3

425 91 21
                                    








Jennie mengemasi barangnya,bersiap untuk pulang. Ia menoleh ke bangku Chaeyoung yang sudah kosong.

"Cepet banget ngilang nya" wajahnya berubah masam. Jennie berniat meminta nomor telpon gadis tinggi itu,tapi orangnya udah pulang duluan.

"Hallo rakyat jelata!! Pulang yuk" teriak Irene menghampiri mereka.

Joy bangkit dari duduknya,mengikuti Irene yang menghampiri Jennie.

"Jen,udah selesai?"

Jennie hanya bergumam,sesekali melirik ke kursi kosong di sebelahnya. Dan itu tak luput dari perhatian kedua temannya.

"Lo beneran suka sama Chaeyoung?" tanya Irene dengan kedua tangan bertumpu pada meja Jennie.

"Harus gw jawab?"

"Tapi Jen,kok lo bisa suka sih sama dia? Lo gak takut gitu?" Joy bersuara.

"Ngapain takut. Dia gak gigit"

"Gak gigit,tapi ngebunuh" ucap Irene.

"Bisa gak sih,kalian berdua stop manggil Chaeyoung pembunuh!!" nada suara Jennie mulai gak enak.

Joy gigit bibir,gemes juga liat teman barunya ini.

"Kan kenyataannya emang gitu" lanjut Irene.

"Gw yakin,pasti dia ngelakuin itu ada sebabnya" masih Jennie.

"Lo kenapa sih Jen? Lo di jampi-jampi ya sama dia,nge belanya gitu banget" Irene ikut-ikutan kesel juga nih kalau gini.

Jennie ngebenerin rambutnya kebelakang. Entahlah,dia gak suka aja Chaeyoung terus-terusan dikatain pembunuh,ya walaupun faktanya memang begitu.

Disepanjang koridor tadi hanya itu yang jadi bahan gosip anak-anak,di kantin juga.

Irene menarik salah satu kursi,kemudian duduk didepan Jennie.

"Maksud gw gini lho,lo yang notebene nya anak baru tiba-tiba suka sama Chaeyoung dan ngebela dia segini nya. Itu aneh Jennie"

"Gak aneh kok, iya kan Joy?"

"Hah?oh?ah iya" balas Joy yang mendapat pelototan dari Irene.

"Lo gimana sih? Main iya iya aja" Joy mengusap lengannya yang kena tabok Irene.

"Tapi emang bener rene,cinta itu bisa datang kapan aja sama siapa aja. Contohnya gw sama Keenan langgeng sampai sekarang,padahal waktu itu kita baru kenal enam jam doang,terus di jam berikutnya eh tau-tau nya jadian" celetuk Joy. Jennie tersenyum lalu bertos ria dengan gadis itu.

Irene menghela nafas panjang,menyerah.

"Pokoknya kalian harus bantuin gw,gimana caranya biar gw bisa deket sama Chaeyoung,oke girls?"

*

Jisoo jalan di koridor. Sekolah udah sepi hanya beberapa anak osis yang tersisa.

Sesampainya digerbang,Jisoo hampir berteriak ketika seseorang tiba-tiba menarik tangannya.

"Aku anterin pulang!"

"Gak usah,aku di jemput" tolaknya sembari berusaha melepaskan cengkraman gadis itu.

"Lepasin ,Chaeng! Sakit!!"

Genggaman Chaeyoung mengendur.

"Kenapa kamu ngehindar dari aku?" tanya Chaeyoung dengan suara beratnya.

Wajah Jisoo berpaling,jika menatap wajah itu lebih lama ia takut air matanya luruh.

"Kim Jisoo!!" Chaeyoung meraih bahu gadis yang lebih pendek darinya itu untuk menghadap kearahnya.

"Aku mau kita putus!!"ucap Jisoo lantang.

Chaeyoung nolak,tentu saja.

"Kamu pikir,aku mau punya hubungan dengan orang yang namanya sudah tercatat di kantor polisi sebagai penjahat!!"

"Aku malu!!"

Chaeyoung terdiam,rasanya sangat sakit mendengar orang yang dicintainya berkata demikian.

Sejahat itu kah orang yang ku banggakan selama ini?

Jisoo tidak pernah melihat kekasihnya itu__oh ralat,mantan kekasihnya itu menangis. Tapi hari ini ia menyaksikan itu dan semua karenanya.

Jisoo berbalik membelakangi Chaeyoung,berusaha untuk mengendalikan dirinya.

Chaeyoung masih dengan kebisuannya. Jisoo tidak bisa berlama-lama dalam situasi seperti ini. Ia hendak pergi namun suara Chaeyoung menghentikannya.

"Kau berbohong!!"

"Aku tahu kau masih mencintaiku,Kim Jisoo"

"Aku mohon,sayang. Jangan seperti ini" suara Chaeyoung terdengar berat. Ia putus asa,ia berharap pelukan dari kekasihnya namun perpisahan yang ia dapatkan.

"Aku bisa menjelaskan,mengapa aku melakukannya"

"Gak perlu. Penjahat tetap penjahat apapun itu alasannya"

Mata Jisoo terpejam,ia menggigit bibir bawahnya kuat. Bibir dalamnya berdarah,ia bisa merasakan rasa amis di lidahnya.

Jisoo mengusap dadanya yang sesak bukan main. Ia tidak ingin melakukan ini,tapi dia harus.

Jisoo melepas kalung berbandul bintang yang pernah diberikan Chaeyoung padanya saat anniversary mereka yang ke satu tahun.

Jisoo berbalik. "Cinta itu sudah hilang,dan kalung ini tidak ada artinya lagi bagiku" kemudian ia melempar kalung itu ke semak-semak.

Chaeyoung menatap Jisoo tak percaya. Kalung itu adalah kalung yang dipilihkan bundanya untuk diberikan pada Jisoo.

Jisoo sudah berubah,dia tidak seperti dulu lagi.


"Aku membencimu,sekarang!!"

Chaeyoung pergi dengan vespa kesayangan nya.

Melihat Chaeyoung yang sudah tidak terlihat,Jisoo berlari mencari kalung yang dilemparnya tadi.

"Dimana kalungnya ...hiks...?" ia kembali menangis saat belum menemukan kalungnya. Ia kembali mengingat wajah kecewa Chaeyoung.

Tangannya kembali aktif mencari kalung itu,ia meringis saat ada duri yang mengenai tangannya. Tapi ia tidak menyerah ia harus menemukan kalung itu. Jisoo berbohong!! Nyatanya kalung itu sangatlah berharga baginya.

Setelah sekitar dua puluh menit menjelahi semak-semak,akhirnya ia menemukannya.

Bukannya tersenyum bahagia,ia malah menangis terisak. Jisoo mencium kalung itu. Ia tidak dapat membayangkan jika tidak menemukan kalungnya.

"Maafkan aku,Chaeng. Maafkan aku" lirihnya. Penampilan gadis cantik itu berantakan.

"Aku mencintaimu. Maka dari itu aku harus melepas mu,Sayang." Jisoo terus menciumi kalung nya.

"Melepas mu adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehku. Temukanlah gadis yang sehat,Chaeng. Yang bisa menjagamu dan membuat bahagia"



















TBC....


Chaennie or Chaesoo?

Chaelisa aja kali ya👀

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang