Elkas naik ke atas motor sambil memakai helm, di susul Gelora yang naik ke atas jok belakang motor, jalan-jalan sore ini cukup sampai di sini, setelah cukup lama Gelora pergi, Elkas dan Lessia menghabiskan makanan milik masing-masing, dan, pasangan itu memutuskan pulang, lelaki muda di jok depan melajukan motor, tanpa suara, bahkan tidak menyapa, Lessia telah pergi dari beberapa menit lalu.
"Kamu mau mampir nggak?"
"Boleh deh, ke mall ya, aku mau belanja,"
"Gelora, kamu jangan kayak gitu lagi ya, kamu jangan ngejek Lessia, dia itu anaknya gampang marah, untung tadi bisa di bujuk,"
"Apa sih mas? Ngejek gimana? Kamu denger kan, aku tanya sama kamu, nggak ngejek cewek itu, heran deh, jadi aku yang kena,"
"Em, enaknya bapak sama ibuk di bawain apa ya mas?" Imbuh Gelora mengalihkan topik.
"Terserah kamu,"
"Bapak sama ibu sukanya apa?"
"Bapak itu suka yang gurih-gurih, kalo ibu, sukanya yang manis-manis,"
"Apa coba, yang kombinasi gitu, atau bapak di bawain kacang, kalo ibu di bawain brownis, atau kalo nggak brownis kacang,"
"Boleh,"
Suasana mendadak hening, Gelora mengalihkan pandangan ke tempat lain, dia tetap menjaga jaraknya dengan Elkas, dan lebih memilih berpegangan pada pinggiran motor, selang menit berjalan, Elkas berbelok ke sebuah mall, lelaki muda itu menghentikan motornya di halaman mall, pusat perbelanjaan ini terlihat ramai, tidak sedikit mobil dan motor yang terparkir di sini, Gelora turun dari jok belakang motor, di susul Elkas, keduanya melepas helm lalu meletakkannya di atas motor, mereka mulai berjalan beriringan, banyak orang yang keluar masuk mall ini, dan hari semakin gelap.
Elkas dan Gelora masuk ke dalam mall, cahaya lampu menghidupkan senja sore ini, Gelora menarik Elkas sambil berlari, menuju sebuah stand, stand kue, gadis itu rupanya ingin membelikan oleh-oleh untuk mertuanya, keduanya berhenti di dekat etalase yang berisi banyak kue.
"Selamat sore kak, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya ingin brownis kacang, apakah ada?"
"Ada mbak, sebentar ya, saya ambilkan,"
Pelayan muda itu berjalan ke dalam, Elkas di dekat Gelora menundukkan kepala, lengannya masih di pegang erat oleh gadis itu, degup jantungnya tiba-tiba saja tak beraturan.
"E-em, Gelora, apa kamu takut jatuh?"
"Apa? Jatuh? Tidak mas, ini di mall bukan di jurang,"
"Kalo gitu, lepasin tanganku,"
Gelora seketika sadar, dia melepas pegangannya pada lengan Elkas, kepalanya tertunduk malu, pelayan tadi kembali datang dari dalam, dia nampak membawa nampan berisi tiga brownis kacang, meletakannya di atas etalase. "Mbak, ini brownis kacangnya, brownis kacang keju, brownis kacang coklat dan caramel, silahkan di pilih,"
"Saya mau yang coklat satu,"
"Baik mbak," pelayan itu langsung membungkus brownis yang di pilih Gelora, dia menyodorkannya pada Gelora. "Totalnya seratus tiga puluh ribu,"
"Mas, tolong bayarin," Elkas merogoh saku celananya, dia mengeluarkan sebuah dompet, membukanya pelan, lelaki muda itu mendadak kaget, di dalam dompetnya tidak terdapat apa-apa, bahkan seribu rupiah pun tidak tersisa, dia melipat dompet kembali, mengembalikannya sambil menarik mundur Gelora.
"Gelora, uangku habis buat jalan-jalan tadi, pake uang kamu dulu ya," bisik Elkas di dekat teliga Gelora.
"Habis nggak bersisa?"
"Iya, seribu pun aku nggak punya,"
"Huh, yaudah deh," Gelora merogoh totebagnya, dia mengeluarkan sejumlah uang, menyodorkannya pada pelayan itu lalu menerima pesanan, dia kembali berjalan, di susul Elkas di belakangnya.
Gadis itu masuk ke stand pakaian, dia memilih-milih dress yang tergantung, mengambil yang sekiranya cocok, menempelkan di tubuhnya, berganti dress yang lain, sampai akhirnya ada yang cocok, dia ambil dua, lalu, lanjut berjalan, memilih daster yang terpajang, memgambilnya beberapa, Gelora membawa apa yang di pilihnya ke kasir, penjaga kasir segera membungkus pesanan Gelora, lalu meletakkannya di atas etalase.
"Berapa mbak?"
"Dua ratus ribu mbak,"
Gelora merogoh totebagnya, mengeluarkan sejumlah uang, dia menyodorkannya pada penjaga kasir, kemudian mengambil pesanannya, Gelora berbalik badan, berjalan cepat, di susul Elkas, karena merasa malu, lelaki muda itu mendahului langkah Gelora, merebut tas belanja dari tangan istrinya, setidaknya, dia andil membantu dalam membawakan.
"Mas, nggak usah, aku bisa bawa sendiri,"
"Nggak papa, aku udah nggak bayarin masa nggak bisa bantu bawain,"
"Apaan sih mas, biasa aja kali, yang aku pake itu mahar dari kamu, uangmu juga,"
"Tetep aja aku malu Gelora,"
"Kamu juga sih, terlalu nurut sama pacar kamu itu, untung yang aku pake uang mahar, kalo pake uang sendiri, aku harus bilang apa ke ibu sama bapak? Kamu juga yang kena jelek,"
Lelaki muda itu mengangguk pelan, mereka keluar dari dalam mall, hari semakin redup, kayaknya sebentar lagi gelap, Elkas menggantung tas belanja di tengah motor, dia memakai helm sambil naik ke atas motor, di susul Gelora yang naik ke jok belakang, lelaki muda itu mulai melajukan motor, sudah waktunya pulang, setelah meghabiskan sore bersama Lessia, Elkas merasa senang sekaligus malu, dia senang karena bisa memiliki waktu bersama kekasihnya, dan malu sebab tidak bisa membayarkan barang belanjanya Gelora, oh kenapa dia tidak sadar kalo uangnya nggak mencukupi.
Elkas berbelok ke sebuah rumah, ya tak lain adalah rumahnya sendiri, dia menghentikan motor di halaman, Gelora turun dari atas motor, dia mslepas helm, meletakkannya di atas motor lalu mulai berjalan, tangannya meraih tas belanja di jok depan motor, gadis itu berlari tanpa menunggu Elkas.
"Bapak! Ibu! Aku pulang," teriak Gelora, terdengar girang.
Mendengar itu, Rona dan Denis yang tengah duduk di ruang tamu pun beranjak berdiri, menyambut menantunya yang baru pulang, Gelora menghampiri sepasang paruh baya itu dengan senyum lebar, dia bersaliman dengan Rona dan Denis secara bergantian.
"Kata mas Elkas, bapak suka yang gurih-gurih, Gelora ada bawain brownis kacang buat bapak, ibu juga suka manis kan? Ibu bisa mencicipi brownisnya," gadis itu duduk di kursi yang masih kosong, lalu mengambil brownis kacang dari tas belanja, menyajikannya di atas meja, Gelora membuka penutup kemasan, mengambil sepotong brownis dari dalamnya, menyuapkannya pada Rona.
"Gimana bu? Manis kan?"
"Iya Gelora, ibu bisa makan sendiri,"
"Eh, ahaha, gimana mau makan sendiri, aku suapi saja, masih sempat berantakan," gelak Gelora ringan.
Sementara Elkas tiba di ambang pintu, dia melihat bapak, ibu danGelora sedang tertawa gembira, mungkin, pilihan gadis dari bapaknya untuknya sudah tepat, buktinya, Gelora mampu membuat orang tuanya tertawa seperti itu, dari kecil, dia tidak pernah melihat bapak atau ibu, tertawa selebar dan sebahagia itu.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DARI ORANG TUA
Teen FictionSeorang laki-laki muda yang terjebak dalam hubungan asmara, dia telah menikah tapi, dia masih menjalin hubungan dengan cinta pertamanya, secara terang-terangan di depan istrinya, bahkan, istrinya pernah di ajak makan bersama cinta pertamanya, tapi...