Total sudah tiga hari Izana tidak masuk sekolah, dan selama itu pula Naomi mengalami pembulian yang semakin hari semakin parah. Dimulai dari lokernya yang dipenuhi sampah makanan busuk dan surat-surat yang menunjukkan kebencian, meja dan kursinya yang dibuang ke luar dengan penuh coretan, makan siangnya yang diganggu, disiram dengan air kotor saat sedang di kamar mandi, dan yang terakhir adalah baju olahraganya yang sudah rusak tergunting. Naomi tidak takut untuk melawan, ia sudah berulang kali melawan dan mengadu pada guru tetapi tak ada yang mau memihaknya sebagai saksi karena mereka semua takut mengalami hal yang sama dengan yang Naomi alami. Hal itu diperburuk dengan absennya wali kelas Naomi yang terkenal dengan keadilannya itu dikarenakan harus pergi ke luar negeri untuk seminggu kedepan.
Naomi berjalan gontai ke kelasnya, ia beralasan sedang tidak sehat pada guru olahraganya sehingga ia diizinkan untuk tidak mengikuti mata pelajaran itu hari ini. Padahal alasannya adalah karena bajunya sudah rusak dan tidak ada siapapun yang mau meminjamkan baju cadangan mereka pada Naomi yang saat ini tidak membawa baju cadangan. Saat sampai di kelas, Naomi mendapati sosok yang begitu ia kenal dan menjadi sumber masalahnya beberapa hari ini baru saja datang. Langkah Naomi semakin cepat dan berhenti tepat dihadapan pemuda itu.
"Kurokawa-san, kita harus bicara sekarang."
"Ada apa Miyamura? Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau tidak ingin berurusan lagi denganku, tetapi apa ini? Kau sendiri yang menghampiriku lebih dulu."
Naomi tidak menghiraukan itu dan mengajak Izana keluar dari kelas dengan penuh penekanan dalam setiap katanya, "Kita.perlu.bicara."
Izana menatapnya datar, "Siapa kau berani memerintahku ha? Orang rendahan sepertimu tidak berhak memerintahku."
"Terserah apa yang akan kau lakukan padaku setelah ini, kau mau memukulku hingga mati pun aku tak masalah. Cukup ikuti aku karena ada hal yang harus aku bicarakan padamu, Kurokawa Izana."
Naomi menatap Izana tak kalah dingin dan langsung menarik Izana yang terdiam mendengar perkataan Naomi. Mereka pergi ke atap sekolah dan disanalah Naomi menghentakan tangan Izana kasar.
"Aku sangat tidak ingin mencari keributan dengan orang lain karena aku hanya ingin menjalani hariku dengan damai. Tapi sayangnya semua itu sudah kau hancurkan Kurokawa Izana." Naomi langsung berterus terang tanpa mengambil jeda sedikitpun.
"Kau dan kekasihmu, tidak bisakah kalian berhenti dan pergi dari kehidupanku?"
Izana yang tidak terima disalahkan tanpa tahu masalahnya segera menyela Naomi, "Apa maksudmu sialan?"
Naomi menatap Izana tajam, "Kekasihmu, Kamiya Sena melakukan hal menjijikan beberapa hari ini padaku. Dia datang padaku bersama gerombolannya, mengancamku untuk tidak mendekatimu dan sekarang mereka melakukan semua ini padaku. Tidak bisakah kau menjaga kekasih bodohmu itu agar berperilaku baik, Kurokawa?"
"Dengar Miyamura, aku tidak pernah memiliki kekasih dan aku tidak mengenal orang yang kau katakan itu. Tapi apa ini Miyamura? kau melampiaskan emosimu padaku dan mengatakan hal yang tidak aku mengerti. Miyamura, jika kau memang terkena penindasan kenapa tidak kau membela dirimu sendiri, bukankah kau adalah seorang gadis yang diluar ekspektasi orang lain? Kau hanya bersembunyi dibalik penampilan lugu mu itu dan menyembunyikan semuanya. Oh, atau kau sekarang tengah memintaku melindungimu? Jika memang itu yang kau mau, maka akan aku kabulkan dengan satu syarat. Tinggalkan kekasihmu yang tidak berguna dan jadilah jalangku."
Naomi mengambil satu langkah mendekat pada Izana dan tangannya melayangkan tamparan keras di pipi kanan Izana. Izana hampir membalas Naomi jika saja Izana tidak melihat wajah Naomi yang matanya dipenuhi kebencian dengan air mata yang mengumpul dipelupuk matanya dan siap mengalir kapanpun.
"Aku tidak pernah meminta untuk dilindungi, aku bisa melindungi diriku sendiri. Yang aku inginkan dengan memintamu kemari adalah untuk berhenti menggangguku, baik itu dirimu ataupun penggemar gilamu. Aku tidak pernah meminta semua ini tapi kau datang dengan tiba-tiba dan mengacaukan semuanya. Kurokawa Izana, aku bersyukur aku selalu menolakmu karena aku bahkan tidak menyangka jika kau serendah ini dengan mengatakan hal menjijikan itu."
Setelah mengatakan itu, Naomi pergi dari sana meninggalkan Izana dengan perasaan yang semakin kacau. Dadanya sakit saat melihat tatapan benci itu dan ia merasa.... bersalah? Izana tidak mengerti, ia benar-benar buta dengan semua ini. Perlahan ia menjatuhkan dirinya ke tanah dan terduduk dengan memegang dada kirinya.
Izana.. sepertinya kau telah melakukan kesalahan yang bahkan lebih besar daripada semua perilakumu selama ini.
.
.
.
.
Halooo,
Terima kasih untuk pembaca yang mungkin masih menunggu kisah ini lagi yaa, maaf karena terlalu lama menyimpan kelanjutannya di draft karena satu dan lain hal, tapi untuk selanjutnya aku tidak akan absen lagi dari update kisah ini. Soooo, hope you like it guysss ✨
See you on next Chapter ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Fanfic[ren.ja.na] (n) rasa hati yang kuat. Rasa yang kuat tentang sebuah cara untuk mencintai, menerima, merindu, melepaskan dan merelakan. Kurokawa Izana x OC ┏ Tokyo Revengers © Ken Wakui ┛