Happy reading
Khusus 21+ ya
Selengkapnya sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Untuk Karyakarsa, silakan melakukan pembelian via website : www.karyakarsa.com (jadi tidak perlu isi koin dan bisa bayar seperti biasa, cukup klik saja kotak koinnya)Top up koin juga bisa via website ya supaya lebih murah.
Luv,
Carmen___________________________________________
Saat tiba di kamar, keduanya tidak banyak berbicara. Charlotte berkata bahwa ia ingin tidur lebih awal dan masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Saat ia kembali, ia langsung naik ke atas ranjang.
Di luar, badai sudah mulai mengamuk, Charlotte bisa mendengar suara hujan yang disertai tiupan angin kencang. Setelah mengucapkan selamat malam dan berpesan pada pria itu agar tidak tidur terlalu larut, Charlotte jatuh ke dalam dunia mimpi, ditemani suara angin dan hujan yang anehnya terasa cukup menenangkan.
Rasanya ia baru saja tidur sebentar, atau bisa jadi sudah berjam-jam, Charlotte tidak tahu. Ia hanya tahu ia terbangun dalam keadaan masih mengantuk, sedikit bingung. Ia mendengar erangan tapi ia tahu bahwa itu bukan berasal dari dirinya. Telinganya menangkap suara mengisap yang basah. Apa yang terjadi? Charlotte masih bingung, dan pada saat yang bersamaan, ia mulai menyadari bahwa ia sedang berdenyut. Semacam gelombang nikmat dahsyat yang menyebar dari tubuh bawahnya. Ketika kilat menyambar dan memberinya penerangan yang cukup, saat yang singkat itu membuatnya menyadari apa yang terjadi.
Dalton – di ujung ranjang, kedua tangannya menahan paha-paha Charlotte sementara kepala pria itu berada di antara kedua kakinya. Tapi ia tidak punya banyak waktu untuk memproses pemandangan ini karena ia merasakan… ia merasakan sesuatu akan datang… gelombang kuat yang akan menghantamnya, orgasme kencang. Sial! Inilah rupanya yang membangunkan Charlotte – she is about to come!
Charlotte mengerang kecil, ia menggelinjang, siku-sikunya menopang tubuhnya, ia mengangkat tubuhnya pelan, kepalanya terdongak ke belakang dan erangannya berubah semakin keras sementara pinggungnya mendesak maju, terangkat untuk bertemu lebih dengan mulut pria itu. Kenikmatan hebat ini terus berlangsung, tidak berhenti, membutakan Charlotte.
Tangan Charlotte lalu bergerak untuk menyalakan lampu tidur di atas nakas. Ia harus melihat pria itu. Ia harus melihat apa yang sedang dilakukan pria itu. Ia hanya mendengar erangan teredam, bunyi basah, geraman dan gerungan berat sementara pria itu berlagak seperti pria kelaparan. My Lord! Hanya sampai di situ saja tekad pria itu untuk tak terlibat dengan Charlotte.
Ia kembali mengerang saat melihat kepala pria itu bergerak di antara kedua kakinya, merasakan lidah pria itu bergerak, menjilat, lalu pria itu mengerang, kemudian kembali mengisap, mencium dan mencecap Charlotte. Dalton sepertinya tak peduli apakah Charlotte masih tertidur ataukah sudah sadar. Dia mencengkeram kedua paha Charlotte lebih erat, menariknya lebih dekat, seakan putus asa ingin mendapatkan lebih banyak bagian Charlotte di dalam mulutnya.
Charlotte berbaring kembali di atas ranjang, napasnya berat, dipenuhi oleh sensasi yang memenuhi tubuhnya, denyut hebat yang mengisi kedalaman tubuhnya. My Lord, oh Lord! Inilah yang selalu Charlotte bayangkan – Dalton, dengan gairah primitif dan buas, dengan nafsu murni yang liar, yang membakar tubuhnya dan Charlotte langsung meresponnya, tubuhnya seperti gunung berapi yang siap meledak.
Ia terus menggesekkan dirinya, mendesak, menawarkan lebih banyak dirinya pada pria itu. Lidah pria itu, jari-jarinya, ia merasakan semua itu, bagaimana Dalton menyerang dan merayu, terus dan terus sehingga seluruh tubuh Charlotte bergetar.
Charlotte tidak bisa menahan dirinya. Walaupun Charlotte tahu ia seharusnya menolak, atau bahkan berpura-pura menolak, sekadar menghentikan pria itu, tapi ia tidak melakukannya. Ia menyerah begitu saja. Memang ini yang ia inginkan, jadi untuk apa berpura-pura sekarang. Ia mengerang keras dan merasakan seluruh tubuhnya siap meledak ketika pria itu menyentuhnya dengan jari dan menelusup masuk sementara bibirnya masih menetap di tonjolan Charlotte dan mengisapnya keras.
“Ooohhhhh!”
Hantaman orgasme itu dahsyat sehingga Charlotte melolong keras ketika seluruh tubuhnya terasa meledak dalam jutaan nikmat yang membutakan matanya.
“Oooohh…. Oohhh!”
Ketika gelembung kenikmatan itu pecah dan berubah menjadi gelombang-gelombang besar yang menyeretnya dalam arus ekstasi, Charlotte mendapati dirinya lepas kendali. Ia memeluk pria itu saat merasakan Dalton merangkak ke atasnya. Tubuh Charlotte bergetar dalam nikmat ketika pria itu memeluknya. Ia tahu Dalton berusaha sangat keras untuk tidak lepas kendali, menahan keinginannya untuk menyelipkan dirinya di antara tubuh Charlotte, tapi tetap saja, pria itu memeluknya sangat erat seolah tak ingin melepaskannya.
Dan mereka terus berpelukan seperti itu, selama yang diinginkan oleh Dalton, selama yang dibutuhkan pria itu untuk mengembalikan kendali dirinya, lama… lama sekali hingga mereka akhirnya terlelap bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking The Boss to The Bed
RomanceCharlotte Herrera selalu tertarik pada bosnya yang dingin dan gila kerja itu. Ia tidak ingat kapan ia mulai merasakannya, namun ketertarikannya pada Dalton Crawford semakin hari menjadi semakin sulit dikendalikan. Tapi Dalton sama sekali tidak terta...