O2

9 2 0
                                    

Dua hari setelah kejadian di Cafe hari itu, Izana tak terlihat lagi didalam kelas. Hal biasa yang menjadi pemandangan sehari-hari bagi kelasnya.

Dan hal yang sama masih terjadi pada Naomi, menjadi tak terlihat dan berdiam diri seakan ia tak peduli apapun tentang sekitarnya.

Waktu sepertinya berjalan dengan cepat, hingga waktu pulang telah tiba dan membuat sorakan serta lenguhan lega terdengar diseluruh kelas. Memang, waktu pulang adalah yang terbaik. Membayangkan makanan sudah tersaji di meja makan dan juga kasur bagai lautan kapuk yang siap memanjakan kita menjadi bayangan indah sepulang sekolah.

Berbeda dengan yang lainnya, pemeran utama dalam kisah ini hanya terdiam sambil merapikan peralatan sekolahnya. Tak ada kata yang keluar, tak ada ekspresi kelegaan, tak ada hal lain yang tergambar diwajahnya. Hanya sorot mata sendu bercampur kosong yang menetap disana.
Menunggu semua orang pergi meninggalkannya sendirian dan memandangi langit sampai senja hampir berakhir.

Kakinya berjalan tanpa arah, tak ada niatan untuk pulang sama sekali walau langit semakin menggelap. Langkahnya terhenti saat telinganya mendengar seseorang memanggilnya.

"Hei gadis manis, apa yang kau lakukan disini ha?"
Dua pria dengan jubah merah menghadang langkahnya.

"Hei.. kau tidak mau menjawab? Apa kau mau bermain dengan kami? HAHAHA."

Sang gadis masih menunduk, tak menunjukkan pergerakan apapun. Sampai salah satu pria itu menarik bahunya dengan kasar.

"Hei! Kau tidak mau bicara?! Kau tidak tau siapa kami ha?!"

Sorot mata kosong itu menatap pria didepannya.
"Memangnya kau siapa?"

Kesal dengan jawaban meremehkan yang dilontarkan sang gadis, dua pria itu mengangkat tangannya hendak memukul sang gadis. Sampai satu suara menghentikan mereka.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Dua pria itu berbalik pada asal suara, mendapati dua pria lain yang mereka kenal jelas.

"K-kami hanya-"

"Ran, Rindou, apa ini semua?"

Belum selesai dua pria tadi menjawab pertanyaan, kini terlihat satu pria lain dengan surai putih dan mata lavendernya berjalan menuju mereka.
Dua pria lain yang disebut Ran dan Rindou hendak menjawab, namun orang yang mereka anggap sang raja itu sudah menangkap satu orang yang ia kenal disana.

"Miyamura?"

Izana, yang kini berjalan menuju satu-satunya gadis disana menatap dengan penuh tanya dan ketidak sukaan saat melihat tangan yang masih mencengkram bahu sang gadis.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan tangan kotormu itu darinya."
Dengan penuh tekanan dalam setiap katanya, sang raja berujar pada pelayang didepannya.

Sedang dua pelayan itu gemetar ketakutan, salah satunya segera melepas cengkraman itu dan mereka berdua segera menyingkir dari hadapan sang raja.

Izana segera mengalihkan seluruh atensinya pada gadis didepannya. Melihat dengan jelas bahwa gadis didepannya masih menggunakan seragam, Izana mengira bahwa gadis ini bahkan belum pulang ke rumahnya.

"Miyamura, apa yang kau lakukan disini? Kau bahkan masih menggunakan seragam sekolah."

Tak ada jawaban. Gadis didepannya ini tidak mau membuka suara sedikitpun.

"Aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak."

Mendengar penolakan, Izana kembali bersuara.

"Miyamura, ini sudah malam. Kau seorang gadis dan bagaimana bisa kau pergi sendirian?"
Izana sendiri tidak mengerti, namun saat ini ia merasa gelisah saat mendengar penolakan dari gadis didepannya ini.

"Aku bisa sendiri."

Kesal dengan jawaban kosong itu, Izana menarik paksa gadis itu dan menggendongnya naik keatas motor milik Izana.

"Apa yang kau lakukan Kurokawa-san?!"

"Aku tidak akan menerima penolakan apapun! Aku akan mengantarmu pulang, jadi diamlah dan duduk dengan tenang."

Setelah mengatakan itu, Izana menyusul naik ke motornya dan melajukan motor itu untuk mengantar sang gadis.

Merasa aneh dengan pemandangan yang baru saja terjadi, dua pemuda dengan surai dwiwarna yang ikut menonton merasa heran.

"Rin, tadi itu.. tidak seperti Izana yang biasanya."

"Aku tidak tahu aniki, tapi mungkin kah gadis tadi adalah target Izana?"

"Maksudmu target Izana untuk tantangan dariku?"

Yang lebih kecil hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.

Di lain sisi, seorang pemuda dengan luka disebelah wajahnya berjalan menuju Ran dan Rindou.

"Ran, Rin, kalian melihat Izana?"

"Izana sudah pergi barusan." Pemuda dengan model rambut twin braids menjawabnya.

"Pergi? Kemana?"

Hanya gelengan yang menjadi jawaban dari dua bersaudara itu.

~♥️~

Kembali kepada dua insan yang tengah menembus jalanan malam, Izana dan Naomi hanya mengisinya dengan keheningan. Hanya sesekali Naomi menunjukkan jalan ke rumahnya dan saat sampai di rumah dengan desain minimalis yang terlihat sederhana ditambah pekarangan yang luas, Izana menepikan motornya.

"Ini rumahmu?"

Hanya anggukan kecil yang diberikan sebagai jawaban setelah Naomi turun dari motor Izana.

"Kau tinggal sendiri? Rumahmu terlihat sepi."

"Tidak, aku bersama satu orang lain. Namun dia masih bekerja."

Izana mengangguk, kemudian kembali hening.

"Terima kasih telah mengantarku Kurokawa-san. Aku permisi."

"Eh, kau tidak mempersilahkanku untuk masuk?"

Naomi menatap datar pada Izana,
"Maaf, tetapi ini sudah malam Kurokawa-san."

"Tapi kau juga keluar malam-malam."
Sepertinya Izana memang hanya ingin tinggal lebih lama.

Naomi menghela nafas, "Kurokawa-san, temanku belum pulang dan ini sudah malam. Tidak baik untukku menerima tamu lelaki sendirian. Aku sangat berterima kasih atas pertolonganmu tadi dan tumpangannya." Naomi berujar dengan nada datar.

Mendengar hal itu, Izana sedikit menyeringai tanpa sepengetahuan Naomi.

"Kalau begitu, karena kau bilang aku sudah menolongmu, boleh kan aku meminta balasannya?"

"Kau tidak ikhlas?"

"Oh ayolah Miyamura, hanya sedikit hadiah sebagai ucapan terima kasihmu tidak akan merugikanmu kan?"

Naomi mulai kesal dengan kehadiran Izana.
"Baiklah, apa yang kau mau Kurokawa-san?"

"Berikan satu harimu untukku."

Mendengus kesal dengan permintaan Izana dan ingin segera mengakhiri percakapan itu, Naomi menyetujuinya.

"Baiklah, tetapi setelah itu aku harap aku tidak akan berurusan lagi denganmu dan kau juga jangan menggangguku lagi Kurokawa-san."

Izana melebarkan seringainya mendengar jawaban itu.
"Baiklah, jangan lupa janjimu Miyamura. Aku akan menjemputmu di hari Minggu."

Setelah itu Izana pergi dengan motornya dan Naomi segera masuk ke dalam rumahnya. Entah apa yang akan terjadi nanti, namun yang Naomi inginkan sekarang hanyalah beristirahat di kamarnya walau hanya sekejap saja.
.
.
.
.













Balik lagi guyss!!!
Semoga senang dan menikmati ceritanya yaaa~
Jangan lupa untuk Vote dan Komentarnya juga yaaa✨

See u on next chapter 🤗

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang