"Hah? Bunda kamu?"
"Iya. Namanya Denial of Pregnancy atau Refusal Pregnancy"jawab Sean menerangkan.Hari ini sesuai janji Sean, mereka menonton di kos Ethan saat lelaki itu berulang tahun. Film sudah selesai dan cuaca terlalu panas untuk membeli makan ke luar, jadi mereka sepakat untuk memesan makanan melalui aplikasi delivery order saja. Lalu saat televisi menayangkan iklan susu hamil, Sean mulai bercerita tentang pengalaman hamil sang ibu.
"Kok bisa?"Ethan masih tak percaya, ia sudah beberapa kali bertemu dengan ibu dari Sean selama mereka dekat ini, dan sang ibu terlihat sangat menyayangi Sean bahkan memanjakan anak itu.
"Dulu bunda tau kalo hamil setelah ayah meninggal. Baru masuk bulan ketiga, dan bunda lagi stres banget karna ayah baru aja pergi. Pernah mau di gugurin juga tapi di larang sama Simbah"
"Oh, bunda kamu stres karna masih kehilangan ayah kamu. Mungkin kebingungan juga"
"Iya. Sampe akhirnya di ajak pindah kesini sama bude. Bunda jadi sering main sama mas Jarves terus mulai bisa terima Sean setelah Sean lahir"
"Berat banget hidup mu, belum lahir aja udah ada penolakan"
"Tapi bunda sayang banget sama Sean, mas. Dari semua hal nakal yang pernah Sean lakuin, keras kepala yang katanya mirip ayah sampe pernah kabur dari rumah juga bunda enggak pernah marah. Katanya cuma Sean yang bunda punya, Sean satu-satunya yang buat bunda inget kalo ayah pernah ada"cerita Sean panjang lebar.Sudah berapa kali Ethan di buat kagum oleh sosok di depan nya ini. Dari cerita tentang Sean yang sering pulang menangis semasa SD dari Jarves lalu sekarang ini. Tapi hidupnya di luar terlihat sangat bahagia, seperti tidak ada yang ia khawatirkan tentang hari esok sekalipun.
"Ngapain kamu kabur dari rumah?"
"Mau nonton konser tapi nggak di kasih ijin sama bunda, terus aku kabur 2 hari ke rumah bude"
"Terus di ijinin?"
"Enggak juga soalnya bude ngga kasih, mas Jarves jadi ikutan kena marah bude"terang Sean lalu tertawa mengingat kenangan semasa SMA nya dulu.
"Terus balik ke rumah nya gimana?"
"Di jemput bunda, terus aku nangis-nangis minta maaf. Besoknya aku di kasih ijin nonton konser tapi sama mas Jarves sama bunda juga"
"Kamu beruntung punya bunda kamu"ujar Ethan.
"Makanya Sean bersyukur karna jadi anak bunda"
"Anak pinter"
"Mas juga harus banyak bersyukur karna jadi anak mama nya mas Ethan"
"Selalu. Cuma papa aja yang kadang nggak mas syukuri"kata Ethan lalu terkekeh.Sean tau apa yang terjadi dengan keluarga Ethan. Ayah dan ibu nya berpisah saat ia masih SMP, lalu Ethan tinggal bersama ibu nya hingga sekarang. Ayah nya selalu mengirim uang untuk Ethan tapi jarang hadir dalam hari penting di hidup Ethan. Kadang ayah nya datang hanya untuk menyapa dan mencoba mengontrol hidup si lelaki tampan itu yang terang-terangan Ethan tolak.
"Asal nggak durhaka ya, mas. Jangan sampe nggak hormat meskipun papa nya mas nggak baik"pesan Sean.
"Mas selalu usaha nggak meledak tiap ketemu papa sih"
"Itu baru anak baik"ujar Sean dengan tangan yang tanpa sadar mengusap kepela Ethan.Waktu terasa berhenti saat Ethan mematung karna usapan lembut di kepala nya. Ia tatap Sean yang masih tersenyum padanya namun beberapa detik kemudian tersadar dari apa yang ia lakukan. Tangan putih itu hampir ia tarik sebelum Ethan berhasil menahan nya, meminta untuk di usap lebih lama oleh Sean.
Begini terus boleh nggak sih?
Tok tok
"Go food!"
"Ya, pak!"seru Sean yang langsung berdiri membuka pintu lalu mengambil pesanan mereka.Ethan masih disana, duduk di karpet depan televisi dengan tangan masih di atas kepala nya. Apa itu tadi? Hah? Apa yang dia lakukan?
.
.
.
"Kamu sekarang sering main sendiri deh. Main kemana?"tanya Jarves setelah melihat Sean menuruni tangga rumah nya, anak itu baru saja selesai mandi.
"Ke tempat temen, mas. Nonton film aja kok terus aku pulang"
"Yang nganter kamu tadi itu temen nya?"
"Iya"
"Mas kenal nggak sama anaknya?"
"Kenal, mas. Makan yuk, mas. Pengen nasi goreng tapi males masak"ajak Sean sekaligus mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah ayo, kamu pake jaket. Naik motor aja ya?"
"Iya"
