Tugas akhir telah di tunaikan, wisuda juga sudah di laksanakan. Beruntung karna keempat nya, Jarves, Ethan, Juna dan Sagara berakhir wisuda bersama. Bayangkan saja kalau ada yang tertinggal, sudah di pastikan akan menangis. Pasti.
Sekarang keempatnya sudah bekerja. Sagara yang memang sudah lama membantu mengurus usaha sang ayah kini di beri wewenang untuk mengurus nya.
Juna melanjutkan S2 tapi ia juga menyambi kerja di salah satu perusahaan yang bagus.
Jarves, ini yang paling melenceng dari pendidikan nya tapi terlihat paling bahagia hidupnya. Dengan berani ia membuka studio foto bersama Ethan, dan baik nya usaha mereka itu berjalan baik. Banyak yang meminta jasa nya. Hingga baru beberapa bulan buka saja usaha mereka sudah di minati banyak orang dan memiliki nama yang cukup bagus. Keduanya bahkan berencana membuka cabang di daerah lain. Jarves memang handal dalam mengambil gambar sejak masa sekolah. Jadi ini seperti menikmati hobi tapi menghasilkan.
Ethan memang ikut membuka studio bersama Jarves, tapi dia juga bekerja di perusahaan yang pernah ia jadikan tempat magang dulu. Ethan memang sudah di minta perusahaan itu sejak lama jadi sekarang ia berakhir bekerja di perusahaan itu.
Tentang Sean, Juan dan Riki, mereka masih menjalani kehidupan perkuliahan yang semakin lama semakin sibuk saja. Memasuki tahun akhir memang menyita waktu dan membuat mereka mengesampingkan banyak hal. Riki adalah yang selalu di seret untuk mulai menyicil tugas nya karna mereka ingin lulus bersamaan juga.
"Bunuh gue aja deh, bunuh gue"keluh Riki dengan wajah memelas nya.
"Nggak usah lebay deh, Lo baru 2 jam disini. Gue sama Sean udah mau 5 jam anjir"
"Gue bayar orang aja boleh nggak sih? Gue sogok semuanya biar gue lulus tanpa kesakitan ini"
"Semangat dong, Ki. Yang penting udah ada bimbingan kan? Sekarang kerjain yang lain. Kita kerjain bareng-bareng nih"
"Lo udah 5 jam kenapa ngomong nya masih adem ayem aja sih, Se? Nggak pengen pingsan gitu?"tanya Riki.
"Kalo nggak di paksa kerjain, nggak bakal selesai dong. Inget kalo kita mau lulus bareng"ucap Sean sembari menepuk-nepuk lengan kanan Riki.
"Bersyukur dulu coba, Sean sama gue mau seret Lo buat nyicil kerjaan. Bayangin Lo di tinggal wisuda terus lulus nya 2 tahun lagi. Nangis nggak Lo?"ujar Juan.
"Serem amat sih, Ju. Iya, iya, ini gue semangat"Ketiganya kembali sibuk dengan buku, catatan dan laptop masing-masing sampai akhirnya Sean melihat jam di ponsel nya, sudah pukul 7 malam. Ia harus segera pulang.
"Di lanjut besok aja yuk, udah malem banget"ajak Sean yang langsung di setujui dua teman nya terutama Riki yang sudah mengucap syukur karna akhirnya terlepas dari penderitaan nya ini.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir fakultas mereka. Suasana sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa mahasiswa yang masih sibuk dengan kegiatan club atau sekedar mengerjakan tugas.
Tinn tinn
"Duh si mamas udah jemput. Enak bener habis pusing terus liat ayang"goda Riki saat mendapati mobil Ethan ada di parkiran juga.
"Juan mau bareng nggak?"tawar Sean setelah memukul punggung Riki pelan.
"Enggak deh, ikut Riki aja. Mau minta makan sama Riki"
"Kayak gue bersedia aja sih"
"Emang nggak mau?"
"Mau. Udah ayo, gue juga laper"
"Kalian ati-ati ya, Sean duluan. Dah~"Sean masuk ke dalam mobil lalu tersenyum saat melihat Ethan menyodorkan coklat hangat untuk nya.
"Hai, gimana hari ini?"tanya Ethan.
"Makasih, mas. Capek sih tapi tetep semangat. Kerjaan hari ini gimana, mas?"
"Baik sih semuanya. Cuma di studio ada masalah sedikit katanya. Tapi udah di urus sama Jarves"
"Sean pengen nasi goreng di gang depan ya, mas"pinta Sean.
"Boleh. Sekalian beli buat bunda. Mau makan dimana?"
"Di rumah aja, mas makan di rumah Sean ya?"
"Siap"Oh ya, setelah lulus kuliah dan mulai bekerja, Ethan sudah tidak lagi kos di dekat universitas nya. Ia memilih menyicil rumah yang ada di dekat kantor nya. Tidak terlalu jauh dari rumah Sean, hanya 20 menit jika menggunakan mobil. Lebih dekat daripada kos nya yang dulu.