Gelora baru selesai mandi, dan, masih memakai baju handuk, dia menuju kamar dengan membawa secangkir teh hangat, mas Elkas pasti capek banget, karena acara tadi pagi, jadi, teh ini, dia harap sedikit mengurangi rasa capeknya, teh manis hangat khusus untuk suaminya, senyumnya mengembang sempurna sambil masuk ke dalam kamar, nampak Elkas duduk di atas ranjang, dia terlihat sedang mengangkat telpon, Gelora kembali berjalan pelan, menghampiri Elkas.
"Lagi duduk aja nih sayang, kamu masih sibuk kerja ya?"
"Iya, masih banyak banget, capek deh rasanya yang,"
"Semangat ya yang, besok kita jalan-jalan sepuasnya,"
Gelora duduk di tepi ranjang, senyum di bibirnya tidak pudar, malah semakin lebar. "Mas, lihat nih, aku buatin teh hangat buat kamu, kamu minum dulu ya," Gelora meninggikan nada bicaranya.
"Entar dulu lah,"
"Beneran ya yang, kita jalan-jalan, kamu harus temenin aku ke mana aja sampek puas,"
"Pasti sayang, kamu tenang aja,"
"Besok, aku pastiin semua kerjaanku, selesai dengan cepat,"
"Mas, minum dulu tehnya, keburu dingin," Gelora mengambil ponsel Elkas secara paksa. "Telponnya kan bisa di sambung nanti,"
Sementara itu, suara Gelora terdengar sampai di ponsel Lessia, pacarnya Elkas, gadis itu mendengus sebal lalu mematikan telpon, disisi lain, Elkas menatap Gelora dengan tajam. "Eh, jangan di rebut dong,"
"Makanya, kalo orang ngomong itu di dengerin, ayo cepet, minum tehnya, keburu dingin," Elkas mengambil secangkir teh dari tangan Gelora, meminumnya pelan, lalu meletakkan secangkir teh di tempat semula, gadis itu meletakkan secangkir teh di atas almari.
"Udah, mana hpku?"
"Aku kembaliin, tapi, jangan main hp,"
"Ya suka-suka aku lah, kenapa kamu ngelarang,"
"Yaudah, berarti, nanti malam, kamu nggak dapet jatah makan malam,"
"Ih, kok gitu, curang,"
"Kamu yang curang, aku aja nggak pacaran, masa kamu sayang-sayangan,"
"Ck, gitu aja debat, cari pacar aja sana,"
"Tsuuttt," Gelora meletakkan jari telunjuknya tepat di depan mulut Elkas, dia mendekatkan tubuhnya dengan Elkas, berniat menggoda suaminya itu, di tambah, dia kan masih memakai baju handuk, yang kurang tertutup, mereka saling bertatapan.
Jantung Eklas berdegup lebih kencang dari biasanya, sebelumnya, dia tidak pernah sedekat ini dengan cewek, meski itu sama Lessia, aroma Gelora tercium kuat. "M-mau kamu apa kan aku?"
"Haha, nggak kok, nih hp kamu," Gelora menjauhkan tubuhnya dari Elkas, lalu, menyodorkannya benda pipih di tangannya.
"Kamu mending ganti baju, aku mau ke depan dulu," Elkas beranjak turun dari ranjang, dia berdiri, mulai berjalan pergi meninggalkan Gelora.
Gelora beranjak berdiri, dia berjalan pelan, membuka almari baju, gadis itu puas, berhasil membuat Elkas canggung, pasti pacarnya itu tidak pernah seperti itu, dia mengambil sebuah dress di bawah lutut, dia kembali menutup almari, di samping itu, Elkas tiba di ruang tamu, di sana, Dido sedang duduk sendiri, Elkas dengah rasa canggung, duduk di seberang mertuanya itu.
"Eh Kas, baru bangun ya?"
"Aku nggak tidur kok pak,"
"Bapak kira kamu tidur,"
"Enggak,"
"Gelora mana?"
"Dia lagi ganti baju, habis mandi tadi,"
"Ibuk mana pak?"
"Dia lagi masak makan malam,"
"Maaf ya, rumah Gelora terlalu sederhana, di sini, kalo mau apa-apa ya usaha, kamu kalo nggak betah bilang ya nak," imbuh Dido.
"Di sini sama kayak di rumahku, jadi, aku pasti betah pak,"
Keduanya terdiam, menyaksikan tayangan televisi yang berlangsung, di dapur, Gelora menghampiri Halna, ibunya itu terlihat sibuk memasak makanan, dia ambil penggorengan, meletakkannya di atas kompor gas, lalu, mengambil minyak goreng, menuangkannya perlahan ke dalam penggorengan, gadis itu menyalakan kompor, Halna di dekatnya cukup terkesima, anak gadisnya itu jarang mau membantu, apalagi, memasak, tapi, kenapa ini tanpa di suruh malah membantu, mungkin, sebagai bahan untuk menghindari Elkas, di atas meja, terdapat tempe yang telah di balut adonan.
Gelora mengambil beberapa tempe, memasukannya ke dalam penggorengan, minyaknya baru saja panas, Halna harus lakukan sesuatu, atau, Gelora akan tetap menyibukkan diri.
"Gelora, masakannya sudah jadi, tinggal tempenya aja, kamu sana, temenin bapak sama suamimu di depan,"
"Tapi bu, Gelora pengen bantuin ibu,"
"Yaudah, kamu tuangin sirup ke gelas ya? Empat gelas sirup, terus, anter ke depan, ibu nyusul,"
"Iya bu," gadis itu beralih ke sirup di dekatnya, dia mengambul.empat gelas kosong dari rak, menjajarnya di atas meja, Gelora membuka lalu menuangkan sirup ke dalam gels secara bergantian.
Setelah empat gelas penuh dengan sirup, gadis itu mengembalikan sirup ke tempat semula, dia mengambil nampan, memindahkan empat gelas itu ke atas nampan, Gelora mulai berbalik badan, dia berjalan pergi, mengantarkan sirup buatannya, setau dia, bahan masakan baru di lerai, ada yang terkupas, belum ada masakan matang, tapi, kenapa ibu bilang udah jadi, aneh, Gelora tiba di ruang tamu, gadis itu menghampiri bapak dan suaminya yang saling terdiam, dia menyajikan sirup di atas meja ruang tamu, lalu, duduk di dekat Elkas, tidak memakan waktu lama, ibu datang.
Halna terlihat membawa nampan berukuran sedang, ada sebuah masakan dan sebakul nasi juga piring bersih di atasnya, Halna meletakkan nampan di atas meja ruang tamu, Gelora membantu menyajikan makanan yang di bawa ibunya, dia kemudian mengambilkan bagian untuk Dido, dan Halna, lalu, Elkas, yang terakhir, bagian untuk dirinya sendiri, mereka memulai makan malam, seiring waktu berjalan, acara makan malam selesai, Gelora menumpuk piring bekas makan menjadi satu.
"Gelora, udah malam, ini biar ibu yang beresin, kamu lebih baik istirahat sama Elkas,"
"Nggak papa bu, Gelora aja yang beresin,"
Halna mengangkat setumpuk piring kotor. "Orang cuci piring aja di rebutin, udah, sana, istirahat,"
Gelora menoleh, memandang Elkas sekilas, dia terdiam, bagaimana caranya mengajak suaminya itu ke kamar, gengsi lah, apalagi kan dia cewe, tetep harus Elkas yang mengajaknya.
"Pak, Elkas tidur dulu ya," Elkas beranjak berdiri.
"Iya pak, Gelora juga," imbuh Gelora sambil menyusul berdiri.
"Iya,"
Elkas mulai berjalan di ikuti Gelora di belakangnya, tidak ada suara antara mereka berdua, di depan orang tua Gelora sekali pun, Elkas enggan mengajak bicara atau sekadar menyapa Gelora, entah, itu karena tidak ada topik, atau, unsur keterpaksaan yang masih terasa di antara keduanya, Elkas dan Gelora memasuki kamar, gadis itu duduk di tepi ranjang, dia mengambil bantal, melemparnya ke bawah.
"Mas, ini kamarku, jadi, mas tidur di bawah,"
"Iya, aku juga nggak mau kali seranjang sama kamu,"
"Bagus,"
Gelora menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang, dia menarik selimut sambil berbaring, di bawah ranjang, Elkas berbaring dengan memiringkan tubuh.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DARI ORANG TUA
Teen FictionSeorang laki-laki muda yang terjebak dalam hubungan asmara, dia telah menikah tapi, dia masih menjalin hubungan dengan cinta pertamanya, secara terang-terangan di depan istrinya, bahkan, istrinya pernah di ajak makan bersama cinta pertamanya, tapi...