O1

35 3 0
                                    

Di atap sebuah sekolah di daerah Yokohama, terlihat beberapa pemuda yang tengah berkumpul bersama. Ada yang tengah tertidur, ada pula yang tengah bermain game dan mengobrol santai. Sampai satu pemuda dengan model rambut twin braid bangun dari tidurnya dan mengajak teman-temannya untuk bermain.

"Ne, ayo kita mainkan suatu permainan!"

"Ran, lebih baik kau diam karena seluruh permainan yang kau ajukan itu selalu membawa kesialan, dan aku tidak ingin terkena sial lagi karena permainanmu." Sahut pemuda bermarga Madarame disampingnya.

Yang lainnya hanya memperhatikan dua orang yang tadi bicara.

"Oh ayolah! Memangnya sesial apa permainan yang aku ajukan itu?!"

Tiba-tiba ada tangan yang mendorong kepala Ran dibelakangnya,
"Jangan pura-pura lupa aniki, permainan yang kau ajukan itu memang selalu membuat sial. Pertama, Mochi yang masuk ke selokan karena permainanmu. Kemudian Shion yang dikejar orang gila, dan bahkan aku adikmu sendiri yang hampir diterkam wanita jadi-jadian. Oh, dan jangan lupakan Kakucho yang terkena demam selama satu minggu setelah pergi ke rumah kosong."

Ran meringis kecil saat mendengar penuturan kejam adiknya, Rindou.
"Itu hanya kebetulan Rin!"

"Kebetulan yang selalu terjadi saat kau mengungkapkan idemu untuk bermain." Ketus Shion.

"Ayolahh, kali ini ku jamin tidak akan ada yang terkena sial lagi!"

"Memang permainan apa yang ingin kau mainkan?" Sahut pemuda berambut putih yang sedari tadi hanya diam melihat teman-temannya memojokkan Ran.

"Ah! Izana kau memang yang terbaik! Begini, mari kita main Truth or Dare, kupikir permainan ini tidak akan membuat sial karena kau hanya akan memilih jujur atau melakukan tantangan. Bagaimana? Kalian setuju?"

"Asalkan permainan kali ini benar-benar tidak membuatku terkena sial."
Sahut Shion.

Dan pada akhirnya mereka tetap memainkan permainan itu bersama hingga kini giliran Izana, sang ketua yang ikut bermain.

"Izana, Truth or Dare?"

"Dare"

Semua terdiam karena cukup kaget dengan pilihan sang ketua karena sejauh ini baru Izana lah yang memilih tantangan dibandingkan dengan jujur.

"Izana, kau serius?" tanya Kakucho.

"Kau tidak takut kena sial karena permainan ini Izana?" Rindou menyahut setelah Kakucho.

Sementara Ran sendiri menatap adiknya dengan sinis dan Izana hanya menatap Ran datar.

"Jika aku yang terkena sial karena permainan ini, maka aku akan membuat Ran membayarnya tiga kali lipat dari kesialanku." 

Mendengar hal itu Ran bergidik ngeri saat memikirkannya, sementara yang lain hanya menyeringai bengis pada Ran. Karena itu akhirnya Ran memikirkan tantangan yang mudah namun tetap menarik sampai Ran mengangkat tangan dan tersenyum lebar.

"Ne, Izana apa kau pernah berpacaran?"

Izana menatap Ran, "Tidak."

"Jaa, kalau begitu tantangannya adalah buat salah satu gadis di kelasmu tertarik kepadamu, dan tenggat waktunya adalah satu bulan dimulai dari besok. Jika kau menang maka aku akan mengabulkan satu permintaanmu, dan jika kau kalah maka kabulkan satu permintaanku. Bagaimana?"

"Hei hei, Ran kau mau merusak kehidupan seseorang?!" Sahut Mochizuki.

"Ehh tentu saja tidak! Aku kan tidak melarang Izana untuk jatuh cinta pada targetnya, jadi jika Izana memang merasa cocok dengan gadis itu ya lanjutkan saja."
Sanggah Ran.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang