Senin, menjadi hari yang kurang menyenangkan bagi beberapa orang karena harus berpisah dengan hari libur dan kembali ke rutinitas menyebalkan. Tidak berbeda jauh dengan beberapa orang itu, Naomi berangkat sekolah dengan wajah kusut ditambah lingkaran mata yang semakin menghitam akibat insomnianya. Naomi kali ini hanya ingin duduk diam di rumah saja, namun karena waktu ujian akhir semakin dekat akhirnya ia tetap harus pergi sekolah untuk mengejar materi. Namun sepertinya kedamaian tidak berpihak padanya. Saat Naomi sampai di kelas, ia malah mendapati bangkunya yang kotor dengan berbagai sampah diatasnya.
Naomi tidak bodoh, ia tahu jelas arti semua ini. Matanya mengelilingi seluruh kelas berusaha mencari siapakah yang melakukan hal bodoh ini, namun yang ia dapati adalah sikap acuh seluruh kelas. Naomi menghela nafas dengan berat, mencoba membersihkan meja dan bangkunya sebelum bel berbunyi.
Naomi pergi ke belakang sekolah untuk membuang sampahnya, tetapi lagi-lagi kedamaian yang ia inginkan tidak berada di pihaknya. Lima orang gadis, dengan rok yang dipotong lebih pendek, bibir merah merona dan jaket yang terikat di pinggang mereka datang menghampiri Naomi yang sedang membuang sampah. Seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang yang di cat orange blonde maju mendekat pada Naomi.
"Kau, Miyamura Naomi?"
Naomi hanya mengangguk kecil sambil menatap gadis itu.
"Kau sudah melihat peringatanku kan? Ku harap kau mengerti apa maksud semua itu."
Naomi menghela nafas pelan dan menatap malas gadis didepannya. "Jadi semua ini perbuatanmu?"
Gadis didepannya mengangguk angkuh, "Ya, untuk peringatan bagimu agar tidak mengganggu kekasihku lagi."
Naomi mengangkat sebelah alisnya, "Kekasihmu?"
"Kurokawa Izana, dia kekasihku. Salah satu temanku melihatmu bersama Izana pada malam hari. Berani sekali kau menggoda kekasihku ha?"
Naomi mulai jengah mendengar nama itu, ia menatap datar pada gadis didepannya dan membalas perkataan itu.
"Maaf nona, tapi sepertinya kau salah paham? Bukan aku yang menggoda kekasihmu itu, tetapi dia sendiri yang menghampiriku."
Mendengar jawaban Naomi, gadis didepannya itu mengepalkan tangan dengan erat menahan kekesalannya.
"Kau! tidak mungkin Izana mau mendekati gadis kutu buku yang tidak menarik sepertimu! Semua ini pasti salahmu yang menggoda Izana! Awas saja jika aku masih melihatmu bersama Izana setelah semua ini, aku akan memberikan pelajaran yang pantas untukmu."
"Terserah apa katamu, yang pasti aku tidak bersalah. Dan ya, jika memang kau adalah kekasih Kurokawa Izana, bukankah ini salahmu yang tidak bisa menjaga kekasihmu itu sampai dia menggoda gadis lain?"
Gadis itu semakin marah dengan jawaban Naomi, ia menunjuk Naomi dengan kesal. "Kau! Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu nanti. Kau akan membayar perkataanmu itu sampai kau berlutut dan meminta maaf padaku!"
Kelima gadis tadi segera pergi dari hadapan Naomi yang memandang datar mereka, Naomi tidak takut sama sekali atas ancaman kecil itu karena Naomi bahkan sudah merasakan hal yang lebih menakutkan daripada ini.
~❤️~
Sekolah sudah usai sejak dua jam yang lalu. Izana tidak masuk sekolah, entah kenapa alasannya tetapi sekali lagi ku tekankan kalau itu sudah menjadi hal yang biasa. Naomi tidak peduli, atau mungkin berusaha tidak peduli? Entahlah, siapa yang akan tahu tentang apa yang dirasakan gadis manis itu. Matanya menerawang pada hamparan langit biru yang perlahan berubah jingga dari balik bingkai jendela, sorot mata itu kembali kehilangan cahayanya, gelap dan dalam. Saat sang mentari mulai berganti, barulah kaki itu melangkah pergi dari kelas yang sudah kosong tadi.
Berbeda dengan Naomi, disisi lain kota Yokohama ini, Izana tengah duduk sendirian menatap langit yang sama dengan Naomi. Izana tidak ingin masuk sekolah karena perasaannya masih kacau dengan fakta-fakta yang Naomi katakan malam kemarin. Izana tidak mengerti, dirinya hanya ingin bermain sebentar dan tak pernah terpikirkan untuk jatuh cinta seperti yang Ran katakan, namun perasaannya bahkan lebih kacau saat memikirkan tentang Naomi yang mengetahui alasannya mendekati gadis itu dibandingkan dengan Naomi yang mengatakan tak ingin berurusan lagi dengan Izana. Terlebih saat Izana mengetahui bahwa gadis yang menjadi targetnya itu ternyata sudah dimiliki seseorang, dalam pikirannya Izana ingin tahu siapa orang beruntung itu dan ingin menghancurkannya agar ia mau menyerahkan Naomi pada Izana atau mungkin jika dia tidak mau, Izana akan merampasnya saja.
"Semua ini membuatku sakit kepala. Lebih baik aku fokus pada tujuanku menghancurkan Mikey daripada terus memikirkan gadis itu." Setelah mengatakan itu, Izana segera berlalu dari tempatnya dan menaiki motornya menuju markas Tenjiku.
Sesampainya di markas, Izana disambut oleh jajaran Four Heavenly Kings yang tengah menyeret beberapa orang dan mendudukkan mereka dengan paksa.
"Ah kau sudah datang, Izana." Ran berujar saat melihat Izana masuk kedalam.
Izana tidak mengatakan apapun, tetapi ia langsung menghantam sepuluh orang yang tadi diseret oleh para pelayannya.
"Oh man~ ada apa dengannya hari ini?" Shion berujar saat melihat Izana yang tanpa basa basi langsung menghantam sepuluh orang didepannya.
Semua orang disana juga hanya diam kebingungan dengan sikap Izana yang terlihat tidak seperti biasanya. Sampai saat Izana sudah selesai meluapkan emosinya pada sepuluh orang malang tadi, seseorang dengan luka bakar disamping wajahnya menghampiri Izana.
"Izana, ada yang ingin aku bicarakan mengenai tugas yang kau berikan sebelumnya. Bisa kita bicara di luar sebentar?"
Izana hanya menatap dengan datar dan pergi keluar, menunjukan sinyal bahwa ia menyetujui itu. Sedangkan Kakucho, yang meminta Izana untuk bicara mengikutinya dibelakang.
"Aku sudah mengatakannya pada Mucho, kita hanya perlu menunggu jawabannya. Tetapi sesuai dengan perkataanmu juga, aku yakin Mucho akan setuju." Kakucho berbicara dengan Izana yang membelakanginya. Namun tak ada jawaban apapun dari sang raja, hanya sosoknya yang berdiri didepan Kakucho tanpa mengatakan apapun.
"Izana, kau terlihat gusar. Ini tidak seperti dirimu."
"Seorang pelayan rendahan sepertimu tidak pantas untuk mengomentariku, Kakucho." Izana menjawab Kakucho dengan dingin.
Kakucho sadar betul bahwa benar ada yang tak beres dengan Izana, namun saat jawaban itu sudah keluar maka hanya ada satu hal yang bisa Kakucho lakukan dan itu adalah diam. Kakucho bisa saja melawan Izana karena Kakucho juga mengkhawatirkan keadaan Izana yang semakin kacau ini, namun sepertinya menghabiskan waktu untuk tumbuh bersama Izana memberikannya pemahaman bahwa Izana membutuhkan waktu sendiri dan tidak ada yang boleh mengganggunya saat ini. Kakucho memutuskan untuk pergi dari sana meninggalkan Izana sendirian.
.
.
.
.
Helloooo!!! huhu maafkan aku yang sudah absen untuk update selama dua minggu kebelakang :( itu karena tugas kuliah yang mulai menumpuk dan lumayan menghabiskan waktu untuk mengerjakannya.. tetapi karena aku ingin agar cerita ini bisa selesai, kali ini aku coba mencuri waktu sebentar untuk update '3'
Jadi, ku harap teman-teman pembaca juga bisa membantuku dengan klik tombol vote dan meninggalkan komentar juga agar aku lebih semangat lagi melanjutkan tulisan inii o(〃^▽^〃)o
sooooo, see you on next chapter guyss ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Fanfiction[ren.ja.na] (n) rasa hati yang kuat. Rasa yang kuat tentang sebuah cara untuk mencintai, menerima, merindu, melepaskan dan merelakan. Kurokawa Izana x OC ┏ Tokyo Revengers © Ken Wakui ┛