•9•

2.6K 202 1
                                    

Remaja 16 tahun itu kini sedang berjalan menuju ruang tengah, jika dulu saat bertemu daddynya ia merasa ketakutan.

Sekarang ia lebih berani berkat jiwa Arta. Dirinya mana sudi di injak-injak seperti dulu. Walaupun ini adalah tubuh gaby, tetapi sekarang yang menempati dirinya bukan? Jadi Arta berhak melakukan apapun.

"Daddy kenapa manggil gaby?" beonya, dengan santai ia duduk tanpa diperintah, membuat Gibran menatap sengit, gaby menyadari tatapan tajam pria itu. Tapi tak dihiraukan.

"Sekarang kamu sudah mulai berani ya hm?"

"Terserah, jawab aja si gosah bertele-tele."

Bibirnya tersenyum miring. Semenjak kepala gaby dipukul kayu olehnya hingga pingsan, sikapnya langsung berubah. Sungguh perubahan drastis, dimana mata berkaca-kaca itu? Serta getaran takut pada tubuhnya? Tapi ia sedikit terhibur dengan perubahan sikap bocah kecil tersebut.

"Baiklah, saya tidak ingin membuang tenaga demi anak sial sepertimu. Mulai besok kau harus kembali bersekolah, ingat, jangan membuat nama keluargaku tercoreng kembali karena ulah konyolmu. Reputasi ku lebih berharga dibanding anak sepertimu." ujarnya.

Dia sama sekali tidak peduli dengan bocah dihadapannya. Ia hanya ingin reputasinya tidak tercoreng karena anak dari seorang Dewatara membolos terlalu lama.

'Padahal ulah dia sendiri gaby kgk masuk sekolah' -netijen.

Gaby tau yang di maksud daddynya. Gaby selalu menjadi bahan bullyan di sekolahnya. Gaby dulu memilih bertahan ketika bullying itu terjadi, karena takut jika ia ketahuan membuat teman-temannya kesal tanpa sebab adanya, mengadu pada guru? Berakhir ia disiksa oleh para titisan iblis itu.

"Hm"

"Ingin kurobek mulutmu?"

"Ck! Iya-iya gue ngerti puas lo!"

Gibran tiba-tiba berdiri menghampirinya dengan rahang mengeras. Arta tahu, akan terjadi sesuatu....

PLAK!

Kepala gaby tertoleh, dia yakin terdapat cetakan 5 jari dipipi mulusnya. Perih.

"Anak tidak tahu malu! Bicaralah dengan sopan ketika bersama orang tua, kamu seperti tidak diajarkan sebuah etika." tekannya penuh amarah.

"Apa selama ini lo ngajarin gue etika? Apa yang lo tanam, itu yang lo tuai. Benar begitu tuan Dewatara yang 'terhormat'."

Deg..

Tangannya terkepal kuat. Ia sungguh membenci anak angkatnya ini, jika bukan karena mendiang sang istri, ia tak akan mau merawat bocah sialan itu. 'Renitta' memang sangat ingin memiliki anak lagi semasa hidup, tetapi dokter memvonis dirinya terkena kanker Rahim karena sebelumnya sempat sakit parah. Renitta sangat sedih mendengar penyakit yang dideritanya. Namun, itu semua tak melunturkan semangatnya untuk memiliki anak lagi, ia pergi bersama sang suami ke sebuah panti asuhan. Gibran menolak karena dia tidak mau memiliki anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Terlebih media akan gempar jika tahu bahwa keluarga Dewatara memungut anak dari panti asuhan.

Karena reputasi keluarga serta bisnisnya sangat bagus, ia tidak mau semuanya hancur gara-gara anak ini. Karena mereka terkenal dengan julukan keluarga harmonis.

Tapi semua itu hilang semenjak kehadiran Gaby. Sejak awal gibran tak menyukai tindakan mendiang sang istri. Prediksi seorang Gibran Venderson Dewatara tidak pernah salah.

Anak itu pembawa sial.

"Benalu sepertimu tidak pantas berkata seperti itu. Sadarlah posisimu disini, jika bukan karena istriku. Kau sudah mati 'saat itu juga'."

Deg...

Tubuh gaby sedikit menegang mendengar tuturan ayahnya. Apakan ini respon alami dari tubuh yang ia tempati sekarang? Arta tidak tahu, tetapi hatinya merasa seperti tertusuk benda tajam. Perih dan sesak.

Gaby benar-benar tidak diinginkan di keluarga ini kan? Arta sangat menyayangkan karakter yang ditempatinya ini. Andai saja jika mereka tahu kalau jiwa di tubuh bocah ini bukan yang asli, melainkan jiwa lain. Apa mereka akan sedih?

Sepertinya tidak, karena dari awal 'mereka' menginginkan anak ini tiada.

Sekarang dia yang terjebak di tubuh ini, bangsat. Ini menyulitkan.

'Nyusahin lo gaby!'

'Aku tau Arta...'

Deg...

Arta celingak celinguk. Berharap apa yang didengarnya hanyalah ilusi semata. Ia menggosok telingannya kasar.

"Kok merinding ya?" gumamnya pelan.

"Tingkahmu membuatku muak bocah! Kamu seperti orang gila berbicara sendiri. Sekarang ikut aku, kita lihat apa hukuman yang pantas untuk orang yang tidak punya sopan santun!"

"AKHHH! ANJING LEPAS! SAKIT WOI JANGAN DITARIK!!!"

"DIAM!"

Gibran benar-benar marah, kilatan emosi terpancar dimatanya. Ia menyeringai puas, kebetulan ia sangat ingin menyiksa seseorang karena stress dengan beberapa masalahnya. Akan sangat seru jika sedikit bermain dengan 'Anak angkatnya' ini.

Psikopat.

Arta berontak. Berusaha melepaskan cengkraman pria tersebut, tapi sial! Cengkraman nya kuat sekali, dia yakin tangannya membiru.

"Sialan! Gue gak mau! Lepas anjing"

"Tidak. Sebelum saya hukum-

"Daddy?"


•To be continued.

Gaby makin berani ya? Jgn d tiru ya dedek²

Masih pd baca emng? G seru:(

Tapi makasih ya, kl suka janlup vomment :3

Typo tandain aja.

Lanjutin gak?

GABYARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang