Happy reading, semoga suka.
Kisah lengkap ini sudah bisa dibaca di Karyakarsa ya.
Akun saya : Carmenlabohemian
Juga ada paket Boss & Bed, isinya:
- In The Bed with Her Boss
- Taking The Boss to The BedHarganya lebih murah di paket ya.
Cerita ini 21+ ya, cenderung erotis. Jadi pastikan kalian sudah cukup usia.
Luv,
Carmen_________________________________________
"Charlotte, I need you."
Charlotte Herrera mendengar suara bosnya yang dalam dan seksi, yang tengah memanggilnya lewat interkom dan ia langsung meraih tablet, notes serta pena lalu bergegas masuk ke dalam kantor bosnya itu. Ia berjalan melewati karpet tebal mewah yang meredam ketukan sepatu hak tingginya, melewati gelas tebal mewah lalu membuka pintu yang menghubungkan kantor mereka.
Kantor pria itu mewah dan modern dengan jendela-jendela kaca tinggi yang mengelilingi tempat itu, menghamparkan pemandangan Manhattam yang spektakuler dari ketinggian 80 lantai. Sejenak, Charlotte berdiri untuk menikmati pemandangan tersebut.
"Ya?"
Dalton Crawford memutar kursi yang sedang didudukinya, hingga kini dia menghadap Charlotte, dengan berkas di tangan dan tatapan beberapa detik yang diarahkannya ke dada Charlotte - ia hanya berpura-pura tidak tahu kalau Dalton sedang menatap bagian tersebut - sebelum mata pria itu naik untuk menatap wajah Charlotte dan dia mulai berbicara.
"Semuanya sudah beres untuk besok?"
"Ya. Penerbangan jam 11 pagi. Aku akan menjemputmu jam 8.30 pagi. At your condo.""Oke," jawab pria itu. "Ini beberapa hal yang kuperlukan..."
Dalton lalu memberinya daftar panjang yang harus dikerjakan Charlotte, berkas-berkas yang harus ia unduh, panggilan-panggilan yang harus dibuatnya, pertemuan-pertemuan yang harus dijadwalkan. Charlotte sudah terbiasa mengerjakan tugas-tugas tersebut, seperti juga ia terbiasa bepergian bersama pria itu untuk urusan pekerjaan. Ini seperti semacam rutinitas baginya apalagi ketika karir Dalton memuncak dan pria itu menerima kasus yang seolah tak pernah berakhir. Semua klien ingin mendapatkan pria itu sebagai kuasa hukumnya.
Dalton berusia 35 tahun dan masih lajang, wajahnya tampan klasik khas pria Amerika pada umumnya, dengan rambut hitam cokelat dan mata biru dalam yang intens. Pria itu adalah pengacara top di firma hukum mereka dan Charlotte adalah... semacam asisten pribadi bagi pria itu.
Ia melakukan hampir semua tugas untuk Dalton, dari tugas sebagai PR, ia juga merangkap sekretaris, sampai mengerjakan tugas-tugas administratif, pokoknya apa saja kegiatan tetek bengek yang harus dikerjakan demi kelancaran kasus yang ditangani pria itu. Charlotte juga yang menangani semua kegiatan dan jadwal Dalton, mengerjakan press rilis, menangani kemunculannya di media, menangani jadwal wawancara pria itu di berbagai media, bahkan menangani urusan pribadi pria itu. Selama dua tahun, Dalton adalah hal paling konstan dalam hidup Charlotte karena ia memberikan nyaris 24 jam kerjanya untuk mengurus pria itu.
Melelahkan? Jangan ditanya.
Awalnya Charlotte memulai kariernya di Lawson, Cruz and Crawford Law Firm sebagai paralegal biasa. Ia menangani riset-riset sederhana dan mengerjakan tugas-tugas biasa seperti filing dan kegiatan administrasi sederhana lainnya.
Tapi semua berubah ketika Dalton tanpa sengaja mendapat sebuah kasus besar, yang melibatkan pencemaran lingkungan skala besar dan melibatkan banyak pihak berkuasa - Charlotte tidak benar-benar tahu setiap detailnyq, tapi singkat cerita, pria itu menghadapi banyak tekanan tetapi tetap maju menangani kasus tersebut yang dengan cepat berubah menjadi pemberitaan nasional dan saat pria itu menang melawan grup perusahaan paling besar di negeri ini, namanya langsung terkenal. Dari sinilah dia mendapatkan posisi sebagai partner di firma hukum ini dan kasus berdatangan untuknya begitu juga tawaran wawancara dan liputan media. Hidup pria itu berubah dalam sekejap dan begitu juga Charlotte, saat Dalton mengangkatnya sebagai PA.
Dalton memang memesona, sosoknya karismatik dan menarik, dan ketenarannya membuat Dalton semakin diminati. Tak butuh waktu lama sebelum Charlotte mulai menerima banyak panggilan telepon, tawaran-tawaran untuk meliput sang pengacara muda yang seksi itu, tawaran wawancara dengan sang bintang baru, semua orang berminat untuk tahu lebih banyak tentang Dalton Crawford, bahkan sampai detail kehidupan pribadi pria itu. Bahkan, Dalton sempat mengisi sampul majalah bisnis dan dinobatkan sebagai 'Bujangan Paling Diminati'. Seandainya saja mereka tahu sosok asli sang 'Hot Bachelor' ini, yang bahkan tak punya waktu untuk berkencan karena terlalu sibuk mencurahkan semua tenaga dan waktunya untuk firma hukum mereka.
Setelah pria itu selesai menyebut daftar tugasnya yang panjang, Charlotte kembali mengingatkan, dengan nada formal dan profesional. "Jangan lupa, kau punya jadwal dengan Catherine Smith malam ini, pukul 9.30."
Dalton langsung nenyandarkan tubuhnya ke kursi dan memijat batang hidungnya. "Fuck!"
Charlotte tertawa. Ia tahu betapa pria itu membenci bagian pekerjaannya yang ini tapi dia juga tahu kalau ketenarannya membawa dampak positif bagi firma ini, semua itu merupakan publisitas baik yang mendatangkan banyak bisnis bagi mereka.
Terdengar desahan pria itu. "Jesus... Lebih baik aku tinggal di sini bersamamu dan lembur sampai tengah malam."
"Well, itu juga bukan pekerjaan yang menyenangkan. Aku akan membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan semua tugas yang kau berikan."
Charlotte sadar bahwa pria itu menatapnya, dengan semacam ekspresi asing yang intens, seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu namun mengurungkan niatnya.
"Well, kau yakin kau tak keberatan? Tidakkah kau perlu... melakukan sesuatu? Pergi ke suatu tempat, mungkin?" tanya Dalton sambil menatap pakaian yang dikenakan oleh Charlotte.
"Tidak. Dan lagipula, kita harus menyelesaikan semuanya malam ini."
"Baiklah... Ya Tuhan, Charlotte, apa yang bisa kulakukan tanpamu?"
Charlotte tersenyun manis. "Well, kau bisa mulai dengan menaikkan gajiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking The Boss to The Bed
RomanceCharlotte Herrera selalu tertarik pada bosnya yang dingin dan gila kerja itu. Ia tidak ingat kapan ia mulai merasakannya, namun ketertarikannya pada Dalton Crawford semakin hari menjadi semakin sulit dikendalikan. Tapi Dalton sama sekali tidak terta...