7

358 47 21
                                    

Siulan Ethan pagi ini sedikit mengganggu Sagara karna ia tengah fokus dengan bacaan nya. Ia lirik Ethan yang masih bersiul dengan tangan yang sibuk dengan ponsel nya.

"Heh anjing, diem dulu bisa nggak sih? Gue lagi baca ini"omel Sagara.
"Oh maaf, maaf"
"Lagian Lo keliatan seneng banget hari ini, kenapa?"
"Nggakpapa"

Pandangan Sagara terhenti pada pergelangan tangan Ethan, ada sesuatu yang tak biasa. Pergelangan yang biasa nya polos itu kini di hiasi jam tangan dengan warna hitam. Bagus.

"Sejak kapan Lo pake jam tangan? Sok ganteng banget, Ethan"olok Sagara.
"Kado ini"kata Ethan sembari memamerkan jam tangan baru nya.
"Dari siapa?"
"Banyak tanya Lo kayak petugas sensus"
"Emang dasar sianjing"

Lalu Ethan terbahak. Kantin sedang lengang, mungkin karna banyak yang sedang kelas. Ethan dan Sagara hanya datang untuk bimbingan saja hari ini. Juna dan Jarves juga sedang bimbingan.

"Lo punya pacar ya?"selidik Sagara.
"Pacar apaan sih, nggak ada"
"Tapi muka Lo nggak bisa boong, keliatan jumawa"
"Anjir jumawa nggak tuh"
"Bener kan? Ada pacar kan Lo?"
"Berisik banget, Saga. Lo mending baca lagi, gue nggak bakal siul-siul sekarang"
"Heh"

Keduanya menoleh ke asal suara, Juna datang dengan wajah tampan yang berseri lebih terlihat tengil sepertinya.

"Noh, jumawa dia kan?"tunjuk Ethan pada Juna.
"Iya sih. Kenapa muka Lo? Habis dapet duit?"
"Enggak. Bimbingan gue lancar jaya, ini kalo ntar gue wisuda duluan kalian nggak usah nangis ya"
"Sombong, anjing!"seru Ethan dan Sagara hampir bersamaan.

Pandangan ketiga nya beralih pada sudut kantin dimana Jarves masuk bersama Juan dan Sean. Ketiganya tertawa terbahak entah membahas apa.

"Dek Sean ketawain apa? Kasih tau dong"tanya Juna.
"Ini orang emang dasarnya gatel, semua aja Lo kerdusin"gerutu Sagara.
"Kenapa sih? Cemburu Lo? Sayang Lo sama gue?"balas Juna kesal.
"Kak, beliin makan"pinta Juan pada kakak nya.
"Uang Lo kemana sih, dek?"
"Ada. Tapi kalo ada kakak masa gue bayar sendiri? Rugi dong"
"Kurang ajar"
"Sean aja kalo sama kak Jarves di beliin, nggak bareng juga di kasih uang. Kakak gue bukan sih?"omel Juan.

Gemas. Juna mencubit bibir adik nya gemas sebelum beranjak memesan makan untuk si adik.

"Harus bawa-bawa nama Sean dulu baru jalan"kata Jarves lalu tertawa.
"Kan gue berasa yang jadi orang asing ya, kak. Lo adek nya kakak gue ya?"tanya Juan dengan mata menatap Sean dan jari yang menunjuk ke arah teman baiknya itu.
"Apa sih, Juan. Kak Juna udah pesenin tuh, duduk yang bagus"

Jarves melirik pada Ethan yang sesekali mencuri pandang pada adik nya lalu kembali beralih pada ponsel nya saat Sean sadar jika sedang di pandang.

"Kamu mau makan apa? Mas mau pesen makan juga"tanya Jarves pada Sean.
"Mau makan di rumah. Minum aja, mas. Makasih ya"ujar Sean sembari melepas kacamata nya.

Jarves mengusap kepala sang adik sebelum pergi memesan makanan.

"Tuh liat, kurang apa kak Jarves itu? Sayang bener sama adek nya"kata Juan.
"Bacot. Makan nih, udah di bayar juga. Bilang apa?"Juna meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan sang adik.
"Makasih, mas Juna"ujar Juan menirukan suara Sean.
"Najis, nggak cocok dek"

Sagara tertawa. Ia lihat Juan yang kini makan namun dengan wajah masam karna jitakan dari sang kakak. Ia jadi ingin punya adik.

"Jadi adek gue aja mau nggak? Gue sayang-sayang deh nanti"tawar Sagara sembari menutup buku nya.
"Uang jajan nya berapa? Kak Juna kalo ngasih banyak"tanya Juan di sela kunyahan nya.
"Di telen dulu,Juan"ingat Sean dengan suara lembutnya.

Juan mengangguk lalu tersenyum lebar pada teman baik nya itu.

"Yah mata duitan, nggak jadi"
"Ya masa gue jadi adek Lo tapi nggak Lo jajanin, mending tersiksa jadi adek nya Juna tapi duit nya ada"balas Juan.
"Heh! Pake kakak!"omel Juna.
"Iya, kakak maksudnya"

Norma - Heesun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang