BVG:3

637 45 2
                                        

BRAKKK

mereka semua terlonjak kaget. Dengan cepat mereka langsung berjalan mendekati danau.

terlihat disana, Rara dengan amarahnya melempar vas bunga kearah Dara

"Udah gue bilang berkali-kali jangan pernah berani nyakitin saudara gue!!" Bentaknya menatap Dara nyalang

"ARA!! Jangan Ngebentak mama!"
Teriak Dirga menatap benci Rara yang menguasai tubuh Ara

"Rara, udah ya nak jangan dengerin mereka. Yuk ikut Momy  kekamar, kita obati luka kamu"

Itu suara Diana. Dia menyadari kalau itu bukan Ara karna setelah ditampar Dara, terlihat warna mata Ara berubah. Dia harus menghentikan Rara karna jika tidak, bisa dipastikan kekacauan akan terjadi disana.

Hanya Diana, Satria, Risviq dan Bagas yang tau kalau Ara memiliki alter ego.

Berawal saat usia Ara masih enam tahunan. Mereka menyadari kalau sikap Ara selalu berubah-ubah. Terkadang Ara bisa menjadi gadis polos, cengeng bahkan brutal.

Pernah suatu hari Ara hampir membunuh Dion hanya karena Dion membentaknya.

Saat itu, Diana dan Bagas langsung membawa Ara ke psikiater dan kalian tau apa yang dokter katakan?

Dokter mengatakan kalau Ara memiliki alter ego. Diana dan Bagas sudah memberitahu orangtua Ara tetapi mereka tidak percaya, alhasil mereka malah semakin membenci Ara karna mereka menganggap bahwa Ara gila.

"Rara, kendalikan emosimu, jangan sampai kamu melukai Diana" perintah Izza pada Rara melewati telepati

Rara mengatur nafasnya, mencoba mengendalikan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.

Tanpa kata, Rara melangkah pergi meninggalkan mereka semua menuju kamarnya

"Puas kalian semua?!" Bentak Diana pada adik ipar serta keponakan setannya itu

"Hanya karna Tara tidak sengaja menumpahkan air minummu, kau dengan tega menamparnya Dara?!"

"Sudahlah, lelah sekali aku punya saudara yang otaknya lengser semua" ucap Diana sebelum meninggalkan mereka semua, menyusul Rara.

Kriett

Diana melangkahkan kakinya memasuki kamar Ara yang terlihat gelap

Klek

Diana terdiam menatap pemandangan di hadapannya ini dengan mulut menganga

"Astagaa, brutal sekali anak itu"  wanita itu menggelengkan kepalanya kala melihat kamar yang tadinya bersih dan rapi kini hancur berantakan bagai kapal pecah.

"Rara"
Mengingatnya, Diana menepuk pelan kepalanya kemudian berjalan mencari keberadaan Rara di setiap sisi.

Diana dibuat panik saat tak dapat menemukan keberadaan Rara. Matanya menatap sekeliling dan pandangannya jatuh pada pintu balkon yang sedikit terbuka.

Tanpa ba bi bu, Diana berlari menuju pintu balkon dan membukanya kasar

BRAKK

" Apa kau gila?!, Haishh cepat turun dari sana!"

Tanpa aba-aba, Diana menarik Rara yang duduk di atas pembatas balkon

"Duduk yang tenang, momy akan mengobatimu".

"Apa kau tidak merasakan sakit?" Tanya Diana penasaran karna luka memar yang di dapat Rara cukup besar, tapi gadis kecil itu tidak meringis sedikitpun ketika Diana mengobati lukanya

"Nope"

"Dih, sok Inggris sekali dirimu"

"Lah emang gue bisa bahasa Inggris" jawab Rara membuat Diana mengelus dada mencoba sabar

"Sabar, sabar, orang sabar jidatnya lebar"

"Nggak perlu sabar jidatnya Momy juga udah lebar kayak lapangan sepak bola"

Diana memelototkan matanya ketika mendengar ejekan Rara

"Gemesh bangettt, pengen gue sentil ginjalnya"

"Momy udah tua, nggak cocok lagi kalo pake kata Lo-Gue"

"Ya Gustii berikanlah kesabaran pada hambamu ini"
Ucap Diana membuat Rara terkekeh karna mendengar doanya

Diana tersenyum kecil mendengar kekehan Rara, setidaknya dia bisa meredam amarah Rara untuk kali ini.

Bad girl vs Good girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang