• Hembusan terakhir : 14

1.5K 248 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


.

.






TIN

TIN

TIN

Jayden sontak menoleh saat klakson mobil terdengar begitu nyari di telinganya. Dari arah belakang, Leo melotot kaget kala mobil itu melaju begitu cepatnya menuju kearah Jayden.

BRAK

Tubuh Jayden terpental jauh dari tempat dimana ia berdiri tadi. Hal pertama yang bisa Leo lihat adalah. Wajah Jayden yang menyentuh aspal terlebih dahulu dan terseret seraya tubuhnya menggelindingkan jauh dari tempatnya.

Jayden sendiri merasakan rasa sakit yang luar biasa pada wajahnya, kulit kulit wajahnya terkelupas dan darah bercucuran kemana mana. Ia masih sadar, Jayden mencoba menutupi sebelah wajahnya menghujam kedua lengannya.

"AKH!"

Tubuh Jayden terkapar jauh dari tempat ia berdiri tadi, ia mati rasa. Wajahnya rusak bahkan kedua kakinya sudah tidak bisa ia rasakan kembali. Suara derapan langkah kaki mulai ia rasakan namun yang ia lihat justru sosok Leo yang tengah tersenyum tipis kearahnya.

Jayden pingsan, ia tak bisa mengingat apapun setelahnya. Akankah ini akhir dari hidupnya?

Di sisi lain saat Eka sedang melakukan pelariannya, ia tak sengaja bertemu dengan Stevan yang memang tengah mencari keberadaan mereka semua bersamaan dengan warga yang lainnya.

Wanita itu menangis setelah Stevan membawanya kedalam sebuah pelukan hangat. Bukan untuk apa apa, Stevan tau bahwa wanita yang tengah mengandung itu sedang mengalami trauma yang sangat besar dalam dirinya.

Ia usap perlahan surai hitam itu dan mencoba menuntun langkah kecil nya untuk menuju kearah kerumunan warga yang tengah menunggu keduanya.

"Tidak apa apa stt, kau aman sekarang Eka," ujar Stevan menenangkan.

Sesampainya di pos penjagaan, tanpa berbicara apapun pak Adi dengan sigap memeluk tubuh ramping putrinya dalam dekapan hangatnya. Ia bersyukur bahwa putrinya baik baik saja.

"Apa kau menemukan keberadaan Leo dan juga Jayden?" tanya Mahesa pada Stevan.

Stevan menggeleng pelan seraya berkata. "Tidak, aku hanya menemukan Eka yang tadi tengah menangis sembari meminta pertolongan dan--"

SAJEN TUMBAL  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang