Keesokan harinya Izana kembali masuk sekolah, namun masih tetap dengan pikirannya yang kacau karena kejadian diatap kemarin. Izana tidak tahu bagaimana keadaan Naomi kemarin karena ia tidak kembali ke kelas bahkan saat bel sekolah sudah berbunyi. Izana pergi dari sekolah saat mentari sudah berganti rembulan dan saat itupun ia tidak melihat Naomi yang biasanya menjadi orang terakhir yang keluar kelas.
Saat bel tanda masuk setelah selesai istirahat berbunyi, semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing begitupun dengan kelas Izana. Namun yang berbeda kali ini adalah mereka mendapati wali kelasnya yang dikabarkan pergi ke luar negeri selama seminggu masuk ke kelas dengan raut wajah yang tegas.
Semua murid di kelas itu terdiam, mereka tahu jika wali kelas mereka datang tiba-tiba seperti ini artinya ada hal penting yang perlu dibicarakan bersama seluruh kelas. Sedangkan Izana yang duduk dibelakang sana terlihat tak peduli dan hanya menengok pada langit biru diluar sana dari balik jendela.
"Saya tidak akan menjelaskan dulu alasan kenapa saya bisa ada disini sekarang, tetapi saya akan langsung bertanya kepada kalian semua. Kapan terakhir kali kalian melihat Miyamura kemarin?"
Seluruh kelas hening seketika saat mendengar pertanyaan itu, sedangkan Izana dibelakang sana menoleh pada bangku disampingnya yang baru ia sadari bahwa bangku itu kosong sejak tadi. Sedangkan didepan sana sang wali kelas, Nishimura Yuzuki menghela nafas melihat tidak ada satupun yang mau menjawabnya.
"Ketua kelas, kapan kau terakhir kali melihat Miyamura?"
Murid dengan jabatan ketua kelas itu terlihat bingung, namun ia tetap menjawabnya. "Saya ingat terakhir kali melihat Miyamura-san adalah saat dia meminta izin pada Kagami sensei untuk tidak mengikuti mata pelajaran olah raga kemarin dengan alasan sakit, sensei."
"Lalu yang lainnya? Apakah ada diantara kalian yang melihat Miyamura setelah itu?"
Semua murid menggelengkan kepala kecuali Izana.
"Diantara kalian semua, apa ada yang tahu bahwa Miyamura terkena pembulian disekolah ini?"
Lagi-lagi tak ada jawaban, tetapi bedanya kali ini semua orang memasang wajah tegang dan Nishimura sensei menangkap semua itu dengan jelas. Izana sendiri saat ini mulai memperhatikan apa yang wali kelasnya katakan didepan sana.
"Kalian semua sudah sangat keterlaluan! Bagaimana kalian bisa mengacuhkan teman kalian sendiri selama saya tidak hadir, dan apa semua ini? Kalian menyadari dan mengetahui bahwa Miyamura terkena penindasan tetapi tidak ada satupun yang membantunya?! Miyamura Naomi dilarikan ke rumah sakit kemarin sore setelah ditemukan terkurung di gudang peralatan sekolah dengan luka dikepala dan sayatan yang cukup dalam dikedua pergelangan tangannya hingga membuat Miyamura koma dan masih dalam keadaan kritisnya!"
Semua orang membeku ditempat mendengar penjelasan dari wali kelas mereka, dalam pikiran mereka semua terlintas kejadian beberapa hari terakhir ini. Sedangkan dibelakang sana terlihat wajah Izana yang sudah memucat dengan pikirannya yang kacau karena ia tahu jelas keadaan terakhir Naomi kemarin sebelum kejadian itu menimpanya.
"Sensei tahu dengan jelas bahwa kalian tidak peduli tentang Miyamura Naomi, tetapi sensei sudah berulangkali mengatakan untuk saling memperhatikan dan menjaga. Sensei sangat kecewa dengan kalian semua terutama padamu ketua kelas, saya tidak menyangka bahwa saya memberikan kepercayaan kepada orang yang salah. Kau tidak bisa memimpin kelas ini dengan baik dan membiarkan salah satu temanmu menjadi korban pembulian."
Semua menunduk mendegar perkataan yang dengan tenang namun tajam keluar dari wali kelas mereka. Mereka semua menyadari bahwa mereka telah menjadi orang yang paling jahat dalam kasus pembulian yang dialami Miyamura Naomi karena mereka telah menjadi penonton yang hanya diam tanpa melakukan apapun. Sedangkan Izana dibelakang sana masih membeku dengan berbagai pikiran yang membuatnya pening seketika, perasaan yang kemarin ia rasakan menjadi lebih kuat dan itu membuatnya tidak nyaman.
"Sebagai hukuman, poin kalian semua akan saya kurangi pada saat ujian akhir nanti. Kalian juga harus meminta maaf langsung pada Miyamura saat ia sudah sadar dan lebih baik. Terakhir, saya harap tidak akan ada lagi kasus seperti ini baik dikelas ini maupun disekolah. Silahkan kalian renungkan kesalahan kalian, sensei pamit."
Setelah Nishimura sensei pergi dari kelas, seisi kelas terlihat muram. Semua menunduk merenungkan kesalahan mereka, ada yang bahkan terlihat mulai menangis. Hingga suara bangku yang digeser dengan kasar mengalihkan perhatian mereka dan mendapati pemuda bermarga Kurokawa yang menempati bangku itu pergi keluar kelas.
~❤️~
Izana berlari ke parkiran motor dan pergi meninggalkan sekolah untuk menemui Naomi yang sedang terbaring koma di rumah sakit. Hanya ada satu rumah sakit terdekat dan Izana memutuskan untuk pergi kesana.
Setelah sampai Izana segera pergi ke meja resepsionis dan menanyakan keberadaan Naomi.
"Apakah ada pasien bernama Miyamura Naomi?"
"Mohon maaf sebelumnya, anda siapa dan ada keperluan apa?"
"Kurokawa Izana, aku teman sekelasnya." Izana membalas dengan cepat.
Perawat didepannya segera mengetikkan sesuatu untuk mencari data mengenai Naomi.
"Pasien bernama Miyamura Naomi baru saja dipindahkan ke ruang perawatan VIP nomor 8 di lantai tiga."
Setelah mengetahui dimana ruangan Naomi, Izana segera berlalu dari meja resepsionis dan pergi menuju ruangan yang telah disebutkan. Saat sampai didepan kamar itu, Izana mendapati Naomi yang terbaring tak sadarkan diri dari balik kaca kecil yang ada di pintu kamar rawat itu. Izana ragu untuk masuk kedalam sana, ia bingung dengan apa yang harus ia katakan pada Naomi dan bagaimana menghadapi Naomi sekarang. Tetapi saat pikirannya masih ragu, pintu kamar itu terbuka dan mendapati seorang gadis lain dengan pakaian khas dokternya yang keluar dengan tatapan terkejut saat mendapati Izana ada didepan ruangan itu.
"Ah.. Apa kau teman Nana?"
"Nana?"
Dokter didepannya tersenyum kecil, "Maksudku Naomi, yang sekarang sedang terbaring didalam."
Izana sedikit bingung karena sepertinya Naomi saja tidak mengakuinya sebagai teman, tetapi kemudian Izana hanya mengangguk dengan kaku.
"Ah, aku tidak tahu jika Nana mempunya teman yang lain. Apa kau teman yang pernah mengajak Nana bermain?"
Sekali lagi Izana hanya bisa mengangguk, sedangkan dokter didepannya ini masih memasang senyum ramah yang sama.
"Kau mau melihat Nana kan? Mari, silahkan masuk."
Izana akhirnya melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan itu walaupun hatinya masih ragu. Izana dan dokter itu berjalan mendekati kasur dimana Naomi terlihat seperti orang yang tengah tertidur dengan lelap walaupun Izana juga mendapati perban yang melilit kepala dan pergelangan tangan Naomi. Tanpa sadar tangannya terkepal erat saat memikirkan Naomi yang mengalami kejadian itu.
"Aku Aikawa Misa, wali sekaligus dokter yang menangani Nana disini. Kau sendiri?"
Izana mengalihkan pandangannya dari Naomi dan beralih pada Misa,
"Kurokawa Izana, -
ada jeda sedikit sebelum Izana melanjutkan perkataannya dengan ragu sambil kembali menatap Naomi.
- Miyamura.. bagaimana keadaannya?"
Misa sendiri masih tetap dengan senyum kecilnya dan menjawab pertanyaan Izana dengan tenang.
"Nana sudah lebih baik, ia sudah melewati masa kritisnya walaupun keadaannya sekarang masih koma."
Izana hanya bisa diam mendengar semua itu, Izana tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau katakan. Dirinya merasa bersalah, ia akui semua ini adalah salahnya. Izana tidak lagi menyangkal perasaan yang ia rasakan sejak kemarin itu. Bahkan saat Misa pamit untuk pergi memeriksa pasien lain dan tersisa Izana seorang bersama Naomi di ruangan itu, Izana masih diam tanpa mengucapkan apapun. Banyak hal yang ingin Izana katakan, namun semuanya terhenti di tenggorokannya. Setelah beberapa lama diam dengan pikirannya yang kacau, akhirnya Izana memutuskan sesuatu dan keluar dari ruangan itu dengan tangan yang terkepal erat.
.
.
.
.
Hope you enjoy the story and..
See U on next Chapter ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Fanfiction[ren.ja.na] (n) rasa hati yang kuat. Rasa yang kuat tentang sebuah cara untuk mencintai, menerima, merindu, melepaskan dan merelakan. Kurokawa Izana x OC ┏ Tokyo Revengers © Ken Wakui ┛