•14•

1.8K 157 2
                                    

"hahh.."

Beberapa kali bibir semerah Cherry itu menghela nafas. Wajahnya datar menatap malas guru yang tengah menerangkan pelajaran di depan.

Pemuda disebelahnya yang menyadari si kecil ingin menutup mata sontak menyenggol lengan Gaby.

"Jangan tidur dikelas, nanti lo dimarahin." Bisik Altar.

"Hm"

"Kok dingin ya"  

Altar menatap Gaby penuh arti. Sejak kapan pemuda polos dan penakut ini bisa berubah menjadi dingin dan cuek?

Padahal Gaby terkenal lugu, polos dan bodoh. Maka dari itu banyak sekali yang membullynya. Bahkan abangnya sendiri, walaupun tidak sampai masuk rumah sakit, tapi bullyan verbal dan non verbal sering Gaby dapatkan.

Altar bukannya tidak ingin membela, hanya saja ia gengsi untuk membantu. Toh, dirinya tidak ada hubungan apapun dengan mereka. Hanya abangnya saja yang berurusan.

Walaupun tak ayal jika Altar merasa 'sedikit' kasihan dengan apa yang dialami oleh teman sebangkunya. Eh? Sejak kapan dia sebangku dengan Gaby?

Entahlah, Altar tidak tahu. Ia memaksa ingin duduk bersama pemuda mungil itu, merasa senang akan tindakannya, padahal dulu dia tidak sepeduli ini.

Kring~

"Baiklah anak-anak, pelajaran kita tutup sampai disini. Jangan lupa Minggu depan kumpulkan tugas pilihan ganda dan essay halaman 20-26."

"Baik Buu!!"

Semua murid berhamburan keluar kelas.

"Tar bareng kagak?"

"Duluan do, gua beresin ini dulu"

"Oke, gua sama Kavin duluan di tempat biasa, dan..." 

Aldo menatap pemuda satunya.

Seakan mengerti Altar tersenyum dan mengacungkan jempolnya memberi isyarat 'Aman'.

Aldo mengangguk, lalu menarik tangan Kavin ke kantin. Hanya tersisa mereka berdua.

Si pemuda jangkung menengok dan ya anak itu tetap tidur. Ingin membangunkan tapi Altar tak tega dengan wajah lelap itu.

Jarinya menoel pipi Gaby, "Widih! Gemoy bngt cok! Lembut, mulus digigit boleh gak ya?"  

Gaby yang merasa terusik menjadi terbangun. Dan langsung disuguhkan oleh Altar yang sedang cekikikan sambil memainkan pipinya.

"Lo ngapain?"

"E-eh.. gak kok haha"

Altar tertawa canggung. Malu coy ke gep orangnya.

"Serah"

"Kantin? Sama gue"

"Males, gosah sksd lo."

"Yaelah kalo gak mau gapapa, baik padahal gue nawarin."

"Emang gue minta?"

Skak!

Altar terdiam oleh kalimat sarkas Gaby. Entah kenapa dadanya terasa dicubit.

"Hah.. yaudah, gua duluan."

"Hm"

Lelaki jangkung itu pergi dengan wajah kusut, Gaby mendengus. Dari tadi kek, nyita waktu tau gak buat jalanin misi.

"Tuan><"  

"Hm"

Limbad?

"Target berada di rooftop, tolong untuk segera kesana. Persenan kebahagiannya menurun 30% :("  

Tanpa lama-lama, Arta melangkahkan kakinya cepat. Sial! Kenapa sekolahnya luas sekali sih. Terhitung sudah tiga tingkat tangga yang ia naiki.

"Hah.. hah.."

Nafasnya tak beraturan, rooftop berada di lantai lima paling atas. Untungnya langit tidak terlalu terik, sedikit mendung karena mulai memasuki musim hujan.

Mata sapphire itu menangkap siluet seseorang berbadan tegap sedang berdiri di pembatas.

"Anjing! Mau bundir dia"

Gaby sontak berlari,

Srakk

Bruk!  

Orang itu tersentak ketika tangannya ditarik begitu kencang sampai jatuh hingga dua meter menjauh dari pembatas.

"LO GILA YA!"

Pria itu menatap pemuda di atasnya, posisi dia berada di bawah dan pria yang menariknya berada di atas. Menahan tubuhnya dengan tidak elit. Lehernya di tekan dan kerahnya di tarik.

"Apa?"

"KALAU MAU BUNUH DIRI JANGAN DISINI! BERDIRI AJA DI TENGAH REL KERETA!" 


•To be continued. 

Kalau suka vomment yu syg.

GABYARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang