Halna berjalan cepat, dia nampak anggun, mengenakan kebaya coklat dan rambut tersanggul, wanita paruh baya itu mendorong sebuah pintu kamar, berjalan masuk ke dalamnya, di dalam kamar, ada seorang yang telah bersiap cantik, memakai kebaya putih, dan, pastinya, hiasan kepala yang rame, seorang itu tak lain putrinya, hari ini adalah hari bahagia putrinya, dia akan resmi menjadi istri orang.
"Gelora, kamu udah siap nak?"
"Ibu, aku siap," gadis itu tersenyum lebar.
"Ya ampun, anak ibu cantik banget," Halna memegang kedua bahu Gelora.
"Ibu juga cantik banget hari ini,"
"Udah, yuk kita keluar, calon suami kamu udah nungguin,"
Gelora beranjak berdiri, dia berbalik badan pelan, di susul Halna, kedua wanita itu mulai berjalan, Halna memegangi kedua bahu putrinya itu, dia sesekali memandang wajah cantik putrinya, seperti baru kemaren, dia ajari bicara, sekarang, sudah mau akad saja, Halna membuka pintu kamar, lalu, mereka keluar, acaranya memang tidak besar, yang penting keduanya sah, karena kan, cukup menjadi perbicangan hangat jika anak muda berlama-lama pacaran, ini acara berlangsung di kediaman Gelora, Halna dan Gelora keluar dari dalam rumah, menuju tempat akad, para saksi, bapaknya dan mempelai laki-laki telah bersedia disana.
Para tamu juga sudah mengisi kursi tamu, Gelora duduk di samping mempelai laki-laki, Halna berbalik badan, dia berjalan cepat, tugasnya mengantar telah selesai, sekarang, tinggal melihat acaranya berlangsung, Halna duduk di kursi tamu paling depan, di tempat akad, Dido yang tak lain adalah bapaknya Gelora, dengan tenang mengulurkan tangan ke depan.
"Jabat tangan bapak, nak," mempelai laki-laki menjabat tangan Dido.
"Bismillahirrahmanirrahim, saudara Elkas Vanosa bin Jhordi Wahidjaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan putriku, Gelora Damayikta binti Dido Adanato, dengan mas kawin uang sebesar dua juta di bayar tunai,"
"Saya terima nikahnya dan kawinnya, Gelora Damayikta binti Dido Adanato, dengan mas kawin tersebut di bayar tunai,"
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah," salah satu saksi menjawab.
"Sah," sahut para tamu serentak, Dido lantas membacakan doa, kemudian, mengusapkan kedua tangan ke seluruh muka.
Gelora menarik tangan Elkas, lalu, mencium punggung tangan lelaki itu perlahan, kedua mempelai berdiri, Gelora mulai berjalan, di susul Elkas di belakangnya, gadis itu berjongkok, lalu, menyalimi tangan Dido, dia mencium punggung tangan bapaknya dengan sepenuh hati, Dido mengelus pundak Gelora, membiarkan putrinya puas mencium tangannya."Nak, selamat ya, bapak berharap, kamu bahagia dengan pernikahanmu ini, kalo ada masalah, di selesaikan secara baik-baik, sekarang, bapak tidak berhak atas kamu, dan, hanya mengantar sampai sini, nurut sama suamimu ya, jadilah istri yang taat," Gelora menganggukkan kepala.
"Makasih ya pak, aamiin, Gelora akan berusaha menjadi istri yang taat,"
Gelora beranjak berdiri, dia berjalan selangkah ke depan, berganti Elkas yang berjongkok sambil mencium punggung tangan Dido, sementara itu, Halna menghampiri putrinya, dia memeluk erat Gelora, suasana haru ini berjalan beberapa menit, Halna melepas pelukannya, namun, Elkas masih nyaman mencium tangan Dido. "Nak, pesanku cuma satu, jaga putriku, dia itu banyak kekurangan, terima dia apa adanya," Elkas mengangguk.
"Iya pak," Elkas lalu beranjak berdiri, dia bersaliman dengan Halna, kedua orang tua Elkas datang dari kejauhan, mereka tadi menyaksikan dari kursi tamu.
"Bu Halna, pak Dido, selamat," sapa Denis, bapaknya Elkas.
"Iya pak Denis, Bu Rona, selamat untukmu juga," Dido menyahuti sambil berdiri.
Gelora bersaliman dengan Denis dan Rona secara bergantian, di susul Elkas. "Kas, kamu mau pulang sekarang apa nanti?"
"Besok aja bu, aku masih capek,"
"Yaudah, ibuk sama bapak pulang duluan ya,"
"Iya,"
"Pak Dodi, Bu Helna, kami pamit pulang ya,"
"Loh, kok buru-buru sih pak, kita makan siang bareng dulu,"
"Gimana buk?"
"Boleh,"
"Mari pak, bu," dua pasang paruh baya itu berjalan ke dalam, tinggal Gelora dan Elkas yang masih di tempat.
Satu persatu tamu undangan mulai menghampiri lalu menyalimi mereka berdua, tamu undangan cuma secukupnya saja, kerabat dekat dan teman-teman dari mempelai, yang membuat telihat hanyak itu tetangga rumah, mereka kompak datang bersama, Elkas dengan Gelora menyalimi setiap tamu dengan sunggingan senyum lebar, seakan mereka bahagia, dalam hitungan detik, para tamu undangan telah habis.
"Inget ya, ini cuma perjodohan, jadi, jangan berharap banyak sama aku,"
"Aku juga nggak tertarik sama mas," gadis itu berbalik badan, dia berjalan pergi.
Tinggal Elkas sendiri, seorang wanita muda datang dari kejauhan, dia menopangkan lengannya di atas bahu Elkas, lelaki muda itu tersenyum, dia membelai rambut wanita itu. "Kamu telat sayang, aku udah terlanjur nikah sama dia, kamunya juga sih, aku tungguin nggak dateng-dateng,"
"Maaf sayang, nggak tau kenapa, di kantor tuh sibuk banget, ini aja, aku sempet-sempetin,"
"Kasian sayangku, kamu semangat ya kerjanya,"
Gelora kembali datang dari dalam, niat hati ingin memanggil Elkas, tapi, dia malah di suguhi pemandangan yang membutakan mata, gadis itu berdiridi teras, menyaksikan Elkas yang tengah bermesraan dengan wanita asing.
"Lessia sayang, kamu mau makan nggak? Aku ambilin,"
"Mau banget, tapi, kalo hari ini nggak bisa deh, aku ijin keluarnya cuma lima menit, lain kali aja ya sayang?"
"Yaudah, kamu jangan capek-capek, jaga kesehatan,"
"Iya, kamu tenang aja, kalo gitu, aku pamit pulang dulu ya sayang," Lessia mengecup kening Elkas, Elkas pun balik mengecup pipi Lessia.
"Bye," Lessia melambaikan tangan, dia berjalan pergi.
"Siapa dia?"
"Pacarku, kamu nggak usah ngadu ke bapak atau pun ibu,"
"Aku nggak peduli sama kamu, oh iya, aku cuma mau bilang, di ajak makan bareng sama ibu dan bapak," Gelora berbalik badan, dia kembali berjalan masuk ke dalam.
Elkas mulai berjalan, berarti, Gelora menyaksikan semuanya? Bagus deh, jadi nggak usah ngumpet-ngumpet lagi, cuma ngumpet dari orang tua sama mertua aja, lagipula, Gelora harusnya tau, bahwa mereka cuma di jodohin, dan dia nggak ada hak ngekang, Elkas jadi ngerasa bebas, di dalam rumah, orang tua dengan mertuanya sedang makan bersama, di sana, terdapat Gelora juga yang menikmati makanan miliknya sendiri, Elkas duduk di samping Gelora, dia terdiam, melihat semua oranh makan, Halna seketika sadar akan kedatangan mantunya.
"Gelora, kamu kok asik makan sendiri sih, ambilin suamimu dong,"
"Oh, iya, nggak liat soalnya bu," gadis itu mengambilkan bagian makanan untuk Elkas, lalu, meletakkannya di atas meja depan Elkas.
Suasana kembali hening, mereka fokus dengan makanan masing-masing, meski hanya perjodohan, Gelora merasa kecewa akan apa yang di saksikannya beberapa menit lalu, mungkin, baginya tidak apa-apa, tapi, bagaimana bila orang tuanya tau, mereka pasti tidak akan rela putrinya di duakan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DARI ORANG TUA
Teen FictionSeorang laki-laki muda yang terjebak dalam hubungan asmara, dia telah menikah tapi, dia masih menjalin hubungan dengan cinta pertamanya, secara terang-terangan di depan istrinya, bahkan, istrinya pernah di ajak makan bersama cinta pertamanya, tapi...