O3

11 2 0
                                    

Dering telepon membuyarkan Naomi dari lamunannya.
Melihat jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi, cukup membuatnya penasaran siapa yang meneleponnya di Minggu pagi ini. Nomor tak dikenal terlihat sudah meneleponnya sampai 5 kali, mungkin karena ia terlalu tenggelam dalam lamunannya sendiri sampai telepon itu tidak terdengar sejak tadi.

Penasaran dengan siapa dibalik nomor itu, Naomi mengangkatnya.

"Akhirnya kau mengangkat teleponnya, sepertinya kau tidur dengan nyenyak heh?"

Naomi mengernyitkan dahinya,
"Siapa?"

"Ah, kau tidak mengenal suaranya? Biar ku ingatkan, kau punya janji denganku sebagai balasan atas pertolonganku."

Naomi kemudian menyadari siapa orang dibalik telepon itu.
"Kurokawa-san, kau tahu nomorku darimana?"

"Tidak terlalu penting darimana aku mendapatkan nomor teleponmu, aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa aku akan menjemputmu pukul sembilan nanti. Kuharap kau tidak membuatku menunggu lagi, Miyamura."

Telepon diputus sepihak, Naomi cukup kesal dengan itu namun sepertinya ia mulai terbiasa dengan sikap Izana yang seenaknya. Menghela nafas pelan, Naomi tidak langsung turun dari kasurnya tetapi kembali tenggelam dalam lamunannya. Matanya yang memandang langit pagi dari jendela kamar perlahan semakin kosong dan kehilangan cahayanya. Entah apa yang ia pikirkan sampai semua hal seakan hilang dari pandangannya.

~♥️~

Tepat pukul sembilan pagi, Izana sudah ada di depan rumah Naomi. Dengan celana panjang berwarna putih dan kaus hitam yang dibalut dengan jaket berwarna cream, tak lupa sepatu hitamnya dan anting hanafuda yang selalu ia kenakan. Tangannya bergerak membunyikan bel yang terpasang di tembok pagar. Tak lama, suara pagar yang dibuka terdengar. Menampilkan seorang gadis dengan manik saphirenya yang memukau, rambut panjangnya yang diikat half ponitail, mengenakan kaus dan celana jeans putih, cardigan oversize berwarna soft purple dan di padukan dengan sepatu putih bergaris ungu. Satu kata yang bisa Izana pikirkan saat melihatnya adalah, 'Cantik'.

Izana cukup terpukau dengan gadis didepannya, hingga tanpa sadar ia menatap lurus gadis itu tanpa berkedip. Kesadarannya kembali saat gadis itu membuka suaranya.

"Kurokawa-san."

"A-ah.. aku, mencari Miyamura Naomi.. apa kau temannya?"

Gadis itu terlihat mengernyitkan dahinya, "Aku didepanmu Kurokawa-san."

Cukup terkejut dengan apa yang dikatakan gadis didepannya, Izana kembali memastikan.
"Kau, Miyamura?"

Hanya anggukan sebagai jawaban.

"A, kau.. terlihat berbeda.."

"Karena aku mengubah gaya rambutku dan tidak menggunakan kacamata?"

Izana mengangguk, "Ya, kau menggunakan lensa? Tetapi tidak saat disekolah."

"Ya, karena aku tidak nyaman menggunakan lensa disekolah."

Hening sekejap, Izana tidak tahu apa lagi yang harus diucapkan. Jangan salahkan dia, kalian tahu Izana juga baru pertama kali mendekati seorang gadis walau kenyataannya banyak gadis yang siap mengantri untuknya.

"Jadi, kita berangkat sekarang?"
Naomi membuka suara lebih dulu.

"Ah, ya. Kau sudah sarapan?"

Naomi menggeleng, Izana sendiri segera naik dan menyalakan motornya.

"Ayo kita sarapan dulu."

Naomi berjalan pelan menghampiri Izana dan naik ke motornya setelah menutup pintu gerbang. Naomi mau tak mau hanya akan mengikuti Izana saja hari ini, dirinya merupakan orang yang memegang janji dengan baik. Walaupun hatinya berkata ia tak mau pergi bersama Izana, tetapi bagaimana pun itu ia sudah berjanji pada Izana sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongnya tadi malam.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang