•5•

3.2K 312 11
                                    

"Ahh~ seger banget gila abis rendeman awikwok"

Pagi ini Gaby mandi dan berendam dengan air hangat. Luka-luka di tubuhnya pun hilang seketika saat Sistem mengubah statusnya.

Dirinya memakai hoodie Abu-abu, dipadukan sama hotpants coklat.

Kamar yang Gaby tempati begitu minimalis. Berisi kasur kecil dan lemari berkaca. Buku-buku hanya ditaruh di atas meja nakas pinggir kasur. Ia mandi pun harus ke toilet samping kamar.

Memang didalam novel ini, Gabyarta diperlakukan tak adil.

Kraukk..

"Aihh perut sialan! Bentar dulu anjir baru juga berak tadi dah minta diisi ae lu"

Ia menggerutu, memang sejak kemarin malam dia tak makan.

Anggota keluargnya juga acuh, alhasil Gaby kerocongan.

"Duh, Gaby-gaby.. Miris banget hidup lo."

Bibirnya tertawa hambar. Jika mereka tak sudi memberi makan kenapa tidak menyuruh maid saja yang mengantar? Mansion segede gaban gini isinya cuma pilar semua apa? Ngasih makan aja gak mampu.

Ingin rasanya Arta memaki-maki keluarga sialan ini.

Dirinya mendudukkan diri di kasur.

"Woy kelinci burik, dimana lu?"

Tring!

"Saya disini tuan (◞‸◟ㆀ)" 

"Kenapa muka lo sepet gitu dah? Belom makan? Kalo itu si sama" cerocos Gaby.

"Bukan!! Tuan jangan memanggilku burik terus! Gini-gini juga saya selalu diperebutkan ketika dipilih menjadi tutor T_T"  

"Oh bilang dong, eung.. Kalo gitu gua panggil bubu aja gimana?" Sahut Gaby antusias.

"Saya suka tuan ☆(ノ◕ヮ◕)ノ*"

Sistem melompat-lompat. Gaby tertawa samar, dimple kanan nya tercetak. Sangat manis.

"Okay~ sekarang saatnya.. Jalanin misi negara."

Gaby merapikan penampilan. Rambut jelaganya ia ikat apple hair, memainkan sebentar sambil terkikik geli, lalu kaki jenjang pendeknya melangkah keluar.

"Eh bentar.." ia berhenti sejenak "Bubu, hadiah yang gue dapet apaan?" Gaby mengerjap polos.

"Jika misi berhasil, tuan akan mendapat pewangi tubuh alami, 10.0000 point, dan uang sebesar 1M *˙︶˙*)ノ" 

Wow!

Seketika Gaby antusias, meluluhkan si kakak kedua? Mudah baginya.

"Thanks bubu!"

"Semangat Tuaaan 💪('ω'💪)" 

❄❄❄

Kini Gaby sudah tiba di ruangan seperti dapur. Kebetulan ada beberapa maid yang sedang memasak.

"Psstt! Mbak"

Salah satu wanita disana melihat bungsu tuan rumah memanggil.

"Iya, kenapa?" tanya nya cuek.

Gaby tak menghiraukan, menurutnya itu tak penting "gue harus kemana? Meja makan dimana ya, gue laper"

Wanita tadi tersentak.

"Keluar dari sini lalu belok kanan, dan ada apa dengan tingkahmu bocah.. Hari ini kamu sangat aneh."

"Gosah kepo lu babu"

Ia langsung lari menghindari maid wanita tadi yang seperti ingin mengamuk.

Tanpa sadar seseorang berdiri di hadapannya.

Bruk! 

"Akh! Aduuh.. Bangsat siapa si yang ngalangin jalan! anjing sakit banget ni pantat.. Shhh.."

Pemuda yang merupakan putra kedua Dewatara itu menatap tanpa minat orang yang terjatuh didepannya. Cih! Si bocah pengemis perhatian.

"Gunakan matamu jika berjalan" ujarnya sinis.

Gaby bangkit dengan mata berkaca-kaca. Bibirnya melengkung kebawah. Entah kenapa tiba-tiba rasanya sangat sakit, tak karuan dengan rasa sakitnya.. Gaby tidak tahu siapa orang ini.

"Bukannya bantuin malah ngatain! Hiks.. Sakit ni pantat gue bangsat HUAAAA!"

Gaby menangis keras. Membuat Edgar sedikit kaget. Mansion yang tadinya sunyi menjadi berisik dengan suara tangisan si bocah mungil.

Edgar Rin Dewatara, berdecak. Ia tak tahu cara menenangkan seseorang yang menangis.

"Sudah jangan menangis cengeng!"

"HUAAAAA HIKS.. SAKIT PANTAT GABY HUAAAAA!" Tangisannya semakin keras.

"Njing ini kok gue jadi cengeng begini?!Bodo lha sat, biar dia luluh juga mayan jadi pion pertama ngahahahaha!" gaby membatin.

Edgar sedikit gelagapan. Sejak kapan bocah ini sangat cengeng? Tingkahnya juga sedikit aneh setelah dipukul kepalanya kemarin?

Tangannya terulur tiba-tiba. Ed melotot kaget! Ada apa dengan dirinya..

Ia sedikit gemas dengan wajah sayu bocah tersebut.

Ed merengkuh tubuh Gaby. Menggendongnya ala koala hug. Tangan besarnya mengusap pelan bulatan sintal milik Gaby.

"Jangan menangis, suaramu jelek."

Walaupun tatapannya dingin dan datar. Tapi sukses membuat Gaby diam, tersisa sesenggukan saja. Kepalanya bersembunyi di ceruk leher kakaknya.

"Abang, gue laper.. Dari kemarin gak makan" lirihnya.

Ed mengeratkan pelukannya, "kenapa dia sangat menggemaskan.." 


•To be continued. 

Mulai sekarang panggil Gaby, bukan Arta.

Maaf kl g memuaskan, lama up. G sempet nulis krn super busy sm kerjaan 

Yg nunggu.. Thanks y'all◡̈

GABYARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang