sebenarnya rasa sungguhan yang muncul itu apa, tak bisa berkata-kata lagi.

"Lo kenal gue? Maaf gue gak kenal lo," jawaban singkat tapi sudah telihat jelas jawaban apa yang akan di berikan.

"Gua Reion, Kak. Angkatan baru, adkel lo hahaha. Gua suka sama lo kak dari awal gua kenal lo. Gua tahu ini pasti kecepatan kan, gua gak ada maksud lain kok, gua sama sekali gak maksa lo untuk terima gua. Cuma kasih gua kesempatan buat kenal lo, boleh kak?" Fara tidak langsung menjawab, ia di buat bingung lagi. Ia malah menatap ke arah Dena, respon Dena hanya senyuman lalu anggukan, tandanya Dena menyerahkan apa yang Fara rasakan ia tidak memaksa Fara untuk mengatakan hal palsu.

"Coba lo berdiri dulu, gak enak klo bicara lo jongkok gue berdiri." Reion mengikuti saran Fara,ia benar-benar langsung berdiri di hadapan Fara. Walau Fara harus sedikit berdongak, pasalnya Reion ini lumayan tinggi, Fara memiliki tinggi sekitar 150-an saja.

"Gimana Kak Fara?" Fara tersenyum kepadanya, meraih sebelah kanan pergelangan laki-laki itu. Degup jantung Reion tidak karuan, lebih-lebih jantungnya terasa ingin copot. Tangannya juga bergetar kecil. Fara yang menyadari itu malah tertawa kecil, "santai aja, suka sama wanita lebih tua dari lo gak semenegangkan itu kok." Reion hanya mengangguk, lalu menghela nafas kasar.

"Reion, maaf ya untuk rasa lo ke gue, gue belum bisa terima. Mungkin harus ada bagian saling kenal dulu? Tulisan aja berawal dari Orientasi. Jadi sebaiknya kita saling kenal dulu aja. Lo juga kenal gua baru 7 hari kan?" Simpel saja, Reion menjawab, "lebih kak." Fara kaget dengan jawaban Reion ternyata dirinya sudah mengenal lebih lama dari perkiraan.

"Gua udah pernah menemukan lo sebelum ini kak, dulu. Beberapa bulan yang lalu, saat lo ke sebuah cafe cat di daerah Jakarta." Mendengar penjelasan singkat Reion, Fara memberanikan diri untuk memberikan kesempatan berharganya. "Singkatnya, kita saling kenal dulu aja. Kalau cocok ya jadi pasangan, kalau perbedaan sebaiknya jangan. Yang dari awal tak sama akan tetap tak sama."

Reion menangguk, ia membubarkan teman-temannya. Lagi juga bell masuk sudah berbunyi, demi kenyamanan bersama dan tidak ada yang di rugikan maka dari itu ia memutuskan untuk bertukar kontak. Proses saling kenal yang akan ia jalani cukup dirinya saja dan Fara, itu lebih baik sepertinya.

"Jangan mau sama dia," dari ujung koridor sana ada yang berteriak begitu lantang dan jelas. Suara itu, suara laki-laki. Ah, mungkin saja ia berbicara kepada temannya, lalu suara itu merambat terbawa angin makanya sampai terdengar jelas. Fara dan Dena tak ambil pusing.

💐

Segini dulu yaahh, nanti dilanjut lagii 🫶🏻

My AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang