•6•

2.9K 249 3
                                    

"Bang Edgar, kenapa abang menggendong anak sialan itu?" tanya Delino.

Edgar menatap salah satu twins D, Delino. Delano Wils Dewatara dan Delino Mils Dewatara. Anak ketiga dan keempat Dewatara. Delano lebih dulu keluar lima menit setelahnya baru Delino.

Ed hanya bungkam. Ia ikut duduk bersama Daddy dan ketiga saudara lainnya. Membuat Lino menatap sinis makhluk kecil itu.

Saat tangannya ingin menurunkan Gaby, anak itu malah makin memeluknya erat. Bahkan lehernya sampai tercekik.

"Jangan diturunin! Mau di gendong.." lirih Gaby, suaranya teredam di dada bidang sang kakak.

Ed ingin menyela namun bungkam. Entah dorongan dari mana ia tetap membiarkan gaby berada di pangkuannya. Tubuh anak ini sangat ringan seperti kapas.

Tingkah keduanya tak luput dari pandangan sang kepala keluarga. Benaknya bertanya-tanya, ada apa dengan sikap keduanya? Ed memang tidak pernah bermain fisik terhadap Gaby. Namun, kali ini sedikit janggal.

Saat Gaby disiksa oleh nya, Ed hanya diam menyaksikan.

Seluruh penghuni mansion ini tidak suka terhadap bungsu Dewatara. Karena sifatnya yang begitu manja, dan selalu mengemis perhatian. Tak ayal, Gaby yang terlihat polos selalu bertindak semena-mena.

Dulu, anak itu pernah ingin membunuh maid agar menyita perhatian mereka.

Di kisahnya.

Masa lalu lah yang membuat mereka membencinya.

"Tuan Gibran sarapan sudah siap.." Ucap maid membungkuk sopan.

"Hm"

Tak sampai limabelas menit mereka sudah menyelesaikan sarapan. Dengan gaby yang sedari tadi disuapi oleh kakak keduanya.

Gaby tidak tahu rencana apa yang ada di otak sangat kakak, bukan tidak mungkin setelah ini ia akan mendapat siksaan fisik lagi.

Mengingat kisah gaby asli membuat dirinya ngeri. Bagaimana hari-harinya terus dipenuhi dengan rasa sakit.

"Turun sekarang."

Suara tegas Ed membuat lamunannya buyar.

Matanya berkedip-kedip, lalu menggeleng polos. "Gak mau.."

"Turun dari pangkuanku atau ku patahkan kakimu"

Seketika tubuhnya menegang. Senakal apapun dirinya didunia nyata dulu, tetapi jika dibandingkan dengan kakaknya ia mengaku kalah. Apalagi fisiknya yang terlihat lemah.

Sialan! 

Bisa gagal rencana gue kalo gini, mana mukanya serem banget lagi anjir.. Lebih baik gua turutin dah daripada gak bisa jalan. -batinnya.

Gaby turun dengan wajah masam. Dibanding bang marvin ternyata Edgar lebih menyebalkan.

"Apa-apa main fisik. Dasar keluarga psikopat! Sisi gada kerjaan bikin buku nyeremin amat lebih dari setan."

Setelahnya gaby duduk di space yang kosong.

Untuk sesat keadaan hening. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah selesai. Gaby heran, mereka sarapan atau memang lapar? Cepet amat. Miliknya saja masih sisa setengah.

Keluarga prik!

"Dad, aku pergi sekolah dulu. Lino kau masuk duluan"

"Hm"

Lino pergi dengan Lano. Setelahnya Ed pergi tanpa pamit. Sang daddy hanya santai sambil membenarkan dasi yang melilit lehernya.

'Gue harap tu dasi ngelilit leher si tua bangka'

"Mengapa kau menatapku?"

"Dih! Pede lu nyet— eh!"

Gaby membungkam bibirnya, mulutnya ini memang tidak bisa diajak kerja sama.

'Arta Tolooool!' 

Gibran menatapnya intens, merasa aneh dengan tingkah bocah itu.

Gaby yang terasa di curigai, membuat raut semelas mungkin. Sialan! Menggelikan sekali menjadi Gaby.

"Selain pembawa sial, ternyata kamu cukup pintar juga berkata kasar. Mulut kotormu perlu kubersihkan hm?"

Gaby berjengit. Bagaimana jika ia dihukum lagi?! Cukup beberapa hari kemarin dia mendapat pukulan, kali ini jangan lagi. Itu sakit..

"D-daddy... Gaby minta maaf, tolong maafkan aku, jangan hukum gaby lagi dad.. Please"

Gibran tak gentar meskipun anak itu memelas minta ampun. Namun tidak bohong jika si bungsu terlihat sedikit menggemaskan—

'Apa yang kau pikirkan bodoh' kepalanya menggeleng pelan, bagaimana mungkin dia memuji bocah tengik didepannya ini.

"Kenapa dad.. Apa daddy lagi sakit?"

"Diamlah."

Setelah mengatakan itu, gibran pergi begitu saja. Meninggalkan Gaby sendirian dengan tampang bodohnya.

"Tua bangka prik."

•To be continued.

Hai apa kabar? Baik dong ya. Alhamdulillah semoga kalian sehat selalu Aamiin.

Ada yg masih nunggu kah?

Maaf kalo kelamaan update, alurnya makin ngalor ngidul, g jelas hehe
Masih betah baca?

GABYARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang