Ada apa dengan Azriel?

5 1 0
                                    

Author POV

.

.

.

Gadis cantik nan manis itu sedang sibuk menyusun boneka boneka kecil bergambar animal di ruang toko cerita anak.

"Udah semuanya?" Tanya pemilik toko buku itu diangguki antusias oleh Emara.

"Aku harus segera pulang bang nanti mamah marahin karena ya kau tau aku harus melakukkan les menyebalkan" gerutunya.

Pemilik toko itu terkekeh kecil. "Cici Erina begitu berambisi ingin kau menjadi pegawai negeri" celetuknya Emara hanya bisa mengangguk sambil melipat plastik asal.

"Jika aku mempunyai putri sepertimu aku adalah orang beruntung. Kau itu sangat berbakat di umur segini sudah berbisnis boneka"

Emara menghentikkan kegiatannya dia tersenyum lebar. "Astaga! Bang Ijal aku sangat terharu kau orang pertama yang menganggapku begitu beharga"

Bang Ijal tertawa lepas. Emara mengambil air putih yang berada di meja meminumnya sambil berdiri. "Begini saja kau mau menjadi istriku saja?"

Air putih itu langsung muncrat membasahi wajah bang ijal. Emara memukul dadanya karena tersedak. "Astaga maaf maaf" dia mengambil tissue mengelapkannya ke muka bang Ijal. Tapi bukannya bersih malah makin cemong.

Bang Ijal memekik terlejut, setelah melihat pantulan dirinya di cermin. "Emara! Kau memberikanku tissue bekas" gerutunya

"Maaf bang lupa, lagian abang sih! Aku itu masih 15 tahun sedangkan abang 30 tahun! Ih gak mau nikah sama kakek kakek!" Pekiknya histeris membuat bang Ijal tertawa lepas.

Tanpa mereka sadari ada lelaki seumuran Emara menatap datar pemandangan yang lucu di depannya. "Permisi saya ingin membeli komik onepiece"

Kedua orang itu melirik ke sumber suara, Emara membolakkan matanya terkejut. "Hey Azriel! Lama kau tidak kesini kemana saja?" Tanya bang Ijal lelaki itu tersenyum tipis.

"Belajar jadi gak punya waktu baca komik" Bang Ijal tertawa kecil dia mengambil lap di meja kasir mengelap wajah cemongnya.

Emara berjalan menghampiri mereka. Azriel menyerahkan dua buku komik. "Kau itu sudah pintar buat apa belajar lagi Zriel kau mau nanti menjadi profesor yang kepalanya botak karena terus belajar?" Guraunya Azriel hanya tersenyum.

"Dia pintar? Bener bang?" Tanya nya tiba tiba.

Bang Ijal yang sedang menskan melirik sebentar. "Iya sepertinya kau harus belajar darinya"

Emara melihat Azriel dari atas sampai bawah, tampilannya begitu casual walaupun hanya menakai sandal jepit warna putih, kaos polos abu dan celana panjang warna putih.

Lelaki itu membalikkan badannya dan duduk di sofa menyimpan dua komik dan satu lagi dia baca. "Azriel kau mau pesan minuman tidak?" Tanya bang

"Heem seperti biasa"

"Oke siap!"

"Aku juga mau bang pesen makanan" kata Emara tiba tiba.

"Eh bukannya mau les?"

"Em belajar disini aja deh. Lagipula mamah lagi ke toko sembako gak akan ada yang mantau"

Bang Ijal mengangguk paham. "Aku mau mie rebus pake telur terus minumannya susu vanila dingin ya! Uangnya sudah ku transfer"

"Iya tunggu" gadis itu mengangguk lalu duduk di kursi panjang untuk tiga orang.

Azriel dan Emara satu sofa, jadi bangku tengahnya memisahkan jarak mereka. "Kau sering kesini?" Emara berusaha mengakrabkan dirinya namun Azriel masih bergeming dia lebih konsentrasi dengan bacaannya.

Terikat 1 MiliarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang